Sudah dua kali Tzuyu menyusuri jalan sekitar kampus khususnya didaerah sekitar fakultas Sana, namun tak ada tanda-tanda keberadaan Sana.
"Bu, Sana dijemput disekitar mana ya?" Tanya Tzuyu melalui telepon.
"Ya jangan tanya saya dong, telepon Sana aja langsung." Ujar Irene kemudian mematikan teleponnya. Bangsat.
Karena sudah sangat mengantuk, akhirnya Tzuyu memutuskan menelepon Sana. Sedetik dua detik, Sana akhirnya mengangkat teleponnya.
"Siapa?" Terdengar suara wanita dari sebrang sana.
"Ini Tzuyu, saya ingin menjemput anda? Saya sudah dari tadi disekitar kampus, tapi anda tak tampak." Terdengar keluhan dari Tzuyu.
"Bodoh, emangnya aku ada bilang di kampus? Jemput aku sebelum pertigaan kampus sekarang!" Bentak gadis itu dari seberang sana.
Tzuyu berdecih kasar kemudian memutar balik mobilnya, "Nyusahin aja."
"Siapa nyusahin?" Terdengar suara membentak dari telepon yang belum dimatikan.
Tzuyu yang kaget tak membalas, langsung mematikan teleponnya sepihak. Sesuai dengan informasi yang diberikan Sana, Tzuyu mengarahkan kendaraannya meneuju pertigaan. Tzuyu dapat melihat Sana ditemani seorang teman wanitanya dipinggir jalan. Sana mengenakan celana jeans, hoodie kebesaran, dan sepatu nike polos yang setahu Tzuyu milik Mina.
Tzuyu mmeberhentikan mobilnya didepan Sana. Tanpa mengatakan apapun, Sana menaiki bangku kedua kemudian berfokus kembali kepada ponselnya. Tzuyu juga memfokuskan kembali pandangannya terhadap jalanan malam yang sudah sepi.
Hanya memerlukan waktu sepuluh menit dari sekitar kampus menuju kediaman mereka dengan kondisi dimalam hari yang sepi dari hari biasa yang memerlukan waktu hingga setengah jam. Sana dan Tzuyu masih diam hingga sampai tujuan. Tzuyu sendiri juga tak ingin memulai pembicaraan yang hanya memancing emosi. Sana dan Tzuyu turun bersamaan saat Tzuyu ingin membuka gerbang. Tanpa berucap terimakasih, Sana pergi terlebih dahulu menuju kamarnya.
Tzuyu memarkirkan mobilnya kemudian memastikan kembali gerbang dan garasi telah tertutup rapat. Tzuyu segera mengunci pintu rumah dan bersiap ingin tidur. Besok subuh dia harus bangun pagi untuk menjemput Wendy yang merupakan ibunya sekaligus asisten rumah ini di stasiun.
Tepat saat Tzuyu ingin menutup pintu kamarnya, terdapat notifikasi pengganggu lagi yang datang dari Sana. Tzuyu menghembus nafasnya kasar namun tetap melaksanakan perintah.
"Ambilin air putih anget, jangan sampai semenit!" Isi pesannya.
Tzuyu bergegas membawakan air hangat menuju kamar Sana. Dia mengetok pintunya kemudian meletakkan air hangat tersebut dinakas samping tempat tidur Sana kemudian langsung pergi. Sana mengangkat sudut bibir kanannya melihat Tzuyu yang masih patuh kepadanya.
***
Pagi ini Mina bangun lebih awal, ralat dibangunkan lebih awal. Jam masih menunjukkan pukul enam tetapi teriakan Irene melebihi kerasnya kokokan ayam. Tzuyu sudah pergi sekitar sejam yang lalu untuk menjemput ibunya, sehingga Irene membangunkan Mina untuk mempersiapin sarapan pagi.
Irene mengetuk kamar Mina sambil berteriak, "Mina Mina bangun, cepat siapin sarapan!"
"I-iya ma." Mina masih berusaha mengumpulkan nyawanya yang separuh masih dialam mimpi, namun teriakan Irene memaksanya segera sadar.
Mina memerhatikan beberapa bahan makanan yang ada di kulkas. Kulkas itu memang tidak pernah kosong karena Irene sangat menyukai masakan rumahan. Terdapat beberapa jenis daging, sayur, dan ikan yang bisa diolah. Namun Mina hanya mengambil tahu, tempe, dan bayam saja dari dalam kulkas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hell In Heaven (TWICE AREA)
General FictionTentang Mina yang hidup bagai di neraka bersama ibu dan kedua saudara tirinya. Berkat bakat balet yang dia punya, dapatkah dia keluar dari neraka dan menemukan surganya? (BxG) Hai i make this story just for healing, but i really want to make it perf...