05

2.7K 152 20
                                    




Ameera melihat pria paru baya yang di sebut ayahnya ini menundukkan kepalanya setelah memanggilnya.

Ia bisa melihat perjuangan di matanya untuk meminta maaf kepadanya.

Ia merasakan hatinya sakit ketika melihat 'ayah' nya seperti itu, mungkin itu perasaan 'ameera' sebelumnya.

"Ayah.." ameera tidak melanjutkan, yang pertama karena ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Yang kedua karena ia saat ini sedang di proses penerimaan ayah barunya.

Setelah pergolakan batin, Stev pun memberanikan diri untuk mengelus surai putrinya.

"Amy ayah minta maaf, ayah salah, seharusnya ayah mencari tau kenapa kamu seperti ini", kemudian ia mengulurkan tangannya di depan ameera, "ini, pukul tangan ayah kalau kamu masih marah, atau tinju wajah ayah"

Ameera terkejut serta kebingungan.

"Tinju?" Tanyanya kepada Stev.

"Iya tinju ayah, kalau menampar itu tidak terasa lebih baik tinju ayah" katanya semangat mengakibatkan ameera tidak bisa menahan tawa kecilnya.

Mendengar tawa kecil itu, awan tebal dan badai petir di atas kepala tuan Grey yang mendominasi berangsur hilang menggantikannya dengan matahari yang hangat.

Bahkan, Vivi yang diam dan memberi ruang untuk mereka berbicara tidak bisa menahan tawa.

Sang kepala keluarga kembali murung, serta ada ketidak berdayaan di matanya ketika melihat kedua orang yang di cintainya menertawakannya.

Ameera melihat melihat itu tidak bisa menahan tawanya lebih keras.

Baiklah, mungkin ia bisa menerima ayahnya ini karena, dari ingatan 'ameera' sebelumnya, tuan Grey sangat mencinta istri dan anaknya, bahkan bisa dibilang budak mereka berdua, yang artinya sangat sangat tidak bisa membuat mereka terluka, hanya siapa orang tua di dunia ini yang tidak kecewa pada anaknya ketika ketahuan menggunakan narkoba?

Bicara tentang narkoba, ini sudah sebulan lebih ia di rawat, setelah ia menggunakan narkoba, selama seminggu, kelakuannya berubah, mengecat rambut, suka pulang malam, dan bahkan sedikit memberontak.

Akibatnya ia ketahuan ayahnya saat paket narkoba datang kerumah, ketika sanga ayah yang membukanya karena penasaran.

Dan semua ini terjadi karena jebakan dari antagonis tercela dan terkutuk itu, mau tidak mau ameera mengutuknya didalam hati.

Selah tawanya selesai. Ia dengan lembut menggenggam tangan ayahnya.

Menggenggam tanganya menjadi kepalan, kemudian memukul telapak tangan ayahnya lima kali dengan lembut. Setelah itu ia melihat ke arah dua pasang mata yang melihatnya dengan sedih.

"Bunda, a..ayah, aku minta maaf, ini juga salah ku" ameera menjelaskan dengan lembut, walaupun sedikit tergagap ketika menyebut ayah, bahkan ia tidak sadar air matanya menetes di telapak tangan ayahnya.

Melihat ini Vivi serta suaminya langsung merasa sedih.Vivi memelototi suaminya agar cepat menejlaskan apa yang terjadi.

"Ini bukan salah mu sayang, ayah telah menyelidikinya, kamu di jebak sebulan yang lalu saat kamu sedang  makan dengan teman teman mu di kafe, ayah juga memeriksa mereka, dan terbukti mereka juga diketahui telah mengonsumsi narkoba. Ayah saat ini tidak tau siapa yang menargetkan kalian, mungkin musuh keluarga kita, saat ini ayah sedang menyelidikinya, kamu hanya perlu beristirhat dan memulihkan diri sepenuhnya" Stev pun langsung menjelaskan dengan lembut dan sabar, serta sedikit kejengkelan dalam suaranya karena ia tidak bisa menemukan dalangnya.

Ameera menedengarnya pun langsung mengerti. Jelas sekali itu semua di lakukan oleh bajingan pria dan wanita yang di sebut pemeran utama dan antagonis di buku ini, tentu saja tidak sesederhana itu. Apa lagi pemeran utama pria yang memiliki halo cahaya pemeran utama. Bahakan ayahnya saja butuh waktu untuk menemukan bukti, dan itu di temukan setelah 'ameera' meninggal.

AMEERA SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang