II | Kala itu

117 44 38
                                    

Dari Arion, Narine mengenal cinta. Tentang bagaimana Arion menjadi kakak, teman, orang dewasa dan seorang pria untuk Narine.

Dari Arion pula Narine mengenal patah hati, tentang bagaimana lelaki itu yang tiba-tiba menikah. Mengucap janji sehidup sematinya dengan perempuan lain, tentang kemudian meninggalkan luka yang bahkan seharusnya tidak pernah ada.

-

"Om Rion...?"

Arion berdiri masih dengan senyum yang sama seperti dulu.

Namun sebelum Narine tersadar, Arion sudah terlebih dahulu melangkah, membawa gadis itu ke dalam pelukannya.

"Ternyata ujian kamu selesainya lama juga ya." Sindir Arion halus.

Arion melepas pelukannya, lalu beralih dengan menatap Narine lekat, gadis itu masih mematung bahkan saat Arion mengelus lembut kepalanya.

"Di tinggal tiga tahun udah gede aja sekarang,"

"Udah kangen-kangenannya? Ayok turun, kita makan semangka." Bunda menyela.

"Iya Bunda." Arion menjawab. "Yuk Rin," Arion mempersilakan Narine berjalan terlebih dahulu. Sembari menuruni tangga, perhatian Narine kemudian tertuju pada perempuan berambut panjang yang berada di ujung tangga.

"Oh iya kenalin Rin, Istri saya." Jelas Arion, sebab kala itu Narine tidak datang ke pernikahannya. Valerie dan Narine berjabatan, jelas aneh sekali rasanya. Seperti akhirnya melihat sosok yang dipertanyakan Narine selama ini.

Arion beralih ke samping Valerie, merangkulnya dengan romantis.

Mungkin ini hasil dari memblokade semua informasi mengenai Arion, Narine seperti kehilangan kesempatan untuk mempersiapkan diri.

.

Sejak kecil orang tua Arion selalu sibuk dengan pekerjaannya, sampai akhirnya dari kasih sayang Bunda Sarah, Arion tumbuh bersama Narine.

Arion sedih sekali ketika Narine yang waktu itu sedang berada di Sydney tidak bisa menghadiri pernikahannya, terlebih pernikahan nya kala itu karena satu dan dua hal harus diadakan secara mendadak.

Dan kesedihan Arion harus berlanjut karena setelahnya, entah kenapa Narine memutus komunikasi dengannya.

"Mas, aku gak bisa lama," bisik Valerie. "Yaudah, kamu duluan aja." Putus Arion. Valerie pamit lalu pergi.

Bunda menghampiri Arion, "Ini weekend loh."

Arion tersenyum getir, untuk pekerjaannya, Valerie tidak mengenal hari libur.

"Eh Rin inget gak waktu dulu kamu pengen banget pasang hammock di halaman belakang?" Tanya Bunda.

Narine mengangguk.

"Om Rion udah pasang tuh, coba liat sana."

Narine terpaksa berdiri, disusul Arion yang kemudian merangkulnya. Narine meremas roknya, mencoba untuk tidak bereaksi.

.

Narine dan Arion masih berdiri, masih dengan Arion yang merangkul Narine dan sama-sama melihat ke arah halaman belakang.

"Kenapa kamu berhenti hubungin saya?"

Arion beralih menatap Narine.







"It's hard for me, you're married now..."



...

Flashback

Arion: Mau donat?

Arion kembali melihat pesan yang dikirim nya sejak satu jam yang lalu, Narine masih belum menjawab. Ini sudah waktunya Arion pulang, dan akhirnya Ia akan tetap membawakan donat untuk gadis itu.

Hujan turun, untungnya Arion sudah kembali ke mobil setelah membeli donat, di lihatnya kembali pesan yang dikirimnya tadi. Masih belum ada balasan. Arion yakin, gadis itu pasti sedang keasikan membaca buku.

Belasan menit berlalu masih di bawah guyuran hujan yang semakin deras, Arion menghentikan mobilnya kala melihat Narine berdiri di bawah derasnya hujan.

"Narine!"

"Om Rion..." Narine menangis.

Lekas Arion membawanya masuk ke dalam rumah, kemudian berlari mengambil handuk.

"Kamu ngapain ujan-ujanan begini?" Arion menutup badan Narine yang basah.

Narine masih menangis, "Aku gak mau ikut Ayah. Aku gak mau pisah sama Bundaa. Sama Om..."Dipeluknya Narine.

"Tenang, gak akan kok Rin."




...



tbc🦭


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
a moment for a whileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang