2 Gram

167 20 0
                                    

PERTEMUAN PERTAMA DENGAN BUNDA

"Seriusan kakak nggak apa-apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Seriusan kakak nggak apa-apa?"

"Iya, serius. Kakak kuat kok."

Perkataan Alwi mengundang cercaan dari Meida. "Cih, kuat apaan. Ditampol sekali aja lo langsung pingsan."

"Yee, itu kan karna pukulan mbak Sarah kuat banget." Membela diri di depan sang adik. "Tapi, ngomong-ngomong aku baru tauk kalo mbak Sarah itu bisa bela diri."

"Sama, gue juga baru tauk." Meida menyahuti. "Tapi, bagusnya, mbak Sarah nggak nampol adek lo juga. Bisa retak nanti dempul adek lo."

"Ihhhh, apaan sih kak Mei." Aleena protes. Saat ini mereka sedang berada di rumah sakit karena Alwi sempat tak sadarkan diri. Sarah, serta teman-teman kostan Alwi sudah pulang lebih dulu karena Meida menyuruh mereka untuk pulang saja.

Meida terkekeh, dia dan Alin sudah saling mengenal sejak dia masih smp. Saat itu Meida cukup sering satu kelompok dengan Alwi, dan mengerjakan tugas di sana sehingga dia bertemu dengan Aleena. Meskipun tak begitu dekat dulu tapi, sekarang mereka cukup dekat, bahkan daripada Alwi, Meida lebih sering membalas pesan Aleena.

"Tapi lucu juga, kenapa malah mbak-mbak itu yang marah? Maksudnya kalo dia berpikir kak Alwi selingkuh, seharusnya dia biarin kakak yang eksekusi kak Alwi, kenapa malah dia yang bertindak? Jangan-jangan punya rasa lagi." Aleena menerka-nerka.

Meida mengerutkan keningnya. "Lin, mulut lo tolong dikondisikan. Emangnya kakak lo seganteng itu sampe-sampe temen gue mau ngerebut?"

"Lah, kakakku kan emang ganteng. Nggak liat?"

Meida melirik Alwi yang kini tersenyum padanya seolah-olah menanti pujian. "Ck, biasa aja."

"Heh?! Boong juga ada batasnya dong, kak Mei. Masa cowok paripurna kayak oppa-oppa gini dibilang biasa aja." Sang adik tak terima.

"Biarin aja, dek. Dia cuma gengsi mau muji pacarnya," Alwi menyahuti.

"Whatever." Meida beranjak dari tempatnya ketika dia mendapatkan panggilan masuk. "Gue terima telepon dulu ya." Ucapnya sesaat sebelum dia pergi meninggalkan kamar rawat Alwi.

Aleena menatap kepergian Meida dengan tatapan tak menyangka. "Dipikir berkali-kalipun, masih nggak nyangka kalo kakak bisa pacaran sama kak Meida yang wataknya jungkir balik dari kakak."

Alei tersenyum. "Tapi tetep aja dia manis," ucapnya. "Oh iya, dek. Kamu nggak nelpon bunda, 'kan soal kakak pingsang."

Sang adik terkesiap. "Emang nggak boleh?"

Bucin Ala AlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang