Seorang perempuan yang mengemban amanah sebagai anak pertama harapan orang tua, memiliki mimpi begitu tinggi. Yaitu menjadi dosen bahasa Arab. Namun, mimpinya kandas ditengah jalan karena suatu hal yang membuatnya takut bahkan hanya sekedar membuka...
Hari ini adalah pelajaran olahraga yang agendanya adalah jalan-jalan keliling sekitar sekolah. Sebelum berangkat dilakukan pemanasan terlebih dahulu. Setelah itulah berulah siswa-siswi kelas 5 tersebut berangkat.
Para murid bersama pasangannya masing-masing, perempuan dengan perempuan dan laki-laki dengan laki-laki. Pak Rosid adalah guru olahraga mereka. Beliau sangat suka sekali menggoda para siswi terutama yang memiliki paras cantik seperti Ellena.
Ellena berjalan biasa layaknya siswa siswi lain. Kedua tangannya ia ayunkan berlawanan arah menghempas angin. Pak Rosid yang melihatnya merasa bahwa Ellena sedang tidak baik-baik saja, mungkin dia lelah? Batinnya. Akhirnya pak Rosid memutuskan untuk menggendong Ellena ala bridal style. Ellena memberontak namun kekuatannya kalah, ia hanya bisa pasrah. Sementara para murid lainnya hanya bisa melihat dan geleng-geleng.
Sesampai di tempat tujuan pak Rosid menurunkan Ellena. Ellena berlari menuju teman-teman perempuannya. Jujur bukan senang yang ia rasakan, tapi risih yang ia rasakan. Di tempat itulah mereka istirahat dan kebetulan saat itu ada penjual makanan ringan, es, dan juga mainan. Ell segera merogoh uang saku yang ada dalam saku celananya. Ia mengambil uang 2000 kemudian berjalan menuju penjual kue laba-laba.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kurang lebih mereka menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit lamanya disana.
"Anak-anak ayo berkumpul sekarang!!" Seru pak Rosid.
Para siswa segera berkumpul di tempat yang sudah ada pak Rosid berdiri disana.
"Sudah selesai semua?"
"Sudah pak"
"Ayo berhitung, mulai dari Rifal"
"1"
"2"
"3"
.... .... .... ....
"28"
"Baik, karna sudah lengkap, mari kita lanjutkan perjalanan kembali ke sekolah. Rifal, kamu yang memandu teman-teman mu, saya menjaga di belakang"
"Siap pak" jawab Rifal tegas
Para siswa kembali-berjalan menuju sekolah dengan tertib.
"Huft" Ellena menghela napas panjang sambil mengusap dadanya. Ia senang berada dibarisan tengah, setidaknya jauh dari pandangan pak Rosid.
***
"Ell, ibu mau ke taman kota sama ayah. Kamu jaga rumah" pinta Ibu kepada Ellena yang tengah sibuk menonton televisi dengan pipi menggembung berisi makan malamnya.
"Aku ikut" seru Ellena bersemangat
"Tidak usah, kamu di rumah saja" Ellena memasang raut wajah kecewa. Pasalnya ia sudah lama sekali tidak bermain ke taman kota. Tak lama kemudian matanya menangkap sosok Asya-adiknya yang tengah memakai jaket lengkap dengan beanie— kupluk yang terbuat dari rajutan benang wol. Matanya menyipit, mengapa anak ini memakai pakaian seperti orang yang hendak keluar rumah?
"Hei sya, kamu mau kemana? Udah disini aja temani aku jaga rumah"
"Aku mau ke taman kota, diajak ibu sama ayah, wlee" jawabnya enteng dengan nada mengejek karena Ellena tidak diajak pergi ke taman kota.
"Ibuuu, Ellena mau ikut pokoknya. Titik" seru Ellena kencang. Dian yang tak ambil pusing segera mengambil tindakan, "Yasudah kamu saja yang ikut, ibu tidak" ucap Dian sambil melirik tajam ke arah Ellena. Ellena takut, pasti ibunya saat ini sedang marah.
"Yasudah kalau begitu kita tidak jadi berangkat" ucap Abraham melepas jaketnya
"Ell, kamu itu sudah besar, coba mengalah dengan adikmu. Dia masih kecil, kamu sudah berkali-kali kesana" ucap Dian dengan nada tinggi membuat Ell terdiam ketakutan.
"Kita itu tidak punya mobil, kalau kita punya pasti diajak semua, mengerti?"
"Iya bu, mengerti"
"Ayo mas berangkat!!" pinta Dian kepada Abraham. Lalu mereka bertiga berangkat melewati Ellena begitu saja hingga terdengar suara motor yang mulai dinyalakan dan perlahan suara motor itu telah hilang.
Ellena menangis, ia iri kepada adiknya. Ia memang sering ke taman kota bersama ayah, ibu, dan adiknya. Namun, mengapa saat ini ia dilarang ikut dengan alasan karena dirinya sudah sering kesana? Lantas bagaimana dengan Asya yang juga sering kesana? Mengapa ia diperbolehkan ikut?
Air mata Ellena sudah tidak bisa ditahan. Malam ini ia sendiri di rumah, untungnya rumahnya bukan di tengah-tengah hutan ataupun di gunung, bukan juga perumahan, tetapi kanan, kiri, depan, belakang masih terisi rumah tetangga.
Ellena memutuskan untuk mengunci pintu, mengusap air matanya, melanjutkan makan malam, dan kembali rebahan sambil menonton televisi. Malam ini ia lebih santai karena tidak ada PR untuk besok. Sebenarnya, Ellena selalu santai tiap malam karena PR selalu ia kerjakan sepulang sekolah, bahkan pernah waktu itu dirinya sampai ketiduran di lantai. Akhirnya Abraham memutuskan untuk menggendongnya menuju kamar
_______
Dulu kalian waktu masih EsDe menyebut tugas rumah itu apa guys? Kalo aku PR (Pekerjaan Rumah), kalian sama nggak ya?🤔