X | the sunset is beautiful isn't it?

6 1 0
                                    

Tapi sedetik kemudian yang Narine rasakan adalah sebuah gerakan menghindar dari Arion. Narine membuka matanya dan mendapatkan Arion yang membuang wajahnya, masih menunduk juga masih memegangi lengan Narine.

Narine tidak pernah merasa seperti ini, sebagian dirinya mendadak merasa marah dan juga terluka...

Narine mundur, melepaskan tangan Arion.

Arion menoleh ke arah Narine. "Maaf.." lirihnya.

Narine beranjak dari duduknya dan tanpa sepatah kata Ia meninggalkan Arion. Dengan berderai air mata ia berlarian ke kamarnya.

Narine sama sekali tidak menyangka Arion akan berlaku seperti itu, Narine jelas terluka semalaman menangisi hal ini sampai tak disadari dirinya terlelap.

.

"Sorry apa ada soal yang mengganggu kamu?" tanya Alric ketika melihat Narine yang terlihat tidak baik-baik saja itu.

Narine terdiam sejenak, jelas ada yang mengganggu pikirannya sekarang tapi itu bukan tentang sebuah soal fisika yang tidak bisa dikerjakannya. Ini lebih besar daripada itu, tapi tentu Narine tidak bisa memberitahu Alric apa yang mengganggunya.

"Engga kok Kak, kenapa memangnya?"

"Apa kamu sakit? Kalo kamu sakit kita bisa ganti pertemuannya."

"No. I'm okay Kak. Ayo kita mulai aja." Narine membuka bukunya.

"Kalau ada sesuatu yang mengganggu konsentrasi belajar kamu, nanti Saya kasih tips. Sekarang kita bahas halaman 32 ya."

Tiga jam pun berlalu. Narine menutup bukunya, "So, apa tips nya?"

Alric tersenyum, "Semangat bener ternyata, tapi kita harus pergi ke suatu tempat."

"Oke sure, where?"

"Rahasia, ayo ikut aja"

Alric menatap Narine yang terlihat kebingungan melihat sepeda motor miliknya.

"Gak masalahkan kalo perginya naik motor?" Tanya Alric sembari menaiki motornya.

"Gak dong, cuma belum pernah naik motor aja. But I think this will be fun." Narine mengikuti Alric menaiki motornya.

"Sebelumnya karena saya gak ada rencana bawa kamu pergi jadi saya cuma bawa satu helm, silakan kamu pake. Safety first."

Narine terkekeh, seharusnya kalau memang mau safety first ya dua duanya pake tapi karena ini di luar rencana Narine menerima saja helm itu.

.

"Gimana rasanya naik motor?" Tanya Alric di tengah-tengah perjalanan.
"Haa?"
"Gi ma na rasanya naik mo to r?" Ulang Alric.
"Ohh, I can feel the wind, it's nice."

Alric tertawa, "Kamu belum ketemu macet." Sahutnya
"It's fun but hard to hear what you're saying."

Alric tertawa lagi, "Oke kalo gitu selamat menikmati perjalanan sore yang menyenangkan ini."

.

"Ini bakal sedikit capek, tapi it'll be worth it." 

Narine mengangguk, dan betul saja menaiki tangga menuju lantai 9 itu jelas melelahkan. Tapi seperti kata Alric, lelah menaiki tangga tadi terbayarkan begitu melihat langit senja dengan pemandangan danau dan gedung gedung di belakangnya.

"Woah, it's totally worth it. The sunset it's crazy. How do you know this place?"

"Saya tinggal di rusun ini Narine." Alric terkekeh.

"Thank you, udah bawa aku kesini."Ucap Narine dengan tersenyum tulus memandang Alric.

Sembari menikmati pemandangan ini, Narine merenung. Angin sore ini sekali lagi menyapu hatinya.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

a moment for a whileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang