FINE LINE

705 89 4
                                    

Tak pernah terbayang di pikiran terliarku sekalipun, aku dan Malfoy sepakat menjadi teman. Bahkan dia yang terlebih dulu mengajakku untuk berteman. Situasi ini memang gila tapi sejujurnya aku sangat berterima kasih pada Malfoy. Aku tengah ada di situasi asing yang aku tidak suka, aku merasa diriku lemah jika aku sendirian. Aku ingat bagaimana hancurnya aku saat tidak ada yang mau berteman denganku karena aku bocah cerewet sok pintar, tapi untungnya Harry dan Ron mau menjadikanku teman mereka. Kini situasi berubah karena kebodohanku, saat ini aku tak lagi mempunyai teman tapi tiba-tiba hadir sosok Malfoy.

Malfoy bahkan membelaku di depan teman-temannya. Situasi yang aneh tapi sungguh menyenangkan. Aku puas sekali melihat wajah Pansy yang menganga lebar, wajah itu sedikit menghibur hatiku yang pilu. Biasanya aku tak suka dibela, aku selalu menyelesaikan pertikaian dengan caraku. Aku pun benci untuk menangis di depan orang lain. Tapi entah kenapa pada saat itu aku merasa diriku begitu lemah dan tak punya pegangan arah, dan semua kelemahanku itu terjadi di depan Draco Malfoy.

Awalnya kukira Malfoy akan mengejekku begitu aku menangis dan mencurahkan air mataku. Di luar dugaan, reaksi Malfoy justru memelukku dan menenangkanku. Jujur, pelukannya terasa nyaman sekali. Aku menyukainya. Aku suka harum tubuhnya dan kehangatan yang diberikan oleh tubuh yang di luar terlihat dingin itu.

Kita sudah sepakat untuk menjadi teman obrol, atau lebih tepatnya mendiskusikan hal-hal yang berbobot. Tempat pertemuan kita tentu saja di perpustakaan.

Nyatanya, apa yang kita rencanakan tak selalu berjalan mulus. Aku dan Malfoy memang datang ke perpustakaan, tapi kita bukan datang untuk berdiskusi melainkan beradu mulut. Aku datang sekaligus ingin mengerjakan tugas rune kuno sepanjang 3 meter tapi sialnya Malfoy ada di sisiku. Dia menumpahkan tinta ke tulisanku yang sudah hampir setengah jalan.

Tulisan ini tidak akan bisa diperbaiki bagaimanapun caranya dan mau tidak mau aku harus mengulangnya.

Sambil menyiapkan kembali perkamen aku mendelik ke arah Malfoy, "Really, Malfoy? Bahkan tak ada kata maaf yang keluar dari mulutmu?"

"Aku tidak merasa bersalah."

Aku tidak mempercayai ini. "Kau sengaja menjatuhkan tinta di tulisanku, Malfoy!"

"Aku tidak menjatuhkan tintamu, Granger. Aku hanya tidak sengaja menyenggol lenganmu, kau sendirilah yang menjatuhkan tinta di perkamenmu."

"Kau penyebabnya!"

"Kau yang menjatuhkan, Granger."

Adu mulut ini tidak akan pernah selesai, jadi lebih aku menyerah dan melanjutkan kembali tugasku. "Daripada kau hanya diam termenung seperti orang dungu, lebih baik kau mengerjakan tugasmu atau membaca buku, Malfoy."

"Aku tidak termenung, aku sedang melihatmu mengerjakan tugasmu."

Aku menertawai diriku sendiri, bisa-bisanya aku terjebak berteman dengan pria ini. Seharusnya aku tahu betul dia mau berteman denganku hanya ingin mengusikku.

"Tolong jangan ganggu aku saat aku menulis."

"Kau sendiri yang banyak omong. Aku sebenarnya hanya diam daritadi."

"Okay, sekarang, diamlah Malfoy!"

Sayangnya perintahku tak dituruti olehnya, "Kau seharusnya berterima kasih padaku, Granger. Aku sudah menemanimu mengerjakan tugas membosankanmu ini. Aku yakin Potter dan Weasley pun tak tahan duduk berlama-lama di kursi membosankan ini."

Aku menghentikan tulisanku. Kenapa Malfoy harus membawa nama Harry dan Ron? Sisi emosinalku kembali mengingat bagaimana Harry dan Ron yang sungguh kacau balaunya mereka ketika menemaniku mengerjakan tugas. Ron yang selalu mengeluh soal essay yang terlalu panjang, dan Harry yang berusaha merayuku untuk memperlihatkannya tugasku. Aku merindukan itu.

My Love, My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang