01

4.7K 214 4
                                    


Pukul 1 siang dikota jakarta terasa sangat panas hingga menyengat.
Membuat siapapun yang berdiri dibawah sang langit akan merasa pusing dan lemas.

Tak terkecuali seorang perempuan dewasa yang sedang berdiri di salah satu atap gedung pencakar langit di kota jakarta.

Perempuan berusia sekitar 24-25 tahun yang sedang menggenggam erat amplop coklat itu berdiri menundukan kepalanya, menatap jalanan dari ketinggian gedung pencakar langit. 

Rambutnya yang berwarna coklat ia biarkan berantakan seperti rumput liar, jas yang berwarna hitam itu tak kalah berantakannya dengan rambut sang perempuan, bahkan baju putihnya kini juga terdapat noda berwarna merah, siapa pun tau kalau itu adalah darah, sedangkan untuk rok selututnya, robek hingga sebatas paha di bagian belakang.

Seakan tak mau kalah, wajahnya pun kini ikut berantakan, tanda lebam kini menghiasi wajahnya yang ayu, keningnya terus meneteskan darah, mata kiri dan bibirnya bengkak seperti donat yang mengerikan,

Matanya yang menatap kebawah tampak kosong. Walaupun pikirannya tidak.

'Gimana? Gimana bisa?
Kenapa? Kenapa? Kenapa?!'

Kata itu terus berulang kali ditanyakan di otak  kecilnya.

Lama tak mendapat jawaban dari hatinya, ia pun dengan putus asa melangkah kedepan, menaiki pembatas yang hanya sebatas pinggangnya itu.

Namun suara dering ponsel membuyarkan sedikit niatnya, ia mengambilnya dari saku cardigan yang sedikit robek.

Matanya sedikit hidup ketika nama rumah sakit jiwa tempat ibunya berada yang meneleponnya, tanpa basa basi ia langsung mengangkatnya.

"Mbak!, ibu anda meninggal gantung diri!, saya mohon agar cepat--"

Namun sebelum bisa menjawab, suara suster di seberang sana memusnahkan sinar kehidupan terakhirnya.

Matanya menatap kebawah dengan kosong tanpa adanya harapan untuk hidup, ponsel yang tadinya ia pegang jatuh, sekarang perempuan itu sedang berdiri di pinggir gedung pencakar langit. Bahkan sedikit angin pun mampun menjatuhkannya kebawah sana.

'Mungkin...'
'Sampai disini..'

Dengan senyuman yang tercetak di bibirnya, perempuan itu pun menjatuhkan tubuhnya ke arah depan.

Ia merasa tubunya jatuh dengan kecepatan tinggi. Namun ia tidak takut sama sekali, malah senyumnya tercetak jelas diawajahnya.
Tubuhnya melayang jatuh, seakan waktu melambat, kenangan hidupannya selama 25 tahun perlahan muncul satu persatu di kepalanya.

Dia Arabella gibran, usianya 25 tahun, lebih tepanya hari ini umurnya yang ke 25, ya, hari ini adalah hari ulang tahunnya.

Gadis yang digadang-gadang paling cantik di daerahnya ini memiliki sikap yang ramah, dan periang, ia dikenal sebagai gadis yang sopan dan lembut di usianya yang masih muda. Namun sebagian orang merasa kasihan dan jijik sekaligus.

Kenapa?

Arabella, gadis yang lahir dari ibu sintia dan ayahnya angga.

Tak seperti keluarga bahagia diluar sana. Kehidupan arabella terbilang cukup menyesakkan dan menyedihkan. Hidup dikeluarga yang luar biasa miskin. tapi sperti tak cukup untuk melukai batinnya.

Sang Ayah adalah lelaki paling brengsek yang pernah ia temui.
Sedangkan ibunya adalah malaikat tanpa sayap yang paling dicintainya.

Seperti drama romansa pada jamannya, ayah dan ibunya bertemu dengan berbagai kesan romantis.

Namun ternyata sang malaikat salah menilai pemuda yang merupakan iblis paling tercela sepanjang hidupnya.

Setelah menikah dengan ibunya dan melewati satu malam. Ayahnya tiba-tiba berubah. Seperti iblis menjijikkan yang terus bermain dengan ibunya.

AMEERA SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang