Part 14 | Ibu Daisy

238 20 0
                                    

Maafkan hamba bila cerita ini terkesan bertele-tele dan lambat (ᗒᗣᗕ)՞

Habis ini kita bakalan ngebutt...
Aku cuma mau ceritain asal usul Daisy dulu biar gak bingung.

Jadi, kepada Tuan dan Nyonya sekalian.. Silahkan menikmati waktu Anda(^o^)

( ◜‿◝ )♡

Pagi ini aku bangun dengan perasaan luar biasa bahagia, disampingku lelaki yang usianya kuperkirakan 25 tahun masih tidur dengan tangannya yang selalu memelukku. Iya dia Dietrich, Papa ku.

Walaupun Ayahku terlihat berisik, tulul dan bodoh. Tapi, dia tetap Ayahku yang selalu ku banggakan. Dia pasti akan senang bila mendengar pujian ini. Haha, aku ini memang anak yang berbakti.

Cukup sudah tentang membanggakan aku dan papa. Sekarang, matahari sudah naik terlalu tinggi menandakan hari sudah siang!

Aku menepuk-nepuk kasar pipi Dietrich, "Papa! Ayo bangun!" Seru ku. Dia membuka matanya dan mulai berkedip-kedip.

"Hoamm.. Pagi, Daisy." Rutinitas baru kami. Saling mencium pipi begitu bangun tidur. Ini sudah berlalu 5 hari sejak kami pertama kali bertemu. Dan sejak saat itu, kami selalu tidur bersama.

Dia bangun sambil mengacak-acak rambutnya, lalu turun dari ranjang. Dia menuju meja teh dan mengambil air minum. Pandangan matanya kearah jendela yang gordennya sudah dibuka.

"Emma, Lusi. " Panggilnya begitu selesai minum. Para pelayanku yang menunggu diluar segera masuk saat dipanggil.

Tanpa perintah selanjutnya, mereka menuju kearahku menggendongku dan membawa ku kekamar mandi. Yang memandikanku adalah Emma, dan Luci sedang menyiapkan teh untuk Dietrich minum sambil membaca koran.

Sejujurnya aku cukup malu saat dimandikan. Ku ingatkan sekali lagi, usiaku 23 tahun. Tentu saja aku malu saat dimandikan, tapi aku harus beradaptasi. Mau bagaimanapun aku akan tinggal disini sampai dewasa, aku tak mau membuat masalah yang merepotkan.

Setelah dimandikan dan berpakaian, kami pun keluar dengan diriku yang berada digendongan Emma.

Kukira pemandangan pertama yang kulihat saat keluar dari kamar mandi adalah Papa yang sedang membaca koran, namun ternyata Papa sedang berbicara dengan seseorang yang memakai pakaian hitam dan bermasker, sama dengan orang 5 hari yang lalu.

Papa menoleh kearahku, dan pria itu menghilang sekejap mata. Dia berjalan menghampiriku dan mengambil alih gendongan Emma.

"Kau lapar?" Tanyanya, dan aku mengangguk. Papa menggendongku keluar kamar dan menuju ruang makan. Singkat saja, kami selesai makan dan berkumpul diruang tunggu tamu. Aku sudah menebak apa yang akan kita bicarakan kali ini.

Disini tidak lengkap, hanya ada Dylan, Arara dan Dietrich tentu saja. Bocil kembar itu tidak hadir kali ini.

"Jadi? Kau sudah menemukannya? Kau tau aku ini sibuk, tidak seperti dirimu yang selalu menganggur." Sindir Dylan. Aku ingin tertawa. Benar kata Dietrich, Dylan cemburu karena Dietrich selalu bermain dengan anak perempuan nya.

"Ini sulit kau tau," Ucapnya sambil menghela napas ringan. "Ini sudah lima tahun sejak kejadian itu. Dia benar-benar penyihir. Tapi yang pasti dia masih hidup. Ini." Jelasnya sambil melempar kan secarik kertas ke meja. Dylan mengambil kertas tersebut. Dlyan dan Arara yang membaca tulisan tersebut mendengus. Akh, aku penasaran.

"Apa kau punya masalah dengan wanita ini?" Tanya Arara.

"Tidak. Dia membenci semua bangsawan." Jawabnya. Aku tidak mengerti.

DAISY - Attached Absolute Victory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang