Bab 3 || Asya kesal (?)

4 0 0
                                    

"Asya cepetan. Kenapa kamu lambat sekali sih!!! Ibu nanti terlambat, ayo!!!" Kata Dian dengan suara tinggi kepada Asya anak kedua nya. Ya, Dian adalah seorang guru di sebuah lembaga Taman Kanak-kanak swasta yang letaknya cukup jauh dari rumah. Ia harus melewati beberapa desa. Jalanan yang rusak-bebatuan dan berlubang seringkali membuat motornya bolak-balik masuk ke bengkel. Bukan Dian namanya kalau tidak mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Meski demikian, ia sangat safety. Ia paham mengenai aturan jalanan. Tidak ngawur layaknya anak muda jaman sekarang. Katanya kalo tidak ngebut tidak kece.

"Iya bu, sebentar lagi aku selesai" jawab Asya sambil memakai sepatu dengan mulut yang masih terisi penuh oleh sarapannya. Asya adalah anak kedua dari Abraham dan Dian. Adik dari Ellena. Usia nya masih 6 tahun. Ia duduk dibangku TK B dan sebentar lagi akan menaiki jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Asya berbeda dengan Ellena. Jika Ellena adalah sosok yang disiplin maka Asya adalah kebalikannya. Bahkan, disaat Dian-ibunya sedang marah seperti saat ini karena Asya yang makan dengan lambat, tidak dihiraukannya. Asya masih santai dan masih bisa tersenyum. Maklum masih anak-anak :).

Lima menit kemudian Asya telah menyelesaikan sarapannya. Ia bergegas menuju ibunya yang sudah siap diatas motor. Ia naik di depan, takut jatuh kalau di belakang karena dirinya suka tidur ketika diatas motor. Apalagi kalau terkena angin sayup-sayup. Sementara Abraham? Sudah berangkat sedari tadi bersama Ellena. Ya, Abraham saat ini masih kuliah. Ia mengambil kuliah khusus yang hanya dilaksanakan setiap hari Jum'at dan Sabtu sementara hari-hari lainnya ia gunakan untuk bekerja di bengkel. Abraham memang bukan terlahir dari keluarga yang kaya raya dan berpendidikan, begitupun dengan Dian. Mereka adalah pasangan muda yang menjalani kehidupan dengan lapang dan dengan usaha yang sungguh. Tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga adalah kewajiban yang harus ia laksanakan meski usianya masih muda. Sekitar 20-an tahun. Mungkin kalau kata orang jaman sekarang usia segitu adalah usia dimana seseorang mencari jati dirinya. Menghabiskan masa mudanya dengan bermain kesana-kemari.

Setelah lulus SMA-Abraham memutuskan untuk menikahi Dian, entahlah mengapa ia bisa tertarik kepada Dian dan berniat serius dengannya padahal ia memiliki pacar. Ralat-mantan maksudnya :). Keputusan tersebut membuatnya didewasakan oleh waktu, keadaan, dan lingkungan sekitarnya. Mau tidak mau ia harus bertanggung jawab terhadap keluarga kecilnya. Sama halnya dengan Dian. Ia bahkan seharusnya masih sekolah SMA, namun lebih memilih menikah karena merasa lelah dengan sekolah. Ia benar-benar capek katanya untuk sekolah. Lebih baik menikah saja.

Dibalik sosok Dian yang keras terhadap anak-anaknya terdapat perjuangan yang keras pula dalam menjalani bahtera rumah tangga nya. Bahkan, di usia sekitar 18-19 tahun ia telah melahirkan seorang putri cantik yang saat ini berusia 11 tahun. Ellena namanya. Menjadi istri dan ibu di usia yang terbilang sangat muda tak membuat dirinya mengeluh. Ia menjalani kehidupannya dengan baik meskipun ada saja omongan orang-orang yang membuatnya sakit hati. Namun, tak dihiraukannya. Ia memang telah siap untuk menjadi istri dan ibu sepenuhnya untuk keluarga kecilnya.

***

Kring kring...

Bel tanda istirahat berbunyi. Satu persatu siswa siswi keluar dari kelasnya. Ada yang menuju kantin, ada yang bermain di lapangan, ada juga yang mengobrol antar teman di teras kelas. Ellena adalah salah satu siswi yang kini tengah berjalan menuju kantin, ia membeli beberapa makanan ringan seharga lima ratusan rupiah sebanyak empat jenis makanan. Ya, uang sakunya hanya berjumlah dua ribu. Ellena tidak pernah mengeluh, terlahir dari keluarga yang cukup membuatnya harus banyak bersyukur. Saat ini ia sedang berjalan menuju kelas, ia duduk sambil menikmati beberapa makanan ringan yang baru saja ia beli sambil memperhatikan teman-teman yang lalu lalang bermain di hadapannya. Tiba-tiba Ana, sahabat Ell menghampiri.

Aku Belum Terlambat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang