Part 11 | Family?

240 24 0
                                    

Suara burung berkicau menandakan hari sudah pagi. Aku mencoba membuka mata dan disambut kilauan cahaya matahari. Aku ingin tidur lagi.

Dengan mata sayu, aku mendengar bunyi piring yang diletakkan. Ah? Apa Liam sedang menyiapkan sarapan untukku. Biasanya dia akan menyiapkan roti tawar yang atasnya diberi telur mata sapi dan sedikit lada. Itu saja sudah sangat enak apalagi baunya, eh, tunggu, bau? Ngomong-omong soal bau kok gak tercium bau apa-apa ya?

Hah, sialan.

Dengan terburu-buru ku buka paksa mataku dan bangun terduduk. Ugh. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan dan bertemu mata dengan Ryan.

Hah! Aku lupa

Disinilah aku, didunia yang berbeda dengan Liam. Kembali menjalani hari dengan kenyataan yang pahit. Hiks, aku ingin pulang.

"Kamu sudah bangun? Ini makanlah dulu." Ujar Ryan sambil menyodorkan yang lagi-lagi roti, namun kali ini tanpa sup, hanya roti dengan sedikit selai merah diatasnya. Stroberi?

Aku yang baru bangun tidur menatap tanpa selera makanan itu. Dengan malas aku turun dari tempat tidur dan duduk dikursi yang besar disamping Ryan.

"Kau tidak makan?" Tanyaku basa-basi.

"Sudah. Hanya kamu yang belum makan."

Aku dengan malas makan roti selai yang ternyata tebakanku benar kalau itu selai Stroberi. Ryan yang mungkin saja gabut, menata dan merapikan tempat tidur. Dia juga mengeledah sesuatu dari tasnya dan mengeluarkan sesuatu yang ternyata gaun berwarna hitam. Sepertinya untuku.

"kamu mandilah dulu lalu pakai pakaian ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"kamu mandilah dulu lalu pakai pakaian ini." Jelasnya dan aku diantarkan dikamar mandi.

Selesai mandi, aku berpakaian seperti apa yang dikatakannya. Dia menyisir rambut merahku dan menatanya. Tidak begitu lama, karna hanya dibiarkan terurai. Apa aku akan dijual? Benarkah?

Aku bahkan terlalu malas untuk meronta, seperti ah sudahlah. Aku sudah lelah. Dijual ke keluarga kaya seperti ini aku merasa tidak masalah.

Pintu yang terbuka secara tiba-tiba membuatku menoleh. Wanita paruh baya yang wajahnya jujur saja sangat mirip dengan Ryan berdiri didepan pintu. Ibunya ya?

"Oh, astagaa... Benar-benar mirip. Ayo, aku sudah memberi tahu Tuan dan mereka semua berkumpul di ruang penerima tamu." Ujarnya kepada Ryan. Ryan mengangguk paham dan menarikku tuk berjalan.

Kami berjalan dalam diam bersama wanita yang masih kutebak ibu Ryan. Kami berjalan melewati lorong dengan percahayaan matahari yang minim.

Begitu keluar lorong, taman bunga dan air mancur yang besar menyambut kami. Dan, banyak orang-orang yang memakai baju pelayan seperti diceritakan dibanyak novel. Wah, benar-benar seperti didunia yang tidak nyata.

Para pelayan yang melewati kami tampak terkejut dan berbisik. Aku tak terlalu peduli sih, entah mau didunia manapun bergosip itu tetap ada.

Hah, ini sudah berapa lama kami berjalan? Bukankah sudah jauh? Jujur saja, ini sangat luas. Ah, dan karena waktu itu aku datangnya malam dan ketiduran, aku tidak melihat bahwa kastil ini sangat indah. Lihat saja ornamen-ornamen yang ada di dinding, betapa detail nya. Dan aku tebak pasti hiasan-hiasan yang mengelilingi kastil ini terbuat dari emas.

DAISY - Attached Absolute Victory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang