enam

3.4K 388 22
                                    

"Jangan mendekat." suara Renjun bergetar saat mengatakannya. Donghyuck saat ini hanya berjarak tiga langkah darinya. Pemuda tan itu tampak tak senang mendengar dua kata itu. Tapi tetap menurut. Ia tetap memperhatikan Renjun, membuat pemuda manis itu semakin ketakutan karena ditatap sedemikian intens oleh orang yang baru saja membunuh di hadapannya.

"Jadi yang kupikirkan benar. Kau yang membunuh mereka."

Donghyuck hanya terdiam.

"Kau bukan guardian angel ku."

"Kau siapa ... tolong beri tau aku. Kenapa kau muncul di hadapanku dua minggu yang lalu? Kenapa kau membunuh mereka? Apa kau mau membunuhku juga?" mata Renjun sudah berair. Isakan terdengar kemudian, ia ketakutan.

Melihat air mata itu keluar dari mata indah milik Renjun, Donghyuck kemudian melanggar perintah Renjun tadi. Ia mendekati Renjun dan memeluk tubuhnya. Yang mengejutkan, bukannya semakin ketakutan, Renjun malah semakin tenang dalam pelukan hangat Donghyuck.

"Jangan takut. Aku selalu menjagamu, Renjun." bisik Donghyuck di telinganya. "Kau milikku dan aku tidak akan membunuhmu." lanjutnya dengan tegas.

"Jangan membunuhku." ujar Renjun yang sudah mulai tenang.

"Tidak akan ..."

"Janji?" tanya Renjun. Donghyuck berdeham mengiyakan, terlalu nyaman dalam pelukan mereka. Renjun mendorong tubuh Donghyuck yang menutupi tubuhnya. Ia meraih jemari pemuda tan itu dan mengaitkan kelingking keduanya. "Kau sudah berjanji."

Donghyuck melebarkan senyumnya. Lucu sekali.

"Kau tidak takut lagi?" tanyanya lembut. Renjun menggeleng, tenggelam dalam tatapan hangat milik Donghyuck.

"Aku hanya takut kau membunuhku. Aku belum siap mati, tidak bisa bersamamu lebih lama." Donghyuck tertegun mendengarnya.

"Aku mencintaimu." Renjun menikmati bagaimana mata Donghyuck tampak berkabut saat mendengar apa yang dikatakannya. Bukan tanpa alasan Renjun mengatakan itu. Memang benar, ia menyukai pemuda tan itu. Mungkin awal muncul ketertarikan itu saat Donghyuck mengikat tali sepatunya? Renjun pun tidak tau.

"Kau harus tau seberapa kuatnya aku menahan untuk tidak melemparmu ke ranjang sekarang juga." geram Donghyuck. Ia meremas pelan pinggang ramping milik Renjun. Wajahnya mendekat dan pipinya ia tempelkan pada pipi si manis. Mengendus wangi memabukkan milik pujanya.

Renjun menarik wajah Donghyuck dan memagut ranum milik pemuda tan itu. Donghyuck menyeringai senang, Renjun selalu menjadi pihak yang memulainya duluan. Maka Donghyuck tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia ikut melumat bibir tipis nan manis itu, tidak ingin melewatkan se-inchi pun. Ia tahan kepala belakang milik Renjun, menjaganya tetap dekat. Donghyuck mendorong-dorong belah bibir Renjun dengan lidahnya. Renjun yang menangkap sinyal itu dengan ragu membuka bibirnya, membiarkan Donghyuck menginvasi tiap sudut mulutnya. Dibiarkannya Donghyuck menghisap lidahnya hingga ia melenguh pelan. Donghyuck mengangkat pinggang Renjun dan menaruhnya di atas ranjang. Menindih tubuh mungil itu, masih asik menyesap bibir kenyal Renjun.

Renjun menarik rambut Donghyuck kuat saat merasa kehabisan napas.

Keduanya terengah. Donghyuck begitu mengagumi wajah cantik Renjun. Manatap mata sayu Renjun yang seakan dipenuhi bintang dengan penuh damba. "Cantik sekali. Kau harus jadi ratuku, Renjun. Ayo kita bercinta ..." ajaknya penuh rasa.

Renjun hanya tersenyum. "Ajakanmu kali ini terdengar beda, Donghyuck. Aku tidak bisa menolakmu."

"Maka terimalah aku."

Renjun menggeleng. Ia mendorong tubuh Donghyuck hingga kini keduanya sama-sama terduduk dengan kaki terlipat di atas ranjang.

"Bagaimana bisa aku menjadi ratumu, tapi tidak tau apapun tentangmu? Aku belum memaafkanmu atas apa yang terjadi seminggu ini termasuk yang tadi, kalau kau ingin tau."

"Kau serius bertanya itu di saat seperti ini? Kau tidak bisa melihat milikku yang sudah begitu tersiksa di bawah sana?" Donghyuck mengerang frustasi. Wajah Renjun sangat merah saat tanpa diminta matanya melirik ke bawah sana. Gundukan cukup besar sedikit tercetak di sana.

"Aku ingin mengenalmu, Donghyuck."

Donghyuck menghela napasnya. "Baiklah." putusnya. Donghyuck mengajak Renjun untuk tiduran kembali. Ia bawa tubuh Renjun ke pelukannya dengan lengannya sebagai alas kepala Renjun. "Aku seorang raja iblis, Renjun." Donghyuck memulai ceritanya. "Orangtuaku sudah tiada, mereka mati saat pertempuran beratus tahun lalu. Hanya aku satu-satunya keturunan mereka. Saat itu aku masih kecil dan aku sudah harus menjadi seorang raja. Tapi, seorang raja tidak lengkap kalau tidak memiliki ratunya, Renjun. Seorang raja dianggap gagal jika tidak memiliki ratu. Sebagian besar rakyatku memihak pamanku. Mereka berpendapat aku tidak pantas menjadi raja, apalagi aku tidak sempat dididik dan dilatih oleh kedua orangtuaku saat itu."

"Awalnya aku tidak peduli, jadi selama ini aku hanya bersantai di kerajaan. Mereka menganggap aku lemah karena tidak pernah menunjukkan kekuatanku di hadapan mereka. Tapi pamanku tau, kalau aku bahkan lebih kuat dibanding kedua orangtuaku. Ia jadi sering mengirim iblis-iblis lemah untuk menggangguku. Aku jadi berpikir, kalau begitu buat saja dia tidak bisa merebut tahtaku sampai kapanpun, biar kesal sekalian. Aku akhirnya memutuskan mencari seseorang yang pantas jadi ratuku. Supaya lahir keturunanku yang lebih kuat dan tidak bisa dia kalahkan. Lalu aku menemukanmu."

"Aku memperhatikanmu selama sebulan lebih. Dan aku tau pamanku mengirimkan iblis-iblis sialan itu untuk mengikutimu juga. Aku tidak mau kehilangan langkah, jadi aku putuskan untuk berpura-pura jadi guardian angel mu. Tapi kulihat mereka makin tidak ada takutnya mendekatimu. Memberi energi negatif untukmu, untungnya aku sudah menandai rumah ini. Jadi kau tidak terkena energi negatif itu. Tapi karena sudah kesal, aku bunuh saja mereka semua, agar tidak mengganggumu lagi. Sudah, selesai." Donghyuck akhirnya menatap Renjun setelah sejak tadi hanya bercerita sambil menatap dinding yang kosong.

Ia terkejut saat menyadari mata berkaca milik Renjun. "Renjun, kenapa? Apa aku menyakitimu?"

"Tidak ... Aku hanya tidak menyangka hidupku akan sefantasi ini." Renjun menggigit bibir bawahnya. Ya, itu memang salah satu alasannya. Alasan utamanya, ia kesal sekali dengan paman Donghyuck. Kasihan sekali Donghyuck, pasti selama ini dia kesepian.

Ya, kesepian. Sama sepertinya.

Donghyuck terkekeh pelan. "Aku juga tidak menyangka calon ratuku bisa seindah ini."

Renjun mendorong wajah Donghyuck kesal walaupun wajahnya sudah seperti kepiting rebus.

"Berhenti merayu!"

"Itu fakta."

"Bukankah iblis memang jago merayu?"

"Ah ya... benar. Mungkin karena itu kau menyukaiku."

"Sinting."

Donghyuck tertawa pelan. Tangannya tiba-tiba bergeser dari pinggangnya ke pantat padat milik Renjun. Suara lenguhan terdengar dari pemuda manis itu saat Donghyuck meremas cukup kuat di sana. "Jadi, Renjun ... apakah kau mau jadi ratuku?"

"Emhh-" Renjun bergerak resah saat tangan Donghyuck malah naik dan memilin putingnya dari luar piyamanya. Ia menepis tangan milik Donghyuck dan membalik posisi. Kini ia menduduki perut datar iblis itu. "Jadikan aku ratumu, Donghyuck."

Donghyuck menyeringai di bawahnya. Tangannya dengan nakal meremas paha si manis. "Mari kita mulai pernikahan kita ..."

[✓] Guardian Demon | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang