III | Enggan

90 38 12
                                    


"Sekolahmu tuh kan searah sama kantornya Om Rion, jadi bareng aja." Titah Bunda.

Narine menutup buku yang sedari tadi di bacanya, lalu berjalan keluar dan kembali melihat senyum Arion menyapanya.

Kalaupun ingin menolak rasanya Narine takut terlambat di hari pertamanya, Arion sudah terlebih dahulu membukakan pintu mobil untuknya.

"Kalo gitu Narine pamit Bunda."

"Hati-hati ya sayang, semangat di sekolah barunya."

Narine dan Arion pamit lalu masuk ke dalam mobil, Narine lekas memasang earphone dan kembali membaca buku yang tadi di bacanya.

.

30 menit berlalu dalam keheningan, mobil Arion pun tiba di sekolah Narine.

Arion menepuk halus lengan Narine, "Sudah sampai," Katanya.

Narine lekas menutup bukunya, "Makasih." Ucapnya dan bergegas keluar.

"Tunggu," Arion menyusul.

"Sini handphone kamu,"

Narine menatap Arion bingung.

"Nomor kamu ganti kan? Masih punya nomor saya gak? Biar nanti kalo kamu pulang telfon Saya."

Narine menangguk, "Masih punya kok."

"Oh masih punya? Terus kenapa kamu gak pernah telfon saya?"

KRING KRING KRINGGG

"Udah bel, aku masuk dulu." Pamitnya bergegas masuk ke dalam.

Arion menghela napas berat.

Sebenarnya mengenai yang Narine bicarakan kmarin, kedatangan Bunda berhasil menghentikan pembicaraan mereka.

Hingga saat ini pun Arion masih tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan Narine tentang Arion yang sudah menikah.

Narine kini juga berubah menjadi sosok yang begitu dingin, berbeda sekali dengan dulu.

.

"Kamu jadi ke bali?" Tanya Arion pada Valerie di telfon.

"Iya Mas,"

"Jadinya pulang kapan"

"Paling dua atau tiga harian lagi,"

"Gak bisa besok?"

"Ya enggaklah, atasanku aja masih stay masa aku pulang duluan. Harusnya kamu ngerti dong Mas, di kantor kan kamu atasan juga."

"Maksud saya besok kan ulang tahunnya Kama, kita udah lama loh gak ngunjungin Kama."

"Aku sibuk Mas..."

"Oke kalo gitu kasih saya tanggal dimana kita bisa pergi ngunjungin Kama yang kamunya gak sibuk?"

Valerie diam, lumayan lama. "Kamu duluan aja Mas, nanti aku kesana sendiri juga gak apa-apa."

"Val..."

"Mas please... aku masih banyak kerjaan, aku males ribut."

Arion menghela napas lelah, semua selalu tentang pekerjaan nya. "Oke... jangan telat makan, vitaminya juga jangan lupa di minum."

"Iya Mas, bye."

Arion meletakan ponselnya kasar.

.

Hari pertama sekolah berjalan dengan lancar, begitu setidaknya yang Narine pikir.

Padahal kenyataannya gara-gara Narine banyak diam jadi tidak banyak yang mengajaknya berkenalan. Sejauh ini baru ada satu orang, Anya namanya.

"Pulang pake apa lo?" Tanya Anya.

"Emm gak tau, ojek online maybe?" Jawab Narine.

"Bareng gue aja."

"Gak usah, rumah kita beda arah." Narine tahu karena tadi Anya yang cerita.

Dan tiba-tiba ponsel Narine bergetar, ada panggilan dari Arion.

Sempat ragu, dan bertanya-tanya dari mana Arion bisa mendapatkan nomor baru Narine, akhirnya Narine menerima panggilan Arion.

"Hallo, masih di sekolah?"

"Engga, aku udah di rumah baru aja nyampe."

"Oh sudah di rumah, pulang pakai apa tadi?"

"Bareng temen tadi."

Sementara di sebrang sana ada Arion yang terlihat bingung dengan apa yang baru saja terjadi, jelas-jelas Narine masih berada di sekolah. Tapi kenapa tapi kenapa tadi Ia bilang sudah di rumah?



TBC🦥


a moment for a whileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang