Harry hanya ingin memanggil mereka dengan sebutan keluarga setidaknya sekali seumur hidup. Tidak bisakah?
Apakah karena dia aneh?
Ataukah karena dia menempati seluruh ruangan seperti yang selalu mereka katakan?
Seperti bagaimana Vernon yang tersenyum bahagia langsung menampilkan kekesalan di wajahnya ketika Harry keluar dari lemarinya, seolah keberadaan Harry adalah kesalahan dalam keluarga kecilnya.
Seperti hari biasanya, pagi ini juga terjadi hal yang sama. Harry berusaha mengabaikan tatapan tajam dari bibinya dan tatapan tidak senang dari pamannya yang sesekali berkomentar buruk secara terang-terangan.
Harry, meskipun dengan ketakutan dengan ancaman pemukulan, tetap melanjutkan kegiatan memasaknya karena dia tahu masakannya enak.
Beberapa saat setelahnya, anak laki-laki itu menata makanan di atas meja ketika sepasang netra hijaunya menangkap sosok sepupunya yang tengah menonton film horor sembari memegang gelas kaca yang mulai retak.
Itu hal yang aneh, mengingat Harry merasa tidak melakukan dan merasakan apa-apa, karena jika bukan karena kemarahan Vernon, hal yang sama tidak akan terjadi. Sayangnya, tidak ada yang sadar akan hal itu selain dirinya.
Kemudian, semuanya terjadi begitu cepat dan tiba-tiba; ketika film menayangkan bagian jump scare hingga membuat sepupunya kaget dan menghancurkan gelas kaca di tangannya berkeping-keping.
Tidak ada yang bergerak maupun bersuara setelah teriakan Petunia. Sementara Harry yang berdiri di balik mini-bar hanya memperhatikan kedua orang tua yang memiliki pandangan ngeri pada anak mereka.
Dia penasaran, setelah diperlakukan buruk selama bertahun-tahun karena kemampuan khususnya, apakah mereka akan bereaksi sama terhadap anak mereka ataukah semuanya akan tetap sama?
Tapi, kan, Dudley anak kesayangan aunt Petunia dan uncle Vernon. Jadi, tidak mungkin mereka akan mengucilkannya juga, batin Harry mempersiapkan diri. Pada akhirnya, dia jugalah yang akan dipersalahkan.
"Apa yang kau lakukan?" Vernon bertanya dengan marah, wajahnya memerah ketika menghadap keponakannya.
Harry menggeleng. Wajahnya tetap netral, tahu hal ini akan terjadi. Vernon selalu mencari satu-dua kesalahan untuk bisa dilimpahkan kepadanya. Mungkin setelah ini dia akan mendapat pukulan lagi dan jatah makan yang berkurangㅡatau tidak ada makanan untuk dirinya sama sekali.
Vernon baru akan mendatanginya ketika Dudley, dengan suara terbata-bata, berbicara. "I-itu aku, Dad."
Hening yang kedua kali membuat seisi ruangan terasa mencekam, dan Harry yakin kalau wajahnya yang biasanya netral sekarang terlihat terkejut dengan pengakuan itu.
Petunia menguasai dirinya lebih cepat. Wanita itu mengambil alat pembersihㅡbiasanya dia menyuruh keponakannya, tapi dia terlalu syok untuk memikirkannya sekarangㅡdan mulai membersihkan pecahan beling dengan kepanikan.
"Dudley, Harry, kembalilah ke kamar kalian. Sekarang!" Bentakan Petunia berhasil menyadarkan kedua anak laki-laki itu dan secepatnya beranjak dari dapur.
Harry memperhatikan ketika sepupunya mengambil semangkok sereal dan sepiring roti lapis dan membawanya menaiki tangga ke kamarnya sendiri, terlihat sama sekali tidak terpengaruh dengan kejadian barusan.
Menghela napas dengan miris, Harry masuk ke 'kamar'-nya yang terletak di bawah tangga, ruangan kecil yang seharusnya menjadi tempat tinggal alat-alat pembersihㅡdengan kata lain, gudang. Sementara Petunia menyebutnya 'kamar', Harry sendiri menganggap itu 'ruangan pribadi'-nya.
Hal terakhir yang dilihat Harry sebelum menutup pintu adalah wajah frustasi bibinya dan raut tidak percaya pamannya. Dia tidak tahu apa yang akan mereka lakukan dan bicarakan, tapi Harry berharap yang terbaik untuk sepupunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sometimes I Wanna Called Them Family
Fanfiction[ A Harry Potter Fanfiction] Vernon dan Petunia telah membesarkan keponakan mereka dengan seluruh kekejaman yang bisa mereka berikan, memperlihatkan kepada Harry kecil seperti apa dunia ini bekerja. Sekarang, mereka dipaksa untuk menghadapi takdir b...