VIII | Bubur

6 4 0
                                    


"So, Alric gimana?" Tanya Anya setelah membersihkan dirinya lalu merebahkan badannya di ranjang Narine.

"Perasaan gue udah bilang, He's good gue suka cara dia ngajar—" Jawab Narine dari kamar mandi.

"Bukan itu, tapi... Does he look... healthy? Happy?"

Narine menyiritkan alisnya, sedikit bingung dengan pertanyaan Anya.

"Hmm gue bingung harus jawab gimana, We've only met once. Tapi dia keliatan rapi and normal. Pertanyaan lu aneh."

"Gue udah lama banget gak ketemu dia, kemaren aja itu pertama kali gue kontak dia lagi setelah sekian lama," jelas Anya.

"... jujur gue kangen sama dia." Lanjutnya.

"Okaay," Narine menghampiri Anya dan ikut berbaring di sampingnya.

"Ada apaan nih?" Tanya Narine menggoda Anya.

"Gak ada, cuma sekarang gak ada yang bisa bantu gue ngerjain PR."

"Are you sure?" Narine menghadap ke Anya sembari menyiritkan matanya.

"Oke, setiap orang punya first love..."

"and Alric is yours?" Narine terkekeh, sedangkan Anya hanya tersenyum kikuk.

"First love lu siapa?" Tanya Anya.

Narine terdiam sebentar, wajah Arion jelas terbayang. Membayangkannya saja membuat Narine kembali sadar betapa dia menyukai Arion.

"Ada, he's older than me."

"Oohh ternyata lu doyan om-om..." goda Anya.

"Heyyy dia gak setua itu ya sampe lu sebut om!"

"Tapi lu manggil dia om kan?"

Narine terdiam karena ya jelas dia memanggil Arion dengan sebutan om.

Anya menanggapinya dengan tertawa dan sedikit gelengan kepala.

.

Malam ini, Bunda terlihat sibuk di dapur meski makan malam sudah jelas tertata di meja makan.

"Bunda masak apa lagi?" Tanya Narine.

"Kamu makan duluan itu, Bunda lagi bikin bubu buat Arion."

"Loh Om Rion sakit?"

"Iya tadi Bunda telfon, soalnya tuh anak seharian ini gak muncul batang hidungnya dan bener aja sakit dia."

Mendengar penjelasan Bunda, Narine jadi ikut khawatir pantas saja hari ini Narine tidak mendapatkan kabar sedikit pun dari Arion. Narine pikir ya Arion sibuk bekerja.

"Yaudah cepetan kamu makan, terus nanti anterin ini ke rumahnya." Lanjut Bunda.

"Loh kok Aku? Suruh Istrinya aja kesini ambil buburnya Bun."

"Istrinya gak ada, dinas luar. Udah kamu aja, kasian loh Arion dia gak ada yg urus dari tadi pagi."

Narine jadi semakin khawatir. "Masih lama gak itu buburnya?"

.

Narine mengetuk pintu Arion, sudah lama sekali sejak terakhir kali Narine mengunjungi rumah Arion.

Tidak ada sautan, Narine pun mencoba membuka pintunya dan tidak terkunci.

"Om Rion.." Panggil Narine pelan sembari berjalan memasuki rumah.

Gelap tidak ada lampu yang menyala, rumah ini ternyata tidak banyak berubah dan satu satunya perubahan yang jelas terlihat adalah sebuah foto yang sebelumnya tidak ada. Ya foto pernikahan Arion dan Valerie.

Narine menatap foto itu, sakit rasanya...

"Narine?" Suara Arion yang keluar dari sebuah ruangan memecah lamunan Narine.

"Kata Bunda Om sakit, jadi ini Bunda buatin bubur buat Om."

"Aku taro di meja makan ya." lanjut Narine.

"Ohiya makasih Rin, taro disitu aja nanti Saya makan." Arion berjalan menghampiri Narine dengan tertatih.

Melihat itu Narine bergegas memegangi Arion. "Kita ke rumah sakit aja gimana Om?"

"Gak usah, setelah minum obat juga sembuh kok Rin."

Narine menghela napas, "Yaudah biar nanti aku bawa ke kamar aja bubur nya, sekarang kita balik lagi aja ke kamar."

Dan dengan perlahan Narine mendekat menopang tubuh Arion membawa nya kembali ke kamar.

Dan begitu tubuhnya bersentuhan, jantung Narine mendadak berdetak dengan cepat.




a moment for a whileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang