Sebuah pesan singkat dari Niken membuat ponselku bergetar. Pesan itu muncul begitu saja, bahkan Reno yang sedang duduk di sampingku bisa membacanya. Aku yang tiba-tiba merasa tidak nyaman, langsung membalik layar ponselku menghadap ke bawah, berharap pria di sampingku tidak membahasnya.
"Kamu mau jalan sama Niken?" tanya Reno. Seperti dugaanku dia akan mempertanyakan pesan Niken itu.
"Aku belum memutuskan ikut atau nggak." Sudah tiga hari sejak Niken mengajakku 'jalan'. Sebenarnya, dia mengajakku ke salah satu acara pernikahan teman SMP kami yang kurasa bahkan aku tidak ingat namanya. Kupikir karena kemungkinan besar si empunya acara juga tidak mengingatku, akan sangat tidak nyaman jika aku muncul begitu saja. Tapi, Niken terus memohon padaku untuk menemaninya karena tidak ada teman lain yang bisa dia ajak.
Aku sudah memberikan semua alasan agar bisa menolaknya dengan halus. Alasan transportasi, pakaian, waktu, semuanya ditangkis dengan solusi yang diberikannya. Jadi, dia akan menjemputku dan kami akan bersama-sama ke salon dan membeli pakaian sebelum kami ke acara pernikahan. Tapi, aku belum memberi jawaban jelas atas semua itu.
"Kamu merasa nggak nyaman dengannya?" tanya Reno.
"Entahlah. Terkadang sikapnya sedikit membuatku tidak nyaman. Dia seperti Lia versi ekstra ceria."
Reno mengangguk. "Aku tahu maksudmu. Kurasa orang seperti itu yang membuatmu 'bergerak'."
Aku tertawa. "Ya. Orang-orang seperti itu yang membuatku melakukan hal-hal yang tidak biasa dalam hidupku. Walaupun mereka seperti tukang paksa, aku suka kejujuran mereka. Kebanyakan orang akan bersikap baik di depan dan membicarakan kita di belakang. Tapi, mereka berdua bukan tipe seperti itu." Aku menatap Reno. "Aku juga bersyukur kamu selalu ada di sisiku."
Pria itu hanya diam menatapku. Kuharap dia tidak menafsirkan kata-kata itu sebagai pernyataan cinta. Tapi di sisi lain, di sudut hatiku, aku ingin dia mengetahui perasaanku padanya. Selama ini dia di sisiku sebagai teman, kuharap dia tidak membuat jarak dariku karena perasaanku itu.
"Aku akan selalu ada di sisimu."
-o-o-o-
Sesuai janji, Niken datang cukup pagi menjemputku. Dia juga datang membawa beberapa pakaian untuk kupinjam. Kuurungkan untuk membeli pakaian baru karena kurasa ke depannya aku tidak akan terlalu sering memakainya. Jadi, setelah sebelumnya berdiskusi dengan Niken, tampaknya kami memiliki ukuran tubuh yang hampir sama kecuali lingkar dada.
Kuakui, aku cukup sulit mencari pakaian yang cocok dengan ukuranku. Biasanya aku akan membeli satu ukuran lebih besar dan merombaknya kembali di tukang jahit untuk menyesuaikannya. Aku tidak tahu apakah salah satu pakaian yang dibawa Niken akan muat di tubuhku.
"Aku membawa beberapa gaun temanku yang punya lingkar dada cukup besar juga. Kuharap ada yang pas." Niken mengeluarkan gaun-gaun itu dan menyuruhku mencobanya satu persatu.
Setelah sesi percobaan itu selesai, aku mendapatkan dua gaun yang pas di tubuhku. Mini dress hitam dengan lengan sabrina dan backless dress berwarna salem tanpa lengan.
"Bukankah ini terlalu terbuka?" Aku mengernyit menatap dua pilihan pakaian yang tidak sesuai preferensiku.
"Tidak. Pakaian orang lain lebih terbuka daripada ini." Niken mengabaikan kecemasanku dan mulai menimbang-nimbang untuk memilih di antara keduanya. "Kurasa tubuhmu sangat bagus saat memakai yang hitam. Yang salem juga sangat elegan. Ini seperti memilih kamu lebih ingin melihat kakimu atau punggungmu."
"Tapi, aku nggak punya bra yang cocok untuk baju ini."
Niken tersenyum. "Tenang saja. Aku bawa semua perlengkapan yang diperlukan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Flirtationship
RomanceFlirtationship, dalam Bahasa Indonesia biasa disebut dengan TTM (Teman Tapi Mesra). Hubungan dimana dua orang lebih dari sahabat namun tidak berstatus "relationship".