V | Nothing

45 18 5
                                    

"I love you and you're married."


Arion menatap Narine tidak mengerti.

"Saya gak ngerti maksud kamu apa..."

Narine masih menangis.

"Go..."

"Rin..."

"Please go..."

Menuruti Narine, Arion pun pergi meninggalkan Narine yang sekarang terduduk menangisi dirinya sendiri.

-


"Lo abis nangis?" Tanya Anya, mata Narine benar-benar bengkak hari ini.

"Masih keliatan banget emangnya?"

"Lo gak punya kaca di rumah?" Anya melemparkan cermin pada Narine.

"Aissh... padahal udah di kompres es tapi masih saja. Kalo aja gak ada ujian hari ini, udah pasti aku gak akan masuk sekolah." Narine kembali melemparkan cerminnya pada Anya.

"Lo lagi ada masalah? Well walau kita baru kenal seminggu, tapi kalau lo butuh someone, lu tinggal bilang Rin." Anya menyilangkan kakinya, menyebalkan tapi Narine tahu kalau gadis itu tulus.
"Ini bukan cerita yang bisa di cerna orang kayak lo Nya."

"What?! Maksud lo apa nih?" Anya mendengus kesal.

"Berisik, bentar lagi bel."

.


"Lo adalah tipe manusia yang semingguan ini gue liat yang kalo guru tiba-tiba nanya lo bisa jawab, yang setiap pelajaran bisa fokus. Jelas beda banget sama gue."

"Tapi ini kenapa nilai ujian fisika lo tadi gak beda jauh sama gue?" lanjut Anya menatap lembar jawaban Narine tak percaya.


Narine menghela napas, pusing gara-gara persoalan kemarin Ia jadi tidak bisa fokus di tambah Narine memang kurang memahami pelajaran fisika disini.

"Gak bisa nih kalo gini terus, lo ada kenalan tutor gitu gak? " Tanya Narine ke Anya.

"Hmm bentar... ohiya ada. Pas kelas 1 kemaren gue pernah di tutorin dia, nilai gue langsung naik. Cara dia ngejelasin tuh enak bisa langsung masuk ke otak gue yang sempit ini. Eh tapi masih mahasiswa gitu, gimana mau gak?"

"Boleh,"

"Oke gue chat orangnya."

.

Sebenarnya hari ini Narine enggan sekali untuk pulang, tapi ya mana bisa begitu. Makanya Ia hari ini memilih untuk pulang telat saja. Seharian tadi Ia mengikuti Anya yang kata mau stress relief alias shopping.

"Thanks ya Anya." Tutup Narine.

"Next time kita meni pedi yaa, bye B." Mobil Anya melaju di keheningan malam.

Narine berdiri di depan pagar rumahnya, memikirkan takut sekali kalau Ia tiba-tiba bertemu dengan Arion disini.

Dan kejadian semalam terputar kembali di kepalanya, tentang bagaimana Ia mengatakan bahwa Narine mencintai Arion.

Narine lekas mengela napas, "Kenapa juga coba gue ngomong gitu semalem. Stupid." memukul kepalanya kesal.

"Oke, God please semoga hari ini gak ketemu." Doa Narine dalam hati.

Narine membuka pagar, dan...

"Loh!"

Doa nya tidak terkabul.

"Kemana aja kamu, kok baru pulang?" Tanya Arion.

Narine mengutuk halus dalam hatinya,

"A.. aku.. habis main tadi." Jelas Narine terbata-bata.

"Kamu main? Sama siapa?"

"Anya... my classmate. Om abis dari rumah"

"Ohh okay, iya tadi Saya abis bawain Donat Tiramisu kesukaan kamu. Jangan lupa dimakan ya."

Narine mengangguk, "Makasih Om..."

"Kalo gitu Saya pulang ya Rin." pamit Arion sambil menepuk pelan kepala Narine.



Setelah apa yang diucapkan Narine tentang perasaannya, Arion malah seperti tidak terjadi apa-apa.



>.<

TBC

a moment for a whileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang