"Ell, hari ini kamu dijempuk atau tidak?" tanya Ansyah-sahabat Ellena
"Emm, sepertinya tidak syah. Aku bareng kalian saja ya?" tanya Ellena. Masih ingatkah kalian dengan Ansyah dan Erik? ya, mereka adalah sahabat laki-laki Ellena yang diamanahi Dian—Ibu Ellena untuk membersamainya ketika dirinya atau suaminya tidak bisa menjemput Ellena pulang dari sekolah.
Ansyah dan Erik mengangguk setuju. Mereka bertiga pulang bersama. Namun, Ellena melihat ada senyum jahil dari bibir Erik. Entahlah apa yang direncanakannya.
"Ell, kita lewat kebun yuk" ajak Erik. Sementara Ansyah sudah berjalan mendahului kami menuju kebun yang Erik maksud. Tuhkan, perasaanku mulai tidak enak dan benar saja ternyata senyum jahil Erik tadi membawa ku ke jalan ini. Kebun yang dimaksud adalah kebun milik warga desa yang disitu terdapat jalan pintas. Biasanya masyarakat yang akan pergi ke pasar lebih menyukai lewat kebun ini daripada harus lewat jalan raya. Alasannya adalah karena panas. Sementara Ellena tidak suka tempat ini. Pikirannya kemana-mana.
Bagaimana kalau nanti ada yang menculik mereka?
Bagaimana jika ada binatang buas?
Bagaimana jika Ansyah dan Erik tiba-tiba meninggalkannya?
Diperjalanan, Ellena sibuk dengan pikirannya. Ia tak lupa mengikuti langkah laki kedua sahabatnya-takut kehilangan jejak.
"ELL, AWAS ANJING!!!" Teriak Erik sambil berlari meninggalkan Ellena
"MANA!!! HWAAAA" Ellena yang tidak tau keberadaan anjing yang dimaksud Erik tiba-tiba saja berlari ke arah Erik dan Ansyah yang berada tak jauh dari hadapannya. Ia tak peduli kanan-kirinya. Yang perlu ia lakukan hanyalah berlari menghindari anjing yang dimaksud Erik.
Ellena berhenti di depan Ansyah dan Erik, ia masih menormalkan detak jantungnya. Pun air matanya hampir saja keluar.
"HAHAHAHAHA" Ansyah dan Erik tertawa, sedangkan Ellena mengernyitkan dahinya, bingung.
"Kok, kalian ketawa?" tanya Ellena heran
"Selamat, Anda tertipu. HAHAHA" ucap Erik tertawa lagi sambil memegang perutnya.
"Anjingnya tidak ada Ell, Erik berbohong, dia hanya bercanda, Ell. Dia hanya ingin menggoda kamu, HAHA" jelas Ansyah.
Ellena mendengus kesal. Ia berjalan terlebih dahulu meninggalkan Ansyah dan Erik. Bisa-bisanya bercandanya seperti ini. Ell tidak suka.
Melihat Ell yang berjalan mendahului Ansyah dan Erik, membuat keduanya merasa bersalah. Mereka takut akan disalahkan oleh orang tua Ell. Mereka segera berlari menyamakan langkahnya dengan langkah Ell.
"Ell, maaf"
Diam
"Ell, maaf ya?"
"Hmm" balas Ellena
"Ell, ini ya, aku beri tips. Kamu kalau ketemu anjing jangan lari. Tapi diam, trus kamu coba letakkan kedua telapak tangan dan lututmu di tanah sambil memegang batu. Lalu, menggonggonglah. Supaya apa? supaya kamu dikira temannya, jadi dia tidak akan mengganggumu" jelas Erik panjang lebar.
Ellena tak merespon, tapi merekam penjelasan Erik.
"Iya El bener, kalau ketemu anjing, jangan lari. Nanti kamu malah dikejar" kata Ansyah menambahkan.
"Oh ya? beneran? kalian tidak bohong kan? seperti tadi?" tanya Ellena. Pasalnya ia kesal dengan bercandanya mereka tadi.
"Kali ini beneran El, kita tidak bohong"
Halah, paling juga mereka bohong lagi. Masa iya hanya dengan diam, anjing itu tidak jadi mengganggu kita? entahlah, yang jelas Ellena tidak pernah berharap sama sekali untuk bertemu dan dikejar hewan yang bernama anjing itu.
🚲🚲🚲
Ellena meletakkan beberapa buku dan alat tulis di lantai. Ia mengenakan celana kain selutut dan baju pendek, juga tak lupa rambut yang diikat—macam ekor kuda. Ellena mengambil posisi tengkurap di lantai sambil membuka halaman demi halaman buku yang sudah ia letakkan tadi.
Perlahan ia mulai menggoreskan pensil 2B ke halaman putih itu. Ya, Ellena sedang mengerjakan PR yang diberikan gurunya tadi di sekolah. Beginilah, Ellena. Setiap pulang sekolah selalu mengganti buku-buku nya dengan jadwal mata pelajaran besok sembari melihat apakah esok ada PR atau tidak. Dan ternyata besok ada. Setelah mengganti pakaian dan makan, Ellena memutuskan untuk mengerjakan PR nya di lantai.
Tak terasa, waktu berjalan dengan cepat. Hampir 30 menit Ellena mengerjakan PR Bahasa Indonesia nya. Sepertinya posisi tengkurap diatas lantai ini adalah posisi yang nyaman hingga membuat sang empu terlelap. Abraham yang melihat putrinya terlelap di lantai dengan buku-buku nya yang berserakan segera menggendong tubuh mungil Ellena dan memindahkan ke ranjang—tempat tidur ayah ibunya. Tak lupa ia membereskan buku-buku Ellena yang berserakan tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Belum Terlambat
Teen FictionSeorang perempuan yang mengemban amanah sebagai anak pertama harapan orang tua, memiliki mimpi begitu tinggi. Yaitu menjadi dosen bahasa Arab. Namun, mimpinya kandas ditengah jalan karena suatu hal yang membuatnya takut bahkan hanya sekedar membuka...