Setelah kejadian di aula Blue Hall serta pengumuman bahwa Emily mempunyai keahlian telekinesis, Emily kini berada di ruangan khusus dengan banyak benda-benda yang kelihatannya tidak berharga. Emily memperhatikan ruangan itu dengan seksama.
Dinding biru langit, terdapat sofa, meja-meja kecil yang di atasnya tertata benda-benda tidak berharga seperti patung kuda tanpa kepala, tongkat, sepatu tanpa pasangan, dan bahkan....gayung?
"Sudah selesai melihat-lihat?"
Fokus Emily yang tengah memerhatikan gayung itu buyar akibat suara lembut di hadapannya. Emily hampir lupa bahwa di ruangan aneh ini, ia sedang bersama Ethan si pemimpin Bluewest yang kabarnya mempunyai keahlian sama seperti dirinya, telekinesis.
Tentu saja keberadaan mereka berdua di sini pun ada tujuan. Emily sudah diberi tahu kalau Ethan akan menjadi tutor pribadinya dalam melatih keahliannya, di sebuah ruangan yang Ethan sebut tempat pribadinya.
Emily tidak bergeming. Gadis itu hanya menunduk sambil sibuk memainkan ujung rambutnya. Emily gugup. Ya, gadis mana yang tidak gugup jika berada dalam satu ruangan yang sama dengan pemimpin Bluewest tersebut. Pemuda yang diidolakan banyak orang.
Pemuda bersurai hitam itu mendekati Emily. "Kau takut padaku?"
Emily mendongak, menatap mata Ethan yang sangat tinggi baginya. "Tidak!"
Pemuda jangkung itu terkekeh karena menurutnya gadis di depannya ini sangat lucu. Ia melihat kaki Emily yang mengetuk-ngetuk ubin. Tidak gugup, ya?
"Baiklah, langsung saja. Kau pasti tahu 'kan, kalau aku akan menjadi tutormu untuk melatih keahlianmu?" Emily mengangguk. Ethan berjalan melewati Emily untuk menuju meja dan mengambil gayung yang tadi sempat Emily perhatikan.
Gayung yang berada di tangan Ethan tiba-tiba melayang. Hal itu kontan membuat Emily terkagum-kagum. "Wah! Itu hebat! Bagaimana kau melakukannya? Ayo ajari aku sekarang!"
Lagi-lagi Ethan tertawa. Menyadari bahwa tingkahnya sangat berlebihan, Emily kembali menutup rapat-rapat mulutnya. "Maaf, aku hanya kagum."
Obsidian biru laut itu melirik Emily. Ia tidak bisa menyembunyikan tawanya. Entah mengapa mood Ethan menjadi baik saat dihadapkan dengan keluguan Emily.
Suasana kembali canggung. Ethan menurunkan gayung itu kembali ke meja setelah lama melayang di udara. Ia mengintip ke luar jendela, mendapati matahari yang semakin rendah. Itu artinya ia harus cepat mengajari Emily pelajaran pertama sebelum malam tiba.
Pandangan Ethan menyusuri ruangan, mencari-cari benda yang dapat digunakan Emily berlatih. Ia melihat gulungan kertas di lantai dan segera mengambilnya. "Kau akan mencoba menggerakkan gulungan kertas ini," ucapnya pada Emily.
"Bagaimana?" Jujur saja gadis itu bingung karena ini pertama baginya.
"Caranya kau harus fokus pada benda yang ingin kau kendalikan. Anggap bahwa benda itu adalah bagian dari dirimu, kemudian pikiranmu mencoba untuk mengambil alih benda tersebut." Ethan meletakkan gulungan kertas itu di meja. "Sekarang coba perhatikan aku."
Emily mendekati Ethan dan berdiri tepat di sampingnya. Merasa bahwa jantungnya mendadak berdegup kencang, Ethan sedikit menggeser posisinya menjauh dari Emily.
'Baiklah. Ayo fokus pada muridmu, Than!'
"Pertama, fokus pada benda."
Emily mengangguk serius dan ikut mengokohkan posisinya.
"Kedua, anggap bahwa benda itu adalah bagian dari dirimu."
Emily memperhatikan gulungan kertas itu seraya memikirkan bagaimana caranya menganggap bahwa benda adalah bagian dari dirinya. 'Apakah aku harus menganggap kertas itu adalah tangan ketigaku?'

KAMU SEDANG MEMBACA
Trania: Blessed or Cursed
FantasyDianugerahi orang-orang terpilih dengan kemampuan luar biasa ternyata tidak semerta-merta membuat Trania merasa aman. Ada takdir yang menari-nari tengah tersembunyi di gelap paling dasar. Salah satunya misteri datangnya kembali iblis yang puluhan t...