"Kulkasmu kosong."
Decakan malas terdengar dari si pemilik kulkas yang masih berkutat dengan laptopnya sejak subuh tadi. "Apa yang kau harapkan dari seorang yang sedang dikejar deadline sepertiku? Kau seperti monster, hyung."
Yang dipanggil hyung itu terkekeh keras. "Semangat ya, anakku. Pinjam handphone-mu dong."
"Tidak. Minggu lalu kau juga meminjamnya dan menghabiskan sebagian besar saldo gopay-ku hanya untuk membeli makanan."
Suara erangan kesal terdengar dari atas ranjang. "Aku lapar!"
"Apa rumahku itu sebuah restoran?! Kenapa kau selalu ke rumahku kalau sedang lapar?!" gerutu si pemilik rumah. Ia menekan keras tombol enter di keyboardnya. "HUAH! Akhirnya bab baru dan aku tidak tau harus memulai bab ini dengan kata apa." pemilik rumah itu meremas rambutnya frustasi. "Sepertinya aku benar-benar harus pensiun."
Yang lebih tua kemudian menopang kepalanya di atas ranjang. "Ya, di sana. Aku lihat ada dua helai uban. Kau sudah menua, Renjun."
"Berhenti bercanda. Sekarang pulang lah. Aku semakin pusing kau ada di sini." Usir pemuda yang dipanggil Renjun itu. Nama lengkapnya Huang Renjun. Umurnya 21 tahun. Di saat teman seusianya masih mengemban pendidikan semester enam tahun ini, Renjun memutuskan berhenti kuliah di tahun pertamanya ketika tulisan lamanya di wattpad tiba-tiba dipinang penerbit yang cukup terkenal. Tanpa disangka novelnya itu berhasil terpajang di deretan buku best seller dua tahun yang lalu. Renjun yang sudah pusing saja di jurusan manajemen tahun pertama itu langsung banting setir ke bidang kepenulisan.
Oh ya, kita melupakan orang yang sejak tadi bersama Renjun. Namanya Kim Jungwoo, menjabat sebagai editor si pemuda Huang. Kerjaannya tiap hari hanya meneror isi pesan penulisnya dengan pesan singkat mengingatkan deadline.
"Heh, tidak sopan sekali. Aku lebih tua darimu, kau ingat tidak?" Jungwoo berakting sakit hati di belakang Renjun.
"Ingat dan tidak peduli, untuk sekarang. Sekarang pergi lah."
Jungwoo mencibir. "Ya, selesaikan saja novelmu. Satu bulan lagi, ingat."
"Aku tau!" Jungwoo terkekeh lagi ketika mendengar teriakan frustasi dari Renjun.
"Jangan lupa makan. Nanti kalau kau mati aku dapat uang dari mana?"
Tuk!
"Aw! Kasar sekali!" Jungwoo mengelus dahinya yang baru saja jadi sasaran lemparan kaleng bir bekas dari Renjun. "Ya ya, aku pergi!" finalnya saat melihat Renjun hendak melempar kaleng bir lainnya.
Renjun mengabaikan gerutuan Jungwoo yang masih terdengar dari dalam kamarnya. Hingga suara deru motor Jungwoo menghilang dari pendengerannya, Renjun masih tidak memiliki ide untuk melanjutkan naskah novelnya. Ia telah menerbitkan kurang lebih empat buku yang semuanya tanpa disangka masuk jajaran novel best seller. Pemuda Huang itu memiliki banyak penggemar sejak debut novel pertamanya. Maka dari itu di novel kelimanya ini ia sedikit dituntut oleh perusahaan penerbitnya. Dan sialnya, saat rapat empat bulan kemarin, ia diberikan tema baru yang sama sekali belum pernah disentuhnya. Novel romansa dengan sentuhan dewasa di dalamnya. Yang mana Renjun belum berpengalaman sama sekali. Terakhir berkencan saja sekitar enam tahun yang lalu. Awal masuk SMA dan ternyata dirinya hanya dijadikan taruhan selama dua bulan. Brengsek memang. Maka dari itu sampai sekarang Renjun tidak pernah lagi berpacaran. Itu kali pertama dan terakhir untuk Renjun.
Sibuk berperang dengan pikirannya sendiri, akhirnya Renjun memutuskan menonton film biru di laptopnya.
"Tidak buruk juga." gumam Renjun. Pikirnya cukup seru alur film ini. Sampai akhirnya film itu memasuki adegan dewasanya. Tubuh Renjun menegang saat melihat dua tokoh utama itu bercumbu liar dengan tergesa memasuki kamar. Renjun tidak berkedip selama itu, tapi wajahnya perlahan terasa panas dan merah menjalar di wajahnya. Suara tak senonoh itu mulai memenuhi kamar sempit Renjun. Matanya tanpa sadar terfokus pada pinggul yang saling bertabrakan itu. Renjun tanpa sadar meremas pahanya sendiri.
"Kupikir kau polos."
Brak!
Renjun terjungkal dari kursinya. Punggungnya menabrak lantai dengan kasarnya. "Aw!" Ia meringis merasa sakit pada punggungnya itu. Tapi tak lama karena perhatiannya kini diambil alih oleh pemuda asing yang kini ditangkap matanya. Pemuda asing itu bergerak menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, sedikit merasa bersalah karena sudah mengagetkan Renjun hingga terjungkal begitu.
"Kau! Kau siapaㅡ" Renjun memutus kalimatnya saat matanya melihat adegan erotis itu masih ditampilkan di laptopnya. Ia buru-buru berdiri dan mendorong tubuh si pemuda asing itu. Buru-buru tangannya berusaha mematikan film sialan itu, namun naasnya laptopnya malah ngelag dan volume film itu malah makin besar terdengar. Renjun makin panik di tempatnya. Hingga akhirnya laptopnya mati sendiri, membuahkan pekikan kaget dari Renjun. "Kok- mati .. aku- aku belum menyimpanㅡ"
"Sudah aku simpan." sahutan dari belakang membuat Renjun tersadar.
"Apa maksudmu?" Renjun menatap waswas pada pemuda asing itu. Ia menilik pakaiannya, terlihat casual dengan kemeja satin berwarna hitam dan celana bahan berwarna hitam pula.
"File tulisanmu sudah aku simpan. Kau terlihat panik sekali, jadi aku bantu." jawab pemuda itu santai. Wajah Renjun merah padam karena malu. Tapi itu tidak penting. Sebenarnya siapa pemuda ini? Dan kenapa tiba-tiba ada di kamarnya?
"Oke, oke. Aku tidak peduli bagaimana caranya kau mematikan- lupakan. Kau siapa? Kenapa kau tiba-tiba ada di kamarku?" Renjun melirik ke sekitarnya, dan ketika matanya melihat payung usangnya di samping meja, ia langsung mengambilnya sebagai alat pertahanan diri. Ia mendorong dada pemuda itu dengan ujung payungnya, membuat pemuda itu mundur dengan mudahnya. Tanpa menolak, dengan wajah tenangnya. Yang mana malah membuat Renjun semakin berpikir yang tidak-tidak. Bagaimana ini? Apa mungkin rumahnya akan dirampok siang bolong begini?!
"Tenang dulu, Renjun."
Renjun semakin terkejut. "Kau tau namaku dari mana?! Apa kau- fans fanatik yangㅡ"
Pemuda itu menggeleng. Menyingkirkan payung itu dengan mudah dari hadapannya. "Setidaknya biarkan aku menyembuhkan punggungmu dulu. Pasti sakit jatuh dari ketinggian seperti tadi." Tanpa izin pemuda itu membalik tubuh Renjun yang sudah seperti patung dan menyentuh punggung si manis. Dan seketika, seperti keajaiban nyeri di punggungnya menghilang begitu saja.
"Nah, sekarang kau sudah boleh bertanya." pemuda tan itu berkata dengan suara puasnya. Renjun masih terdiam membelakangi pemuda itu. Kemudian tangan Renjun menumpu tubuhnya sendiri di atas mejanya.
"Ya. Ya, sepertinya aku sedang bermimpi. Kebiasaan sekali, selalu saja tertidur saat menulis naskah." Renjun membalikkan tubuhnya, ia mengabaikan tatapan bingung pemuda itu. "Sekarang aku hanya harus terbangun, dan pemuda aneh ini bisa hilang." Renjun segera berjalan ke ranjangnya. Menidurkan dirinya sendiri serta menyelimutinya. Ia memejamkan matanya selama beberapa detik. Kemudian ia membukanya kembali. Kepalanya dengan gerakan terpatah menoleh ke posisi pemuda asing dalam mimpinya itu.
Dan saat melihat pemuda asing itu masih berada di dalam kamarnya dan memperhatikannya, Renjun melompat di atas ranjangnya sendiri. "Gila! Aku sudah benar-benar gila." serunya. Ia bolak-balik di atas ranjangnya seperti memikirkan sesuatu. Kemudian melompat langsung ke hadapan pemuda yang mengerjap ketika terasa terpaan angin saat Renjun tiba-tiba berada di hadapannya.
"Apa kau punya ilmu hitam? Kenapa kau bisa mematikan laptopku tanpa menyentuh dan kau bisa menghilangkan rasa sakit di punggungku?"
"Apa orang-orang di sini menyebutnya ilmu hitam? Kalau begitu, jawabannya ya."
Renjun menatap pemuda itu tidak percaya. "Tunggu, jadi kau juga tiba-tiba ada di sini karena ilmu hitammu? Kenapa kau ke sini? Apa kau mau macam-macam denganku? Dengar, aku hanya seorang penulis yang sedang dikejar deadline, dan itu satu bulan lagi! Setidaknya datang lah saat novelku sudah terbit. Oh, tidak. Maksudku datang saat aku sudah merasakan rasanya keliling dunia itu seperti apaㅡ"
"Hei, hei. Tidak perlu takut, aku tidak akan melukaimu. Renjun, aku guardian angel -mu."
![](https://img.wattpad.com/cover/309452833-288-k330846.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Guardian Demon | Hyuckren
FanfictionRenjun pusing sekali rasanya saat tiba-tiba kamarnya dikunjungi pemuda asing yang mengaku sebagai guardian angelnya. Sinting, pikir Renjun. Cukup sudah ia dibuat pusing oleh deadline novelnya. Ia tidak mau meladeni pemuda gila itu. warn! mature cont...