Chapter 1

437 24 2
                                    

Ketukan kaki terdengar dari salah satu ruangan kecil yang ada di rumah itu. Ruangan yang terlihat paling buruk diantara ruangan lain, diisi oleh seorang gadis yang sedang melakukan gerakan balet diiringi music klasik. Kaki dan tangannya berputar selaras dengan irama lagu. Tepat di dentingan terakhir dia memutar badannya kemudian melompat hingga mendarat dengan posisi tangan diangkat dengan lentik dan kedua kaki terbuka lebar menyatu dengan lantai.

"Mina yaa, dimana saja dirimu?" Terdengar teriakan dari gadis lain memanggil namanya, "Cepat kesini bodoh!" gadis lain itu melanjutkan teriakannya.

Mina dengan cepat membuka sepatu baletnya kemudian langsung meninggalkan ruangan itu tanpa mengganti pakaian latihan balet yang masih dikenakannya. Mina menuruni tangga menuju asal suara di pintu depan. Mina dapat melihat kedua saudara tirinya dan ibu tirinya yang hendak pergi.

Nayeon mendecih melihat Mina yang masih memakai pakaian baletnya, "Balet mulu!" Ucap Nayeon yang kesal menunggu Mina.

"Mina kita mau pergi dulu, jangan lupa kunci pintu dan beresin rumah!" Perintah Irene sambil memeriksa kembali isi tasnya sebelum menaiki mobil.

"Mau kemana ma? Pulang malam ya?" Tanya Mina memastikan, pasalnya Mina hanya sendiri di rumah karena bi Wendy sedang pulang kampung. Mina takut ditinggal sendiri saat malam hari.

Irene menatap sinis Mina, "Mau pulang malam kek, bukan urusan kamu. Kamu dah gede jadi jangan manja. Udah sana, beresin rumah." Ujar Irene kemudian pergi bersama kedua anaknya menaiki mobilnya.

"Bye poor!" Pungkas Sana sebelum menutup kaca mobilnya yang sedang melaju.

Mina menatap kepergian ibu dan saudara tirinya itu. Sangat sakit melihat mereka pergi. Seharusnya Mina seorang yang berhak pergi menghadiri undangan kolega bisnis ayahnya karena hanya dirinyalah yang mempunyai hubungan darah dengan sang ayah. Bahkan gaun berwarna cokelat muda dihiasi mutiara yang dipakai Sana tadi merupakan hadiah ulang tahunnya setahun lalu dari ayahnya.

Park Irene merupakan Wanita yang dinikahi ayahnya setahun lalu yang membuatnya resmi menjadi ibu tiri dari Mina. Irene juga memiliki dua orang anak yang berasal dari pernikahan sebelumnya, yaitu Park Nayeon dan Park Sana. Nayeon berselisih dua tahun dengan Mina, sedangkan Sana dan Mina seumuran dengan selisih lebih tua Sana satu bulan.

Ibu kandung Mina telah meninggal dunia saat Mina baru berusia tiga tahun akibat kanker hati. Hal inilah yang membuat Mina juga tak bisa merasakan kasih sayang dari seorang ibu. Ayah Mina bekerja keras di kantor setiap harinya agar Mina tidak kekurangan suatu halpun. Akan tetapi Mina malah merasa kesepian dan menjadi pribadi yang sedikit tertutup. Ayah Mina tidak ingin Mina tumbuh menjadi anak yang anti sosial, maka dari itu ayah Mina memberi berbagai les tambahan sejak kecil baik dalam bidang akademis maupun non akademis.

Mina telah mengikuti berbagai macam les seperti les piano, les biola, les bahasa asing, dan juga les balet. Dari semua les yang Mina ikuti, dia paling tertarik dengan balet. Bahkan dia bercita-cita menjadi seorang ballerina professional dan membuat academy balet. Mina mengikuti kelas balet tiga kali seminggunya tanpa pernah merasa bosan.

Akan tetapi, menjadi pribadi yang tertutup sepertinya memang takdir Mina. Meskipun banyak yang ingin berteman dengannya, dirinya tetap memberi batasan sehingga dia tidak memiliki teman yang benar-benar dekat. Mungkin hanya Tzuyu yang memiliki hubungan dekat dengan Mina.

Tzuyu adalah anak laki-laki dari bi Wendy yang merupakan asisten keluarga Mina dari dia kecil. Mina merasa beruntung kenal dengan bi Wendy dan Tzuyu. Mereka sudah seperti ibu dan saudara kandung bagi Mina.

Mina berjalan kembali menuju kamarnya di lantai dua. Kamarnya diapit oleh kamar bi Wendy dan sebuah kamar mandi. Ruangan dominan warna putih abu-abu itu telah dia tempati setahun belakangan ini lantaran kamar miliknya di lantai satu telah dipakai Sana.

Mina mengambil sebuah foto berukuran sedang yang dibingkai putih dan langsung memeluknya. "Papa, Mina kangen." Lirihnya masih memeluk foto bergambar dirinya yang memeluk ayahnya saat ulang tahunnya setahun yang lalu.

Mina terpejam cukup lama dalam posisi masih memeluk foto disamping kasurnya. Suara klakson mobil membangunkan dirinya yang membuatnya buru-buru turun untuk melihat apakah ada tamu yang dating.

"Woy Mina, buka pintunya dong." Ujar suara yang berada dibalik pintu.

Mina tersenyum mendengarnya, "Ga mau, siapa suruh lama banget."

"Yaelah baru tinggal bentar aja udah kangen." Balas suara itu lagi.

"Idih PD amat ya." Jawab Mina sambil membukakan pintu buat orang itu.

Orang itu masuk sambil membawa sebuah kantong plastik berisikan makanan. "Ngomel mulu, nih makan," Ujarnya sambil memberikan makanan kepada Mina. "Kamu belum makan dari siang kan? Jangan biasain nanti sakit."

"Astaga Tzu, makasih banyak lo." Jawab Mina yang langsung menerima makanan itu. Memang benar dia tidak makan dari siang tadi dikarenakan bi Wendy yang belum pulang sehingga tidak ada yang berbelanja bahan makanan dan memasak. Sementara dari tadi siang mama tirinya beserta saudara tirinya pergi makan diluar.

"Sama-sama." Balas Tzuyu yang senang melihat wajah ceria sahabatnya itu.

Mina membuka bungkusan makanan yang berisi beberapa Takoyaki dan sebungkus Tteokbokki. Dia mengambil sebuah Takoyaki dan mengarahkannya ke Tzuyu. "Aaa.."

Tzuyu tersenyum gemas melihat Mina yang ingin menyuapinya, "Gausah, aku tadi udah makan kok." Bohongnya. Tzuyu hanya memegang beberapa uang terakhirnya sebelum menghabiskannya untuk membelikan makanan Mina. Baginya melihat Mina kenyang saja membuatnya juga ikut kenyang.

"Yaudah kalau ga mau aku makan sendiri ya, awas aja minta lagi!" Ujar Mina kemudian memasukkan Takoyakinya kembali ke mulutnya. Tzuyu hanya tersenyum menanggapinya.

"Sampai kapan kamu mau gini terus?" Tanya Tzuyu tiba-tiba.

"Maksudnya?" Tanya Mina kembali tak mengerti ucapan Tzuyu.

"Sampai kapan kamu mau dibodohi keluarga busukmu itu?" Tzuyu memperjelas kembali pertanyaanya.

Mina menundukkan kepalanya kemudian tersenyum, "Aku bingung Tzu." Tuturnya pelan.

"Sebenarnya apa yang kamu bingungkan sih? Mereka itu orang jahat Min."

"Mereka masih keluargaku." Mina menjawab dengan pelan.

Huft. Selalu saja itu alasannya. Tzuyu tak mengerti jalan pikiran sahabatnya itu. Tak banyak obrolan lagi antara Mina dan Tzuyu. Mina membersihkan sisa makannya kemudian lanjut membersihkan rumahnya sedikit. Sedangkan Tzuyu sendiri membantu Mina membersihkan rumah kemudain bersama-sama mengerjakan tugas kuliah.

Setelah beberapa jam mengerjakan tugas kuliah, handphone Tzuyu bergetar menampilkan nomor yang paling dia benci.

"Halo bu,"

"Baik saya akan dating segera." Jawab Tzuyu kemudian mematika ponselnya dan bergegas menghidupkan mobil.

"Siapa Tzu?" Tanya Mina yang masih membereskan buku-bukunya.

"Siapa lagi kalau bukan para iblis itu." Jawab Tzuyu kesal. "Mina setelah ini kau langsung tidur saja ya!" Lanjut Tzuyu lagi. Dia tidak ingin Mina bertemu dengan keluarga iblis itu, bisa-bisa Mina malah disuruh-suruh lagi. Minapun tidak menolak karena dia memang sudah mengantuk.

Setelah memastikan Mina telah masuk kamar, Tzuyu mengunci pintu rumah itu dan melanjutkan pergi menjemput ibu dan saudara tiri Mina.




Hai teman-teman, kalau kalian suka cerita ini jangan lupa untuk vote dan komen tapi di ceritaku yang satu lagi (Fly To My Room). Sebagai imbalan, aku bakal rajin update and make this story not boring. Terimakasih 🥰

Hell In Heaven (TWICE AREA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang