Villa, 05:00
"Hey, good morning sweetheart," Merwyn mengecup pucuk kepala Gianno dan membisikkan kalimat manis agar kesayangannya itu bangun. Hari ini Merwyn punya segudang ide untuk membahagiakan suaminya itu dan pastinya ide lain yang semalam tidak bisa ia laksanakan.
Gianno menggeliat kecil lalu mengubah posisi tidurnya, "Jam berapa ini, Mas?" tanyanya masih dalam keadaan mata tertutup dan membelakangi Merwyn.
"Jam lima pagi, Sayang. Kita bangun yuk lihat kota Q di pagi hari sepertinya enak buat olahraga." Jawab Merwyn dengan semangatnya.
Bukannya mengindahkan ide Merwyn, Gianno justru menutup kepalanya dengan selimut. "Mas kalau mau olahraga, gih sana. Saya mau lanjut tidur yaa. Ngantuk!" Gianno lagi lagi mengabaikan ide Merwyn.
Mas Manager Brand itu memasang wajah benar-benar sedih dan kecewa. Ia merebahkan tubuhnya, melihat langit-langit kamar di villa itu dengan tatapan nanar. Bulan madu macam apa ini?
Dirasa tidak ada suara lanjutan dari Merwyn, bahkan tidak ada pergerakan Merwyn melangkah turun dari kasur, Gianno akhirnya membuka selimut dan membalikkan tubuhnya untuk melihat sisi kasur disebelahnya.
"Maaas," Gianno memanggil Merwyn lirih. "Mas maafin saya ya, saya benar-benar ngantuk. Nanti kita jalan-jalannya agak siangan ya, boleh?" Gianno membujuk Merwyn yang masih dalam posisi menatap langit-langit.
Merwyn menatap Gianno dengan tatapan sedihnya, berharap Gianno akan luluh. "Mas marah sama saya?"
Merwyn mengajak Gianno tidur dalam pelukannya, membawa si manisnya itu untuk bersandar di dadanya. "Saya nggak bisa marah sama kamu, Gi. Kita tidur lagi ya. Ini masih terlalu pagi. Benar kata kamu,"
Jawaban Merwyn yang demikian membuat hati Gianno mencelos. Kok kayanya gue jahat banget ya?
Gianno menahan tangan Merwyn yang ingin menyelimutinya kembali. "Mau lihat sunrise dari teras villa sama saya?"
Teras Villa, teh hangat, kamu, complete.
Saat ini, Gianno dan Merwyn tengah duduk bersebelahan di teras villa ditemani dengan teh hangat buatan Gianno, juga pemandangan pagi di kota Q pukul 5 pagi yang indah. Akhirnya, Gianno beranjak dari kasur dan memberikan ide lain untuk mereka lakukan bersama."Pemandangannya bagus ya, Mas!" kata Gianno dengan puppy eyesnya melihat pemandangan sekitar.
Merwyn menyeruput teh perlahan lalu menatap kesayangannya itu. "Hm?"
Gianno pun menatap Merwyn, "Liat pemandangannya, Mas. Jangan liatin saya terus, muka saya gini-gini aja nggak berubah."
"Iya nggak berubah. Masih cantik seperti biasanya." Merwyn menaruh cangkir teh lalu menggenggam tangan Gianno. "Saya beruntung bisa bangun pagi ini dan melihat pemandangan indah sama orang yang saya cintai."
Gianno tersenyum melihat Merwyn dan kata-kata romantisnya, "Mas akan terus bangun di pagi hari ngeliat muka bantal saya!" gurau Gianno.
"I don't mind. Muka bantal kamu tetap cantik menurut saya." Merwyn mengusap pipi Gianno perlahan. Takut-takut melukai kesayangannya itu.
Gianno menikmati sentuhan Merwyn dan memejamkan matanya. "Saya pernah melakukan apa ya di masa lalu?" tanya Gianno dengan suara kecil sekali.
"Hm? Kenapa, Sayang?"
Si manis itu membuka mata lalu tersenyum sangat sangat manis yang hanya disuguhkan untuk Merwyn seorang. "Saya dulu pernah melakukan apa ya di masa lalu, sampai-sampai, sekarang saya jadi suaminya seorang Merwyn Suharja yang perfect."
"Hey, I'm not perfect. But now with you, I feel complete."
"Kita sama-sama terus ya!" Gianno mengeratkan genggaman tangan mereka.
"I promise, kita akan sama-sama terus, Gi." Merwyn mendekatkan wajahnya ke arah Gianno. Gianno yang paham maksud dari Merwyn lantas juga mendekatkan wajahnya.
Merwyn lalu mengecup pelan bibir manis Gianno dan dibalas pula oleh si manisnya itu. Kecupan yang tadinya hanya perlahan, kini berubah menjadi lumatan. Gianno memberanikan diri untuk melumat bibir Merwyn. Agak sedikit terkejut, tapi Merwyn sangat-sangat bahagia saat ini. Ia tidak ingin menyia-nyiakan momen ini.
Gianno terus saja memimpin pertarungan bibir tersebut. Ia tidak membiarkan Merwyn memimpin. Kini Gianno sudah sangat gelisah, ia bangkit dari kursi lalu duduk di pangkuan Merwyn. "Wow, Sayang." hanya itu yang bisa Merwyn katakan sebelum akhirnya Gianno melahap bibirnya lagi.
"Mas Merwyn, " lirih Gianno dengan tatapan sayu. Ini saatnya!
"Ya, Sayang?" Merwyn merapikan rambut Gianno.
Gianno melingkarkan tangannya di leher Merwyn, "Kita mandi yuk!"
"Hm?" Merwyn terkejut, lagi-lagi Gianno membuatnya bingung. Kok tiba-tiba mandi?
"Saya bosan 'main' di kamar. Kita mandi yuk!" Gianno lalu turun dari pangkuan Merwyn dan berlari kecil masuk ke dalam villa meninggalkan Merwyn yang masih mematung.
"Maaas, tawaran saya nggak akan berlaku untuk kedua kali loh."
Merwyn lalu beranjak masuk ke dalam villa menyusul Gianno yang kini sudah bersiap-siap memasukki kamar mandi. "Kamu benar-benar mengejutkan ya, Gi."
Pagi hari di villa akhirnya mereka habiskan dengan satu ronde kegiatan menyibukkan yang akhirnya Merwyn lakukan bersama si manis kesayangannya. Pelepasan berkali-kali keduanya di sesi kamar mandi tidak membuat mereka lelah. Gianno dan Merwyn masih terus bercumbu hingga waktu menunjukkan pukul 11.00 siang hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Malam Minggu
RomanceMerwyn dan Gianno akhirnya resmi menjadi sepasang kekasih. Masih mesra, hangat, bahkan membara tiap detiknya. Suatu ketika Merwyn mengajak Gianno untuk tinggal bersama. Akankah Gianno menyetujui keinginan Merwyn? Bagaimana Merwyn bisa menaklukan h...