1: Bingung

46 3 0
                                    

Ada sebuah wilayah yang dinamakan Trania di Kepulauan yang disebut Kepulauan Breya. Trania itu sedikit unik, terdapat dua klan berbeda yang tidak ingin dan tidak akan sudi bersatu meskipun mereka berada di satu wilayah yang sama, klan biru dan klan merah. Klan biru menempati bagian Trania Barat, sedangkan klan merah berada di Trania Timur. Keduanya tentu memiliki ciri khasnya masing-masing. Klan merah identik dengan bola mata berwarna cokelat kemerahan, berbeda dengan klan biru yang memiliki bola mata berwarna biru.

Tidak sulit membedakannya, kecuali jika mereka berinisiatif mengubah warna bola mata mereka menggunakan ramuan Yuzric yang berada di lembah gunung Traneesh. Well, itupun jika mereka mampu melewati badai salju dengan rusa pembunuh yang kapan saja bisa memakan mereka.

Oke, mari lupakan tentang itu. Trania; sebuah wilayah yang di dalamnya terdapat dua pemimpin, Raja Holmes dari Trania Barat dan Ratu Eliana dari Trania Timur. Keduanya bersaing untuk memperluas wilayah kekuasaan, mengembangkan kualitas sumber daya mereka, dan tidak hanya itu, diam-diam mereka berencana untuk saling menjatuhkan.

Namun yang membuat Trania terkenal hebat dan berbeda di antara wilayah-wilayah yang lain adalah, mereka mempunyai golongan yang disebut Culous. Mereka adalah orang terpilih yang mempunyai keahlian seperti penyihir, dan tentu saja masing-masing wilayah Trania mempunyai Culous kebanggaannya.

Untuk menjadi seorang Culous tidaklah mudah. Takdir yang akan menentukan apakah seseorang itu pantas atau tidak.




 Takdir yang akan menentukan apakah seseorang itu pantas atau tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Emily, gadis klan biru yang baru saja terpilih menjadi Culous, dan tentu saja membuat dirinya bingung, bagaimana bisa seorang pengrajin gerabah seperti dia mempunyai takdir menjadi golongan elit kerajaan?

Meskipun tidak melupakan fakta bahwa siapapun dapat menjadi Culous, namun hei, Emily bahkan tidak pernah membayangkan hal itu terjadi pada dirinya. Mempunyai keahlian penyihir sama sekali bukan impiannya. Impian gadis itu hanyalah ingin menemukan kedua orang tuanya yang lama menghilang.

"Hei anak baru! Mau sampai kapan kau diam seperti orang linglung?" seru Ethan si pemimpin latihan mereka pada hari ini dari kejauhan. "Kau tidak akan mahir memanah jika yang kau lakukan hanya melamun."

Presensi Emily yang berjarak tidak jauh dari Ethan sebetulnya cukup menarik atensinya. Gadis itu datang sendirian dengan busur besar di tangan mungilnya, ia masuk melalui gerbang yang menghubungkan Blue Hall dengan lapangan latihan sembari kerepotan mengumpulkan lima anak panah yang ingin merosot. Ethan memperhatikannya sejak tadi. Bukan apa-apa, ini sudah menjadi tugasnya untuk mengawasi para Culous, ditambah lagi dengan fakta bahwa Emily merupakan Culous baru yang masih perlu bimbingan.

Emily menggaruk pelipis. Ia merasa malu, orang-orang di sana memandangnya tepat setelah suara Ethan mengudara. Dari tempat Emily berdiri, ia memperhatikan Ethan yang memberikan busur beserta anak panahnya kepada Jayez yang berada di sebelahnya, kemudian menghampiri gadis berambut cokelat tersebut.

Mengetahui Ethan hendak menuju padanya, Emily mendadak diserang panik. Ia membayangkan kalau dirinya akan dimarahi di tengah-tengah kerumunan para Culous.

"Ada masalah?" Suaranya berat saat mengucapkan itu. Ethan berada di hadapan Emily yang tengah gugup, sebab pandangan mata Ethan betul-betul menatap tepat ke dalam iris biru Emily.

Emily mencoba untuk mundur sebanyak dua langkah demi menciptakan obrolan yang tidak canggung. Bohong jika gadis manis itu tidak terintimidasi oleh pemuda yang sama-sama mempunyai bola mata biru, yang hampir menyerupai lautan yang dalam itu. Asal kalian tahu, Ethan menempati posisi sebagai pemimpin Bluewest -pasukan Culous Trania Barat- yang digemari semua orang. Itu membuat Emily merasa tidak ada apa-apanya.

"Aku hanya, eum- aku tidak pernah membayangkan ini sebelumnya." Emily mengangkat panahan di tangannya setinggi dada. "Memegang benda ini di saat dahulu aku hanya memegang tanah liat yang lembek. Ini gila, benar-benar gila. Aku tidak ingin memercayai ini, namun aku harus percaya. "

Keduanya saling diam.

"Perlu kau ketahui, segala macam pikiran yang ada di kepalamu itu justru yang akan menjadi penghambatmu untuk mendapatkan jawaban." Ethan menjeda untuk membalas sapaan anak buahnya yang kebetulan lewat, itu Steve dan Jake. Ethan kembali melanjutkan, "Yang perlu kau lakukan adalah menerima takdirmu. Saat ini kau adalah seorang pejuang elit kerajaan, bukankah itu hal baik? Jadi berhentilah merasa bingung."

Ethan berbalik untuk melanjutkan aktivitasnya, namun sebelum itu ia berhenti, menghadap Emily yang masih tahan pada posisinya. "Maaf harus mengatakan ini tapi... tempat ini bukan untuk seorang pecundang." Setelahnya pemuda jangkung itu kembali memacu langkah.

Tempat ini bukan untuk seorang pecundang.

Tunggu.

Emily merasa kesal, gadis bersurai cokelat itu tidak terima dengan perkataan Ethan. Ia tahu itu bukan ditujukan hanya untuk dirinya, tetapi bukankah saat ini Emily masih menjadi pecundang yang tidak tahu apa-apa, dan perkataan Ethan justru membangkitkan rasa marahnya.

Netra Emily menangkap buah apel yang dilemparkan ke udara. Tak jauh dari sana, berdiri seorang Culous yang bersiap membidik apel tersebut dengan panahnya. Hal gila terjadi, entah apa yang dipikirkan oleh Emily, yang pasti saat ini ia tengah menargetkan apel tersebut, mengarahkan ujung anak panahnya pada apel merah yang melayang tinggi lalu menarik tali busurnya. Tak sampai satu detik anak panahnya melesat, dan-

Krakk.....brukk.

Apel tersebut hancur di udara dan jatuh tepat di hadapan Ethan yang sedang berjalan untuk kembali menyusul Jayez. Ya, Emily berhasil memanah apel itu dan membiarkan si pembidik aslinya tercengang, begitu juga Ethan yang sekarang memberikan tepuk tangan, kemudian diikuti oleh seluruh Culous yang menyaksikan aksi Emily.

Keterkejutan juga menghiasi wajah gadis itu. "Ya Tuhan, apa yang baru saja aku lakukan?" gumamnya pada diri sendiri.






🤍🤍

Trania: Blessed or CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang