Jung Sungchan; Pacar Hari Senin (2)

24 5 40
                                    


"Kalian pacaran aja setiap hari Senin, gimana?"

Selain punya guru yang sengklek, Aeri juga tampaknya punya teman-teman yang kapasitas otaknya patut dipertanyakan. Gadis itu memijat pelipisnya berusaha menetralisir rasa pening.

Di sisi lain Lucas adalah orang yang mangap paling lebar, dan ngakak paling kencang, sementara tak lupa orang tidak waras kedua setelah Lucas ikut jadi pemandu sorak.

"Pacaran! Pacaran! Pacaran!"

"Diem, Aheng! Lu aja yang pacaran sama Sungchan sana!" Aeri mendelik tidak suka.

Sebenarnya, Aeri sama sekali tidak masalah dengan kejombloannya yang sering dijadikan bahan guyonan. Itung-itung menghidupkan suasana saja.

Ia juga bukan tipe gadis yang mudah tersinggung, terlebih lagi mau punya pacar atau jomblo itu sama sekali tidak terlalu penting baginya. Hanya saja, kalau Pak Heechul sudah mulai mempermainkannya itu sih sudah bahaya.

Kasusnya sama seperti tengah semester kelas dua tahun kemarin, perihal statusnya dan Lucas yang Heechul sebut 'mantan' mereka tidak benar-benar pacaran, kok.

Sekali lagi, itu cuma akibat kegabutan gurunya yang tidak pernah habis. Dengan modal permainan truth or dare yang mereka mainkan kala Pak Heechul sedang tidak mood mengajar, maka terjadilah sesi di mana lelaki lebih dari setengah abad itu memberi tantangan yang membuat Aeri dan Lucas menjadi pacar-atau lebih tepatnya pacar lima menit.

Cowok yang dipanggil Aheng-atau bernama asli Hendery itu menutup mulutnya rapat-rapat. Sebelum akhirnya mengibaskan tangannya. "Ogah! Gue masih normal!"

Aeri menggeleng tidak setuju, "Di kelas ini nggak ada yang normal."

Frustasi, gadis itu mengacak rambutnya pelan.
"Emang apa salahnya jadi jomblo, sih?!" serunya.

"Apa salahnya kalian jadian?" Heechul membalikan pertanyaan. Membuat Aeri mendengkus.

"Sungchan ganteng, loh!"

"Ya terus?! Saya harus pacaran sama dia cuma karena dia ganteng?!" kata Aeri, ngegas.

Bagaimana ini? Sungchan yang mendengarnya kok merasakan hatinya sedikit cenat-cenut, ya?

---

"Ayok kita main yuk. Pokoknya sekarang kamu cuma boleh jawab 'iya' atas semua pertanyaan saya, ya? Begitupun sebaliknya. Kalo ada yang ngelak atau emosi berarti kalah."

Mari lupakan kekonyolan sejenak dengan menggantinya dengan kekonyolan lain. Kali ini, Heechul mengajak seisi kelas terlibat dalam permainan konyolnya.

Sasaran pertamanya siapa lagi kalau bukan Aeri, gadis itu memang cukup empuk untuk jadi bahan bullian dalam arti bercanda. Kini ia dan muridnya itu tengah berdiri saling berhadapan di depan kelas.

"Kalau kamu kalah semuanya harus ngerjain lima puluh soal matematika yang bakal saya kasih sekaligus."

Perkataan yang terdengar mengerikan itu sontak membuat semua siswa membelalak kaget, matematika adalah musuh semua siswa, maka dari itu beberapa diantara mereka terutama kaum otak biji nangka (otak kecil) seperti Lucas, Hendery dan sebangsanya, begitu menaruh harapan besar pada Aeri.

Hendery mengatupkan kedua tangannya memohon. "Please, Ri! Lo harus menang!"

"Nasib kita ada di tangan lo, Ri!" Lucas menimpali, sambil bergerak gelisah di kursi.

Sungchan merapatkan tubuhnya pada Lucas, "Pak Heechul emang gini, ya?" herannya, penuh tanda tanya.

Ada dua guru matematika di sekolahnya, ia hanya sempat diajar oleh Heechul saat kelas dua dan itu tidak dalam frekuensi yang sering, sebab beliau hanya datang ketika Pak Kangmin tidak hadir.

Sweetizen [NCT's Oneshoot Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang