The Day After | Byun Baekhyun

87 1 0
                                    

Hari itu, salju turun dengan sangat lebat. Cafe yang kami singgahi cukup sunyi. Hanya ada kami berdua dan beberapa orang yang singgah untuk berlindung sekaligus menghangatkan diri.

Tanganku membungkus cangkir berisi cokelat panas di atas meja. Sedangkan Baekhyun, sibuk mengaduk latte yang baru saja ia pesan.

Suasana di antara kami cukup dingin, kendati atmosfir di cafe cukup hangat dengan perapian yang terletak di tengah ruangan.

Pertengkaran hebat baru saja terjadi diantara kami selepas menghadiri acara reuni SMA.

Aku dan Baekhyun berbeda kelas sewaktu SMA. Saat itu kami bahkan hanya saling mengenal wajah, sebelum akhirnya beberapa tahun lalu kami tidak sengaja bertemu lagi dan memutuskan berpacaran beberapa bulan setelahnya.

Dia anak yang ramah, supel, tidak sulit bagi Baekhyun untuk beradaptasi di lingkungan baru. Berbeda denganku yang sejak dulu cukup pendiam dan tertutup, sulit bagiku berbaur di keramaian.

Hanya saja. Lagi-lagi Baekhyun sibuk bercengkrama dengan semua orang, sampai melupakanku. Padahal aku bersamanya, tapi aku merasakan sepi dan sesak diantara banyak orang. Terlebih di acara reuni SMA yang sangat kubenci.

Entah apa yang sedang kupikirkan di tengah keheningan hingga mengajukan satu pertanyaan itu.

"Apakah kita akan baik-baik saja?"

Baekhyun memandangku letih. "Ini hanya badai salju biasa, sayang. Tentu kita akan baik-baik saja."

"Bukan, maksudku... hubungan kita," kueratkan pegangan pada cangkir keramik di tangan, "apakah akan baik-baik saja."

Sorot tertegun di mata Baekhyun tak lepas dari pandanganku. "Gaeul-ah, bisakah kita membahasnya di apartemen saja? Aku lelah sekarang."

Tak ada yang bisa kulakukan sekarang. Masalah ini akan kembali tertimbun. Seperti dugaanku, begitu kami pulang yang tersisa hanyalah keinginan untuk segera tidur. Tak ada tanda-tanda untuk mendiskusikan pertengkaran ini.

Lalu besoknya, aku bangun dan ia mengajakku berbicara seolah-olah tak ada masalah yang terjadi kemarin.

"Tidurmu nyenyak?" Baekhyun bertanya dibalik punggungnya. Ia sedang memasak sarapan di dapur.

"Eung," jawabku masih setengah ngantuk.

Ia lalu menyajikan masakannya pada 2 buah piring yang sudah tertata di atas counter.

"Kemarilah dan makan denganku," ucapnya lagi sambil menyiapkan sendok dan garpu.

Aku mengambil posisi di sebelahnya dan mulai menyantap nasi goreng kimchi buatan Baekhyun. Kami makan dalam hening, namun pikiranku begitu berisik dengan segala macam pertanyaan dan kegelisahan.

"Baekhyun-ah."

Ia masih sibuk mengunyah dan melahap suapan lain dari nasi gorengnya. "Kenapa? Apakah rasanya kurang enak?"

"Bukan itu. Kemarin-"

"Uh... Sepertinya kurang asin. Apakah hanya punyaku?" Baekhyun menoleh dan mengambil sesuap nasi goreng di piringku. "Benar, kurang asin. Biar kuambil garam dulu."

"Tidak perlu Baekhyun, aku-"

"Dimana garamnya? Ah disana rupa nya. Gaeul-ah, sepertinya kita butuh wadah untuk menaruh bumbu-bumbu ini. Aku sering menaruhnya sembarang karena tidak ada wadah."

Demi apapun pikiranku sama sekali tidak tertuju pada rasa nasi goreng yang ada di mulutku saat ini maupun perkataan Baekhyun tentang wadah bumbu. Aku hanya ingin segera menyelesaikan persoalan kemarin.

Baekhyun kembali duduk membawa garam lalu menaburnya di nasi goreng miliknya.

"Baekhyun-ah, aku-"

"Nah, begini baru enak. Tapi aku haus, dimana kutaruh gelasku tadi," Baekhyun berdiri lagi sambil mengedarkan pandangan. "Mau kuambilkan air juga?"

EXO Oneshot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang