10

2K 185 1
                                    

Hampir setengah jam lamanya pria itu menunggu sebelum mendengar pintu kamar mandi di ketuk.

Kemudian ia keluar, mengambil salah satu handuk mandi berwarna putih untuk dipakai.
Ia merasa sedikit dingin, walaupun dulu racunnya membuat udara panas di sekitarnya , sekarang racunnya sudah sebagian sembuh.

Kemudian ia berjalan menuju pintu, membukanya.

Ia langsung dihadapkan mata besar jernih berkilau gadis kecil itu yang membuatnya menahan nafas sedikit.

Ketika ameera melihat pria itu masih ada, ia menghela nafas lega.

Setelah melihatnya sebentar, ia langsung kembali ketempat tidur, dengan ekor besar yang mengikutinya.

"Aku sudah menyuruh bibi pengasuh pulang, tidak ada yang perlu kamu khwatirkan"

Katanya sambil menaiki tepat tidur, Setelah berbaring, ia melihat pria itu dengan handuk mandi sudah duduk di kursi di samping tempat tidurnya.

Pria itu menatapnya, kemudian mengangkat ponselnya.

"Sudah selesai?"

"Ya, Terima kasih"

Ia meletakan ponsel di meja samping tempat tidur, lalu menyenderkan punggungnya ke kursi dengan postur malas dan elegan.
Namun matanya tak pernah lepas dari manik biru keabu-abuan gadis itu.

Sedangkan ameera, ditatap seperti itu membuatnya gugup. Ia menaikan selimut sampai batas hidungnya.

"Kamu akan pulang?" Tanyanya pelan, entah kenapa ada sedikit nada sedih dalam suaranya.

Pria itu memandangnya, sorotnya melunak, dengan suara lembut ia menjawab.

"Ya."

Kemudian sunyi, mereka sama-sama diam.

Tak berapa lama saling pandang, laki-laki itu membuka suara.

"Alexander Qin."

"Hm??" Gadis itu mengangkat alisnya bingung, lalu ia menurunkan selimutnya sebatas bibir merahnya.

"Namaku.", jawabnya lagi dengan sabar. Sambil menelusuri setiap wajah gadis itu.

"Dan..aku minta maaf atas kelakuan ku sebelumnya." lanjutnya dengan suara yang menyesal.

Ketika ameera dingatkan dengan adegan di kamar mandi, alisnya merengut hingga lalat pun bisa terjepit.

Namun sesat kemudian wajahnya memerah , ia buru-buru menutupi wajahnya dengan selimut.
Di ikuti suara kutukan teredam.

'Brengsek! mesum sialan!'

Alexander menyaksikan semuanya dari awal, matanya berkilat dalam kesenangan, bahkan bibirnya terangkat ketika mendengarkan kucing kecil tertentu mengutuknya hingga tujuh turunan.

Namun dalam sekejap ekspresinya kembali normal. Ketika gadis itu kembali menatapnya, yang ia lihat hanya wajahnya yang datar seperti tembok.

Setelah sekian lama mereka terdiam, ameera memulai membuka suaranya terlebih dahulu.

"Qin,.. kamu berasal dari china?, tapi tidak mirip.." orang china maksud ameera namun ia tidak melanjutkan bicaranya.

Alexander sedikit terkejut ketika ia menanyakn marganya.

"Ibuku.." setelah beberapa saat ia menjawab.

"Ah, campuran, sama sepertiku" jawabnya dengan ceria. Lalu gadis itu pun menceritakan kisah campurannya.

Alexander hanya melihatnya, dan mendengarkan dengan patuh.

Ia tidak pernah mendengar seseorang yang begitu bahagia ketika dirinya campuran, berbeda dengan keluarganya. Matanya sedikit suram, namun detik berikutnya langsung hilang, seperti ilusi.

AMEERA SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang