25

425 67 6
                                    

Kelas E tampak suram. Situasi yang jarang sekali muncul di kelas ini. Memang percobaan pembunuhan mereka selalu saja gagal. Tapi entah kenapa kali ini memberikan pukulan telak untuk mereka. Yah, bagaimana tidak? Rencana yang sudah di buat sebaik mungkin, dengan penuh detail dan melibatkan seluruh anggota kelas. Gagal begitu saja? Di ganti dengan bola kristal yang harusnya di pajang di tempat snowglobe.

(Name) mengunyah es batu yang ada di mulutnya, berusaha menghilangkan sedikit beban di kepalanya. Di hadapannya, Hikari, tampak paling suram di antara yang paling suram.

"Padahal tadi aku sudah menembak dua kali beruntun untuk mengantisipasinya. Tapi...." desis Hikari yang masih terdengar oleh (Name). "Kenapa bisa?"

"Hei, tenanglah." (Name) menyeret kursinya ke samping Hikari. Mengusap punggungnya. "Setiap orang pasti pernah gagal. Jangan putus asa."

"Rancangan pembunuhan terbaikku..."

(Name) merasa tubuh Hikari yang hangat saat mengusap punggungnya. "Sepertinya kau kelelahan. Ayo habiskan jus mu dan kita istirahat."

Hikari mengangguk. Ia meraih gelas jusnya. Selagi Hikari menghabiskan jusnya, (Name) menoleh ke sekeliling.

"Aku lelah sekali." Ujar Maehara.

"Ayo kita kembali ke kamar dan istirahat." Ajak Mimura. "Aku tidak punya semangat melakukan apa pun."

"Kalian ini kenapa? Gagal sekali langsung depresi? Kita sudah bekerja semampunya, jadi kita bisa bebas main besok." Terasaka menyanggah.

"Benar. Besok aku akan melihat para gadis memakai baju renang. Walau selelah apa pun, aku akan mimisan semaksimal mungkin!" Seru Okajima.

"Mana bisa sesemangat itu." Maehara menghela napasnya. Sementara (Name) memberikan tatapan jijiknya.

"(Name)-chan, ayo kita kembali ke kamar." Ajak Hikari, (Name) mengangguk, lalu berdiri. Ia mengalihkan perhatiannya ke seluruh anggota kelas. Rasanya ada yang janggal.

Bruk...

"Hikari-chan!" (Name) berseru begitu sadar kalau Hikari sudah ambruk ke lantai.

"Tubuhku lemas sekali...." gumam Hikari. (Name) berusaha membantunya duduk. Dan ia menyadari kalau suhu tubuh Hikari kian memanas. Dan di susul beberapa murid lain yang kondisinya seperti Hikari. Bahkan Okajima sampai mimisan.

Karasuma datang dengan terburu-buru. Lalu bertanya ke pramusaji yang tampak terkejut di dekatnya. "Hei, di mana rumah sakit pulau ini?"

"Eh? Maaf, ini cuma pulau kecil." Jawab paramusaji itu. Karasuma merasakan kalau handphone nya bergetar, ia lalu mengambilnya dan menemukan panggilan masuk dari nomor yang tak di kenal. Karasuma memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut karena mungkin saja ada hubungannya dengan kejadian ini.

"Yo, sensei. Murid-muridmu yang manis itu pasti sedang kesakitan bukan?"

"Siapa ini?" Tanya Karasuma.

"Tidak penting siapa diriku. Anak-anak itu bukanlah satu-satunya yang menginginkan buronan itu."

"Jangan bilang kalau ini adalah ulahmu?"

"Fufufu, tepat sekali. Itu adalah virus buatan. Begitu terinfeksi, tamatlah riwayatmu. Masa inkubasi dan gejelanya berbeda bagi setiap orang. Tapi setelah seminggu, semua sel di tubuh akan rusak sampai kamu mati. Obat penawarnya itu produk orisinal, sayangnya, hanya aku yang memiliki obatnya. Merepotkan kalau harus ku serahkan, jadi bisakah kalian mengambilnya langsung?"

(Name), Nagisa dan Kayano mendekati Karasuma. (Name) menunjukkan sebuah lokasi yang di tandai Ritsu. Karasuma memerhatikannya dengan seksama.

"Ada sebuah hotel di atas gunung pulau ini. Berikan buronan itu di sana juga. Datanglah ke lantai paling atas dalam satu jam. Tapi, sensei... kamu terlihat cukup terlatih, jadi pasti membahayakan. Oh, ya. Suruh muridmu yang bisa bergerak, perempuan dan laki-laki yang paling pendek membawanya kemari. Dan, jika kau khawatir, kau bisa menyuruh murid mu yang paling jago beladiri dari perempuan untuk ikut mereka. Biar kami yang melobi pihak hotel.

The Target [Ansatsu Kyoushitsu X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang