2: Keahlian Emily

47 3 0
                                    

Satu minggu yang lalu, Emily ingat pada pagi hari ia terbangun dengan kepala yang sakit luar biasa. Seluruh tubuhnya mendadak terasa menggigil seolah salju di lembah gunung Traneesh dikirimkan berton-ton padanya. Dinginnya sangat menusuk tulang, membuat neneknya kepalang panik berteriak meminta pertolongan.

Gadis itu masih mengenakan gaun tidur putih, terbungkus dengan tiga lapis selimut. Saat itu Emily berpikir bahwa ia akan mati. Otaknya yang nampaknya ikut membeku itu benar-benar tidak bisa mencari ide lain selain berdoa kepada Tuhan agar mengampuni seluruh dosanya. Aku akan mati. Pikirnya saat itu.

Sampai pada akhirnya sekelompok remaja dengan jubah biru tua mendatangi rumah sederhana dengan banyak gerabah itu. Mengatakan hal yang tak pernah terpikirkan sang nenek, apalagi Emily, dibalik gulungan selimutnya ia mendengar samar-samar, "Dia seorang Culous, dan kami datang untuk membawanya ke Blue Hall sesuai aturan Trania Barat."

Berakhirlah Emily di sini, Blue Hall dengan segala kemewahannya dan kebutuhan yang tak akan pernah habis. Sudah seminggu ia berada di sini, namun dirinya belum mampu beradaptasi dengan lingkungan baru yang akan menjadi tempat tinggalnya. Emily sungguh merindukan sang nenek.

Rasa rindu itu mendadak hilang ketika tiba-tiba ia teringat perkataan Gwen dua hari lalu bahwa keluarga yang ditinggalkan para Culous akan hidup dengan makmur, sebab kini mereka akan menjadi tanggung jawab kerajaan. Jika sudah begitu, maka artinya menjadi Culous sama saja kau berhutang budi pada kerajaan.

"Masih saja suka melamun?" Gwen menghampiri Emily yang sejak tadi hanya mematung di balkon kamarnya. "Kau tidak lupa hari ini ada jadwal apa?"

"Penentuan keahlian."

Gwen menjentikkan jarinya tepat ketika Emily menoleh yang langsung membuat gadis itu terkejut. "Aku sangat tidak sabar, menurutmu apa keahlian khusus yang kau punya wahai gadis pengrajin?" Saat ini mereka berdua berjalan bersama menuju aula Blue Hall.

Emily berpikir sejenak, lalu menggeleng. "Aku tidak tahu."

"Oh, ayolah, jangan lesu seperti itu. Kau tidak penasaran?"

Emily menjinjing pakaiannya begitu menuruni anak tangga, terdengar suara orang-orang sudah memenuhi aula. "Pernah berpikir menjadi seorang Culous saja aku tidak pernah, apalagi berpikir mempunyai keahlian. Memangnya keahlian seperti apa yang dimiliki pengrajin gerabah seperti aku?"

"Ah, kau tidak seru sama sekali. Aku dulu berpikir bahwa aku mempunyai keahlian telekinesis sama seperti Ethan, ternyata aku hanya seorang kreator," balas Gwen yang nampaknya ada sedikit nada penyesalan di sana.

"Kreator itu keren," sanggah Emily mencoba mendukung Gwen.

"Yaa, sangat keren hingga aku selalu menciptakan berbagai macam mainan untuk Blue Hall."

Emily tertawa menanggapi itu. Memang benar, Gwen seringkali memamerkan keahliannya untuk menciptakan sesuatu. Baru tadi malam Gwen menciptakan kodok seukuran tikus dewasa dengan jari yang mengeluarkan cahaya biru. Emily berani bersumpah, ia tidak akan lagi mengikuti rencana gila Gwen untuk menjahili Steve yang tengah tertidur, lantas pemuda berkulit pucat itu spontan terkencing-kencing di celana.

Sungguh jahat!




Sungguh jahat!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Lamunan Emily mendadak dibuyarkan oleh suara Nyonya Dashy yang memanggil namanya untuk maju ke depan. Kedua gadis Culous itu sudah sampai di aula yang sudah dipenuhi anggota Culous, Nyonya Dashy sebagai penanggung jawab keahlian Culous, dan Tuan Christ si ahli peramal. Emily berjalan sendirian menuju Nyonya Dashy, sebab hanya dia saja orang yang terpilih menjadi Culous.

Gadis itu dapat mendengar suara halus Gwen yang menyemangatinya dari belakang. "Kau hanya perlu fokus saat memegang kalungnya, Em."

Emily masih berjalan sembari pandangannya menyusuri dengan kagum betapa indahnya aula Blue Hall. Hampir semuanya didominasi dengan warna biru. Menyadari bukan saatnya ia terpesona dengan keindahan aula, kembali ia memperhatikan langkahnya dan sampailah ia di hadapan Nyonya Dashy yang sudah memegang kalung. Benda yang tidak asing lagi bagi Emily karena seluruh Culous memakai kalung itu untuk mengendalikan kekuatan mereka.

Nyonya Dashy menyerahkan kalung berlian biru itu pada Emily, yang disambut dengan sopan olehnya. "Biarkan blist yang bekerja, kau hanya perlu memejamkan matamu dan mengosongkan pikiran."

Emily mengangguk, ia membalikkan badannya untuk menghadap para Culous yang juga memperhatikan dirinya. Mereka sangat penasaran dengan keahlian khusus seorang gadis lugu, yang pada tiga hari lalu berhasil membuat semua orang terpana karena kemampuan memanahnya.

Kelopak mata gadis itu mulai memejam, dengan menggenggam blist yang secara perlahan mengeluarkan cahaya biru. Tiba-tiba angin berhembus kencang, menggoyangkan tirai-tirai putih di aula. Tidak hanya tirai, barang-barang seperti guci, patung, tongkat kayu milik Tuan Christ pun melayang di udara.

Emily merasakan sakit pada kepalanya, bertumpuk-tumpuk kenangan terdahulu muncul kembali dalam pikirannya dan memenuhi seluruh sela-sela otaknya. Air matanya mengalir, surai cokelatnya sudah berantakan, begitu juga dengan blist yang ia genggam sangat erat. Mungkin ia tidak sadar, bahwa dirinya saat ini tengah melayang di udara.

Semua yang ada di aula memberikan pandangan takjub dengan isi pikiran yang mulai menerka-nerka keahlian khusus Emily. Mereka memikirkan satu hal, bahwa kemungkinan besar gadis yang sedang melayang dengan indahnya itu mempunyai keahlian khusus yang hanya dimiliki oleh dua orang Culous di Klan Biru.

Hanya bertahan selama sepuluh detik, tubuh Emily kembali ke permukaan ubin yang dingin dengan sedikit menimbulkan suara 'brukk'. Dirinya jatuh telentang dan meringis kesakitan, perlahan ia membuka kelopak matanya, bola mata birunya mencoba menatap keadaan sekitar meski terlihat buram.

Belum sempat ia berusaha bangkit, kesadarannya menghilang. Namun sebelum itu, pendengarannya dapat menangkap suara berat Tuan Christ yang mengumumkan satu kalimat pada semua orang di aula.

"Dengan ini saya menyatakan bahwa Culous baru Bluewest, Nona Emily Malison menguasahi keahlian khusus yaitu telekinesis."









🤍🤍

Trania: Blessed or CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang