H - Sebulan

241 30 4
                                    

Kantin Perusahaan X - 08.38


Ini masih terbilang cukup pagi untuk seorang Gianno datang ke kantin perusahaan. Sendirian, hanya ditemani dengan secangkir susu hangat yang ia pesan. Tidak ada karyawan lain yang nampak sepagi ini di kantin. 

Pandangan si manis itu kosong, ia memikirkan banyak hal. Bukan, bukan soal pekerjaan. Anak buah serta pekerjaannya dapat ia selesaikan dengan baik. Namun pikirannya kini penuh dengan persiapan pernikahannya bersama Mas Manager Brand. 

Gianno pikir semuanya akan mudah, tinggal menikah saja? Apa susahnya? 

Ternyata persiapannya melelahkan dan menguras emosi Gianno. Ia harus arrange pertemuan dengan pihak yang akan membantunya dalam urusan pakaian, makeup yang Gianno rasa dirinya dan Merwyn tidak perlu menggunakan makeup saat menikah nanti, pihak catering dan menu-menu yang akan dipilihnya. Oh! Jangan lupakan surat-surat izin pernikahan. Gianno pusing memikirkannya karena belum juga selesai.

"Hey, good morning!" seseorang menarik kursi di depan Gianno. Tinggi, tegap mengenakan setelan kemeja berwarna cerah. 

Gianno tersadar dari lamunannya, membetulkan posisi duduk dan memaksakan senyum. "Hey, morning Mas Luke. Tumben?"

Luke. Pria yang waktu itu mempermainkan Gianno. Damn, ia bahkan belum sempat menceritakan kejadian itu pada Merwyn!

"Hahaha tumben? Saya biasa datang pagi, tapi biasanya ke rooftop dulu untuk merokok." jawab Luke santai dan menyeruput kopi panasnya.

Gianno mengangguk sambil ber-oh ria. 

"Saya dengar kamu akan menikah dengan Pak Merwyn, is that true, Gi?" Luke bertanya dengan nada serendah mungkin.

Gianno tersenyum dan menatap Luke, "Iya, Mas. Saya akan menikah dengan Pak Merwyn sebulan lagi." tatapan Gianno mengisyaratkan untuk Luke jangan main-main dengannya.

Luke menyandarkan tubuhnya pada kursi kantin, "Well, congrats Gianno." katanya sambil tersenyum miring, lalu ia tiba-tiba mendekat ke arah Gianno. "Kalau kamu berubah pikiran, saya bisa gantiin Pak Merwyn." bisiknya.

Gianno refleks menjauhkan diri dan bangkit dari duduknya, "Haha sorry Mas. Saya harus ke ruangan duluan. Have a great day anyway!" 

Ketika hendak berlalu, tangan Gianno ditahan paksa oleh Luke. "Kenapa, Gi?"

Gianno mengernyitkan dahinya penuh tanya, kenapa apanya? Lo udah buat gue nggak nyaman masih nanya?!

"Mas Luke, saya rasa perbincangan kita sudah nggak semestinya. Kalau ada yang mau dibicarakan lebih baik itu mengenai pekerjaan." Gianno melepaskan tangan Luke dengan perlahan tidak berniat menyakiti pria itu.

Luke lalu bangkit dan menjajarkan tubuhnya dengan Gianno, "Kantor masih sepi. Kalau ke ruangan, kamu akan semakin kesepian. Di sini sama saya dulu ya?" 

"Mas Luke...."

"Hey hey, Luke." bak pahlawan, Merwyn tiba-tiba datang menghampiri kekas- tunangannya yang kini tengah diperlakukan tidak sewajarnya oleh Luke. 

Merwyn dengan sigap menjauhkan tubuh tunangannya itu dari Luke. "Hey, ada apa? Luke, ada yang bisa saya bantu?" Merwyn tersenyum menyinggung. 

Luke membetulkan pakaiannya, menatap Merwyn dengan jumawa dan berlalu begitu saja meninggalkan Merwyn dan Gianno yang kini kebingungan.

"Gi, you okay? Kenapa sama Luke? Kerjaan?" Merwyn memegang bahu Gianno dan memastikan tunangannya itu baik-baik saja. 

Gianno menggeleng sambil tersenyum, "Glad you're here, Mas." ia menjatuhkan kepalanya di bahu kokoh milik Merwyn. 

Hujan di Malam MingguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang