HEATHER

688 99 4
                                    

Aku merasa Malfoy menjauhiku. Sudah satu minggu dia tak berbicara denganku. Dia sudah tak pernah berkunjung ke perpustakaan dan dia selalu mengalihkan wajahnya ketika menatapku. Aku merasa tak memiliki salah apapun dengan dia, jadi aku tak mengerti dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba seperti itu.

Ingin rasanya aku bertanya langsung dengannya tapi bagaimana mungkin bisa?
Dia selalu dikepung dengan kawanannya dan aku pun sudah berjanji untuk tidak bertemu dengan Malfoy pada teman-temanku.

Hubungan pertemanan ini bersifat rahasia karena tak didukung oleh pihak manapun, tempat pertemuannya pun hanya di perpustakaan yang bahkan kini Malfoy  tak pergi ke tempat itu lagi.

Setidaknya jika dia sudah tak mau berteman denganku ucapkanlah salam perpisahan atau berikanlah alasan yang jelas. Aku tidak menyukai situasi yang tidak pasti seperti ini. Aku selalu berpikir aku melakukan kesalahan sehingga dia menjauh tapi apa yang salah? Pertemuan terakhir kita bahkan terasa hangat karena perbincangan kita tidak dibumbui oleh adu mulut.

Akhir pekan ini seperti biasa, aku dan teman-temanku berkunjung ke Hogsmead. Kita memesan butterbeer di The Three Broomstick. Semuanya temanku membawa pasangan mereka, kecuali aku. Bahkan saat ini Neville mengajak Luna Lovegood! Aku turut senang tapi di satu sisi aku miris dengan kesendirianku. Selama ini aku tidak pernah berpacaran. Aku menyukai Harry selama bertahun-tahun, namun aku sadar cintaku itu bersifat platonik. Aku menyayangi Harry hanya sebatas sahabat.

Kalau boleh jujur, akhir-akhir ini pikiranku tersita oleh Malfoy. Semangatku untuk datang ke perpustakaan naik berkali-kali lipat, meskipun selalu berakhir dengan Malfoy yang menyabotase pekerjaanku. Aku menikmati kebersamaan kita. Aku menyukai bagaimana sikap dia yang di luar terlihat tak peduli tapi dia sebenarnya peduli padaku.

Aku sangat tersentuh ketika dia bilang dia menghajar dua cowok Hufflepuff karena mereka mengatakan hal buruk tentangku. Dia membelaku bahkan saat aku tak tahu tentang masalah ini. Aku sering mendengar para lelaki berbisik mengenai tubuhku di belakangku, aku risih dengan hal itu, tapi aku selalu diam. Aku tak mau poin asramaku berkurang jika aku memantrai mereka.
Untuk itulah aku memakai pakaian yang lebih longgar dari ukuran asliku agar tidak mendengar perkataan hina dari mulut mereka lagi. Tapi sepertinya mereka masih berisik... Dan kebetulan Malfoy mendengarnya.

Dia membelaku.

Merlin, kenapa Malfoy tidak bisa lepas dari pikiranku?

Oke, baiklah... Aku harus jujur pada diriku sendiri. Aku merindukannya. Sangat.

"Kau tahu kejadian hangat tadi pagi?" Ginny tertawa sebelum melanjutkan ceritanya. "Aku melihat Pansy ditolak mentah-mentah oleh Malfoy! Bahkan Malfoy mengatakan Pansy berdandan seperti badut!" Dia kembali tertawa.

Dari tadi aku tidak begitu memperhatikan obrolan di meja makan ini, aku fokus pada pikiranku sambil meneguk butterbear. Kini Ginny menyebut nama pria yang sedang menari di pikiranku, aku pun langsung menyimaknya dengan seksama.

"Mereka pasangan yang aneh."

Aku tidak menyukai kata pasangan yang dipakai oleh Harry.

"Mereka tidak berpacaran. Mereka hanya melakukan hubungan konsensual pada badan mereka."

Aku juga tidak menyukai kalimat yang Ron pakai.

"Mereka menjijikan." Sahut Ron kembali yang diiyakan oleh semua orang di meja ini, kecuali aku.

"Hermione, apakah sewaktu kau berpacaran dengan Draco, Pansy menganggu hubungan kalian?" Pertanyaan Luna ini begitu mendadak, aku tak mempersiapkan jawaban untuk hal ini. Aku bahkan tak berpikir ada yang bertanya padaku tentang masalah ini.

Aku kesulitan menjawab, jadi aku hanya tersenyum dan kembali menegak butterbeerku.

Sayangnya semua pandangan masih tertuju padaku, mereka menantikan jawabanku.

"Ya, dia menyebalkan." Aku separuh jujur untuk hal ini. Pansy Parkinson memang menyebalkan.

Pandangan Luna masih tajam padaku. Aku tidak nyaman dengan interogasi ini. "Apa hubunganmu berakhir karena ulahnya?"

Aku tertawa canggung dan kembali meneguk minumanku sebelum menjawab. "Aku dan Malfoy memang tidak cocok. Itu kesalahanku pernah terbuai olehnya. Bisakah kita mengganti topik pembicaraan? Ah bagaimana hubunganmu dengan Neville?"

"Omong-omong aku ingin mengatakan sesuatu pada Neville," Kali ini Luna mengalihkan tatapannya pada Neville sambil tersenyum. "Neville, apakah kau mau menjadi kekasihku?" Pertanyaan itu keluar begitu santainya dari mulut Luna.

Semua orang di meja ini bersorak-sorai dengan pengakuan Luna. Tak ada yang menyangka akan ada pengakuan cinta yang keluar saat ini. Neville sendiri terlihat jelas tengah gugup dengan muka dan telinga yang memerah karena malu.

Awalnya aku kira Neville akan kabur dikepung situasi seperti ini tapi Neville mengejutkan kita semua. Neville membalas pernyataan cinta Luna dengan mencium pipi kiri Luna. Kita semua histeris oleh tingkahnya.

Neville dan Luna sudah resmi berpacaran pada detik ini.

Semua orang di meja ini sudah pernah berpacaran kecuali aku.

Ini sudah tahun ketujuh aku menginjakkan kaki di Hogwarts. Hitungan beberapa bulan lagi, aku pun akan resmi keluar dari sekolah ini tanpa pernah menyandang status menjadi kekasih orang lain.

Memang fokus utama yang aku harus jalani adalah belajar dan mengemban ilmu tapi aku juga ingin mempunyai pengalaman romansa masa muda yang nantinya bisa aku ceritakan ke anakku. Lucu sekali aku sudah memikirkan anak padahal berpacaran saja nihil pengalaman.

Di tengah pergumulanku, aku tak sengaja melihat Malfoy yang sedang berjalan sendiri lewat jendela pub ini. Kesempatan yang bagus, ini sudah menjelang malam jadi situasi di jalan Hogsmead pun tidak seramai saat matahari masih bersinar. Dan yang terpenting Malfoy saat ini sedang berjalan sendiri!

Aku beralasan pada semua temanku bahwa ada tugas yang harus aku selesaikan ketika meminta izin pulang lebih dulu. Mereka membiarkanku pergi.

Aku berlari cukup kencang mengejar Malfoy. Aku bahkan melupakan scarfku di pub tadi. Cuaca musim dingin saat ini sangatlah ekstrem, apalagi seminggu lagi Natal. Tapi aku mengabaikan rasa dingin yang menyerang leherku, aku tetap berlari mengejar pria pirang itu.

Akhirnya aku melihatnya. Aku menoleh ke sekitarku, situasi aman terkendali. Tidak ada orang lain selain kita berdua di jalan sempit ini.

"Malfoy!" Aku berteriak memanggilnya.

Malfoy berhenti berjalan dan membalikkan badannya. Dia terkejut saat melihatku, sama sepertiku dia pun mengecek keadaan sekitar.

"Granger, kau sudah gila!" Bisiknya saat aku sudah ada persis satu langkah di depannya.

Aku tak mau berbasa-basi, "Kenapa kau menjauhiku?" Tanyaku telak.

"Kau benar-benar sudah gila!" Malfoy tak sekalipun memandang tepat ke mataku, matanya menjelajah ke sekitar takut ada orang yang melihat kita sedang berbicara dekat seperti ini.

"Aku butuh jawaban, Malfoy!"

Dia menghela napas panjang sekali, "Oke, kau menang. Tapi aku tidak bisa memberi jawaban yang kau mau saat ini, Granger! Tidak di tempat seperti ini. Besok sore di perpustakaan aku akan menemuimu."

Aku memegang janji itu. Aku bersumpah akan mengutuk wajahnya menjadi penuh jerawat kalau dia melanggar perkataannya ini.

"Merlin, kemana scarfmu!" Malfoy melotot horor saat melihat leher telanjangku di cuaca sedingin ini.

Dia lalu membuka scarfnya dan melilitkannya padaku. Aku menahan napas saat napas hangatnya menerpa wajahku. Kita sudah sering berdekatan seperti ini dan aku tak bisa menyangkal aku menyukainya. Aku tidak bisa membohongi diriku lagi.

Aku menyukai Malfoy.

"Pakailah sebelum kau mati kedinginan. Aku besok akan datang ke perpustakaan." Ucapnya sebelum dia berjalan menjauh. Aku bahkan tidak sempat berkata apapun.

Aku melirik scarf hijau miliknya yang melilit di leherku.   Hatiku menghangat sebelum akhirnya aku sadar. Scarf Slytherin ada di leherku! Matilah aku.

My Love, My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang