dua

3.5K 419 23
                                    

Renjun meneguk air putihnya untuk ke sekian kalinya. Saat ia ingin mengisi gelasnya dengan air putih lagi, sebuah tangan menahannya.

"Kau sudah meminumnya sebanyak sembilan belas gelas. Kau mau kantung kemihmu pecah?"

"Dengar. Ini tidak masuk akal. Kau? Guardian angel? Dengar ya, aku tidak percaya kata-katamu. Tidak ada yang namanya guardian angel. Aku sudah pusing mengejar deadline dan kau tidak perlu menambah beban pikiranku. Sekarang keluar dari rumahku dan aku akan memaafkanmu."

"Aku benar-benar guardian angel-mu, Renjun."

"Oh ya? Lalu kemana saja kau selama ini? Kemana kau saat aku tersandung saat masuk ke selokan? Kemana kau saat aku dikejar-kejar anjing galak itu? Kemana kau saat jariku terluka saat mengiris bawang? Kemana kau saat flashdisk kelompokku pas SMA ketinggalan di rumahㅡ"

"Hei, yang terakhir itu bukan urusanku. Aku penjagamu bukan asistenmu."

"Terserah. Intinya aku masih tidak percaya dan sekarang pergi lah dari rumahku! Kenapa aku harus menghadapi orang-orang bebal di dunia ini." Renjun menggerutu dan berjalan lagi menuju kamarnya.









"Astaga!" Renjun seketika mundur saat pemuda itu muncul tiba-tiba di hadapannya. "Aku lebih percaya kau hantu dari pada guardian angel!" seru Renjun kesal. Jantungnya sedari tadi dipermainkan dengan mudahnya.

"Bagaimana caranya agar kau percaya?" tanya pemuda itu.

"Aku tidak akan pernah percaya. Aku tidak idiot, banyak kasus penipuan seperti ini. Aku akan menelepon polisi karena kau sangat memaksa." Renjun meraih handphone di saku celananya. Mendial nomor darurat. Pemuda itu menatap tajam handphone yang kini tertempel di telinga Renjun. "Halo, saya- akh!" Suara dengingan tajam dari handphone-nya membuat Renjun tak sengaja menjatuhkan handphone-nya yang malang. Ia ingin meraih handphone-nya di lantai, tapi handphone-nya tiba-tiba seperti didorong menjauh dari sana. Renjun langsung merasa keki, ia menatap sinis pada pemuda di depannya yang baru mengalihkan pandangan dari benda pipih itu.

"Sepertinya kau punya energi yang besar hingga bisa melakukan hal tadi." Renjun mengerang kesal. "Sejak kapan aku bisa melihat hantu?" gumamnya, yang masih bisa didenger oleh pemuda itu.

"Aku tidak akan segan membunuh siapapun orang yang akan kau telepon." katanya santai tapi mengancam saat melihat Renjun ingin mengambil handphone-nya lagi.

"Guardian angel tidak akan melakukan itu." balas Renjun.

"Bisa saja. Kalau merasa terancam."

Renjun berhasil meraih handphone-nya yang tidak diganggu oleh pemuda itu lagi. Ia memasukkan benda pipih itu ke dalam saku celananya, kemudian menatap pemuda yang kini juga sedang menatapnya.

"Oke. Anggap saja aku percaya denganmu sekarang. Kalau begitu, mulai sekarang bantu aku." final Renjun, menerbitkan seringai puas di bibir si guardian angel.

"Setuju."

"Sebelum itu, biarkan aku bertanya. Kau tinggal di mana?"

"Di mana lagi? Tentu saja di rumahmu."

"What- oh, ya Tuhan!"

__

"Kau tidak melanjutkan film tadi?" guardian angel yang telah diketahui bernama Donghyuck itu bertanya. Ia tengah bersantai di atas kusen jendela kamar Renjun. Memperhatikan Renjun yang kini kembali berkutat dengan naskah novelnya. Suara ketikan itu berhenti, Renjun tiba-tiba membalikkan tubuhnya.

"Dengar. Aku harus mengklarifikasi sesuatu. Sebenarnya, aku menonton film tadi untuk kebutuhan novelku. Jadi jangan berpikir aneh-aneh."

"Aku tidak berpikir aneh-aneh. Maksudku, akan lebih bagus kalau kau mempraktekkannya sendiri. Kau akan tau apa yang dirasakan ketika bersenggama langsung." Donghyuck tersenyum jahil saat melihat wajah merah padam milik Renjun. "Apa kau tertarik? Mau melakukannya denganku?"

[✓] Guardian Demon | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang