"gue minta maaf udah bikin lo kayak gini vin" suara itu terdengar samar samar dari balik pintu.
"menurut lo? Gue bakal maafin lo?" pertanyaan dari sang lawan bicara.
"gue tau gue salah juga disini"
Pintu itu tidak sengaja terdorong karena ketiganya berhimpitan berebut ingin mencari sebuah informasi dari kedua orang di dalam.
"lah? Belum pulang?" tanya vino, kini posisinya sudah duduk bersadar di atas ranjang rumah sakitnya , di bantu oleh raka
"eh itu anu " ara gelagapan, sedangkan kedua temannya hanya terdiam
"sini masuk, tutup pintunya gue ceritain" vino melambaikan tangannya.
Ketiganya berjalan masuk setelah menutup pintu, ara berdiri di sebelah raka, entah kenapa suasananya begitu canggung. "sorry kak ga sengaja tadi" ucap ara
"sini duduk" Raka berdiri dari duduknya dan mempersilahkan ara untuk duduk.
"makasih" ara tersenyum
Flasback
Sekumpulan anak remaja dengan seragam osis di balut dengan jaket kulit berwarna hitam itu sedang mengepung seseorang. Awalnya raka hanya sekedar lewat sana , tapi pandangannya tertuju pada mobil yang sedang di kepung itu. Ia berhenti dan melihat apa yang sedang terjadi, sekumpulan anak ini ingin mengambil harta benda milik si pengemudi (begal)
"anak SMK mana?" pertanyaan itu membuat sekelompok orang yang sedang mengitari mobil itu menoleh.
"gausah jadi pahlawan kesiangan, bukan urusan lo!" ucap salah satu anggota itu, di perkirakan ia adalah ketua dari sekumpulan orang liar tersebut.
"dia temen gue "
Orang itu menatap raka dengan penuh rasa kesal, saat ini raka sedang berusaha melindungi vino dari kepungan musuh. Awalnya raka mampu menghadang beberapa serangan sampai ia di serang dari belakang oleh musuh, vino tidak bisa diam saja ia mencari tongkat dan memukul lawannya namun saat raka terbangun ia sudah melihat vino terkapar dengan luka di perutnya, dilihat dari kondisi disini ia tahu bahwa polisi yang ia hubungi datang di saat yang tepat.
"loh tapi lo kok baik baik aja?" tanya ara , ia menatap raka
Raka justru tersenyum, ia melepas jaketnya dan memperlihatkan beberapa lebam di lengan dan di dadanya akibat bertarung.
"masih sakit? " tanya ara
"lumayan, abis liat kamu langsung sembuh kok"
"dunia seakan milik berduaa~" ucap.ara dan dinda bersamaan.
"dih apaan"
"rak, gue ijin mau ikutan ngejar mantan pacar lo" vino tersenyum menatap ara yang kebingungan.
"gue juga mau ngejar dia balik, kita bersaing secara adil " ucap raka, ia menepuk bahu vino perlahan dan tersenyum.
"gue bisa pergi dari sini aja ? eneg liatin lo pada " (eneg = sebel, pen muntah)
"hahaha " tawa rain dan yang lainnya
𓐍𓐍𓐍𓐍𓐍
Setelah kepergian ara dan teman temannya raka menjaga vino, banyak hal yang harus ia bicarakan.
"gue gatau vin ara bakal pertimbangin gue , tapi gue titip sama lo , suatu saat kalau emang dia pilih lo gue bakal ikhlas, tolong banget jagain dia , sayangi dia , jangan kayak gue yang bisanya cuma nyakitin hati dia, gue sering nabur garem di luka dia yang baru, gue tau luka yang gue buat walaupun dengan sujud berkali kali ngga akan pernah bikin dia terima gue lagi" raka menundukkan kepalanya, tangannya mengepal kuat.
"lo boleh cerita masalah lo ke gue , gue juga tau ada yang aneh sama lo"
"maksud lo?" raka mendongak , menatap vino dengan tatapan penuh pertanyaan
"riki? Nama lo araka samuel arsya bener ? " Raka kembali bingung dengan apa yang di ucapkan vino
"dan setau gue alena itu lebih tua 3 tahun dari lo" sambung vino
"dari mana lo tau?"
"banyak informasi yang gue dapet, gue mikirnya alena itu bukan suka sama lo tapi terobsesi bahkan mungkin dia liat diri lo sebagai orang lain, bener?"
"analisis lo gasalah, tapi gue belum siap cerita" vino mengangguk paham .
" gue belum berani nyeritain semuanya apalagi ngejelasin ke ara , karena gue tau dia bakal mikir itu cuma alibi gue, gue masih nyari beberapa foto buat buktiin itu, ngomong doang tanpa bukti sama aja gue bakal bikin ara tambah salah paham dan ngira gue adalah pembohong besar vin"
"gue balik dulu, lo istirahat" raka berdiri dan tersenyum , ia berjalan meninggalkan ruangan itu dengan penuh rasa bersalah.
"lo denger semuanya kan?" ucap vino
𓐍𓐍𓐍𓐍𓐍
Sesuai dengan ucapannya tadi saat di rumah sakit, Raka bergegas pulang ke rumah lama nya itu , semakin cepat ia mendapatkannya akan semakin baik kedepannya. Tapi ida terpikir untuk menengok makam mamanya ini.
Setelah sampai di depan makam bertuliskan 'indah' raka terduduk di samping makam itu, di usapnya batu nisan yang masih terlihat bagus. Senyumnya merekah namun air matanya menetes.
"mama, kangennnn "
"kangen juga ga sama raka? , katanya dulu pengen liat ara kan? Besok besok raka bawa dia ketemu mama ya? "
"mama ketemu riki? Tanyain ma kuburannya di mana biar ku gali trus masukin alena ke dalemnya ma"
"kasihan ara ma tersakiti terus "
Raka mencabuti beberapa rumput kecil yang mulai tumbuh di sekitar makam itu, sebelum ke makam ia sempat membeli bunga, ia ingin makam mamanya terawat.
"cape ma gini terus, takutnya dia makin jadi"
Beberapa orang menatap raka yang sedang berbicara sendiri, lumayan banyak sore itu yang datang ke makam.
"yaudah ma , raka pulang dulu ya ? Kalau mama kangen raka ya datengin aja " raka menaburkan bunga lalu berdoa sebentar dan bangkit pergi meninggalkan area pemakaman.
Raka menghampiri bapak bapak tua yang sedang duduk di bangku dekat pintu masuk makam.
"pak tolong, makam yang namanya indah ayu itu setiap haro di bersihin trus kalau saya ga dateng ke sini lagi tetep bersihin pak saya bakal bayar bapak"
"iya mas, nanti saya bakal ikutin kata mas"
"berapa pak?" tanya raka
"satu juta lima ratus ribu buat 2 bulan mas"
"sebentar pak"
Raka membuka dompetnya dan mengambil lima belas lembar uang berwarna merah.
"ini pak uangnya, saya minta tolong jagain ya pak"
"iya mas "
Raka berjalan keluar dari area makam, kini ia tenang karena makam mamanya akan terawat saat ia tidak dapat melakukannya lagi.
"gue bakal cari semuanya ! Dan lo hendra yang udah bunuh mama gue, tunggu aja "
𓐍𓐍𓐍𓐍𓐍
Haiii selamat hari raya idul fitri yaa ! maaf jarang update dan ceritanya rada ngelantur jangan lupa vote sama komennya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Araka (END)
Teen FictionBerjuanglah sepantasmu, sebisa yang kamu bisa , jangan terlalu memaksa , ini tentang hati manusia dan bukan robot bernyawa. Ketika hati yang sudah retak dan rapuh di tambah lagi beban apa yang akan terjadi? Hancur bukan? Hati yang sudah hancur akan...