7 - Alur Yang Berlanjut

258 56 8
                                    

Hola

Sori, lama banget ya nunggunya
Atau udah gak?

Semoga masih ada yang baca

Dan semoga gak bingung dengan pengaturan waktu di chapter ini

_________________

Sewaktu kecil, Gilbert pernah diberitahu mengenai sebuah ramuan khusus yang hanya dimiliki oleh Keluarga Prince. Sebuah ramuan yang dapat menyembuhkan seseorang dari salah satu jenis sihir hitam ilegal dan sangat berbahaya, hingga membuatnya turut menjadi ramuan ilegal yang tidak pernah diketahui masyarakat.

Bertahun-tahun Gilbert berpikir, "orang gila mana yang akan berpikir untuk melakukan sihir hitam segila itu?" karena pada dasarnya, bahkan keluarga berinti sihir hitam pun tidak akan mau merobek jiwa hanya untuk kehilangan kewarasannya.

Kenyataannya, hal itulah yang dialaminya saat ini. Bukan, bukan dia, melainkan sahabatnya yang namanya terkenal di Wizarding World Britain dan Amerika, Harry Potter.

Tangannya bahkan gemetar ketika menulis surat untuk kakeknya di Inggris setelah mengetahui fakta bahwa sebuah jiwa telah tertanam dalam inti sihir Harry secara ilegal. Dia tidak bisa, dan tidak ingin, membayangkan kehilangan kedua orang tuanya di usia muda dan menjadi wadah Horcrux. Benang sihirnya yang ditujukan pada Harry berdenyut biru, menandakan rasa hormat kepada anak yang lebih muda darinya itu.

Ramuan itu tiba di Ilvermorny di hari Senin sepekan kemudian, tepat saat sarapan pagi. Setelah melewati kelas sepanjang hari dengan tidak fokus, Gilbert kini akhirnya berhadapan dengan Headmaster di Hospital, dengan Harry yang berbaring masih dalam keadaan sadar di atas brangkar.

Meski masih ragu, Gilbert tetap memasukkan cairan buatan keluarganya itu ke dalam mulut Harry, menunggu dengan ketakutan ketika Harry mulai berteriak selama beberapa menitㅡyang terasa seabadㅡdan kabut hitam perlahan tapi pasti muncul dari luka petir di dahinya.

Setelah penantian yang begitu mendebarkan, kabut hitam akhirnya menghilang di udara berkat sihir penetralan Headmaster. Harry memuntahkan darah yang cukup banyak kemudian pingsan, tapi setidaknya mereka bisa bernapas lega karena prosesnya sudah selesai.

Headmaster menatap muridnya yang paling ajaib itu dengan senyum lembut. Tangannya terangkat, mengelus luka petir di dahi Harry yang mulai memudar.

"Dia masih bisa memuntahkan darah sebelum pingsan, artinya dia sangat kuat," komentar Gilbert.

Headmaster Pope mangangguk kepala setuju dan segera merapalkan mantra diagnosa pada muridnya, menghela napas lega ketika melihat hasil yang memuaskan.

"Mr. Potter akan sadar dalam beberapa jam dan saat itu dia pasti merasa lapar. Mungkin makanan kesukaannya bagus untuk mengganjal lapar," ucap Headmaster.

Gilbert tersenyum. "Baiklah, Headmaster."

Headmaster meninggalkan Hospital setelah tugasnya selesai, sementara sahabat-sahabat dan sepupu-sepupu Harry yang menunggu di luar dipersilakan untuk masuk.

Mereka telah berada di Hospital selama 2 jam ketika Harry terbangun. Jeslyn dengan cekatan menyodorkan air minum, sementara Alice menyiapkan Salad Sayurㅡsalah satu makanan kesukaan Harry selain kue tartㅡyang diambilnya dari dapur.

"Thank you," ucap Harry.

Dudley bernapas lega ketika melihat tidak ada lagi yang salah dari saudaranya. "Syukurlah. Dengan begini Mom tidak akan bertanya lagi."

Harry mengangkat kepala dari acara makannya. "Aunt juga tahu?"

Sepupu laki-lakinya itu mengangguk pelan. "Kurasa kemampuan mataku yang sensitif dengan residu sihir merupakan turunan dari beliau."

Sometimes I Wanna Called Them FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang