Bia's Side

823 65 0
                                    

Aku menatap pantulan diriku di cermin. Aku sudah menambahkan sedikit pemulas bibir dan merapikan rambut kuncir kudaku. Sejujurnya, aku agak sedikit tidak nyaman dengan stretch turtleneck berwarna abu yang kupakai. Bagian dadaku terbentuk dengan jelas dan hal itu membuatku tidak percaya diri. Tapi, Lia meyakinkan aku bahwa banyak wanita di luar sana yang ingin memiliki bentuk tubuh sepertiku. Bukannya aku benci dengan bentuk tubuhku, hanya saja menurutku terlalu menarik perhatian.

Saat di kelas tadi, semua orang menatapku terkejut. Aku bisa merasakan tatapan mereka terus ke arahku walaupun aku memunggungi mereka. Tapi, aku terus mencoba fokus kepada dosen yang sedang menjelaskan mata kuliah.

Ponselku berdering. Nama Lia muncul di layarnya. "Halo?"

"Sudah pulang?" Terdengar suara riang Lia di antara suara bising di belakangnya.

"Tumben banget telepon jam segini?"

"Nggak. Cuma kepo aja kayaknya di kampus heboh lihat penampilanmu beda. Dapat pacar baru, ya?" tanya Lia dengan nada menyelidik.

"Pacar baru apa, sih? Aku diajakin jalan sama Reno, cari kado buat adiknya."

Lia berdehem. "Akhirnya, kencan, nih! Semangat, ya, pendekatannya."

"Apa, sih? Sudah, ah, nanti aku telepon balik kalau sudah pulang." Aku menutup telepon. Aku menghela napas.

Sahabatku yang satu itu benar-benar cepat tanggap. Kurasa dia pun mempunyai mata-mata di sekitar kampus, karena dia mengetahui hampir semua kejadian yang terjadi walaupun sedang tidak berada di kampus. Itulah Lia. Dia bisa berbaur dimana saja, berkebalikan denganku.

Aku berjalan keluar dari toilet. Dari kejauhan, tampak Reno sedang berbincang dengan teman-temannya. Aku buru-buru melangkahkan kakiku ke arah pria itu, setelah menyadari perhatian orang di sekitarku beralih kepadaku.

"No," panggilku.

Reno termasuk teman-temannya menatapku. Tiba-tiba, Reno melepaskan jaket denimnya dan memakaikannya padaku. Dia berpamitan dengan teman-temannya dan dengan tenang menggenggam tanganku.

"Ada apa dengan penampilanmu hari ini?" tanya Reno. "Kamu nggak pernah pakai pakaian seperti ini."

Aku terdiam sesaat, merasa sedikit kecewa karena Reno terdengar tidak menyukai penampilanku. "Siapa bilang aku nggak pernah pakai pakaian seperti ini?" tanyaku dengan kesal. "Aku sering pakai pakaian seperti ini kalau nggak sama kamu."

Reno mengancingkan jaketnya yang telah kupakai. Dia menghela napas panjang. "Kenapa jadi marah begitu? Jelek banget kalau lagi cemberut."

Memangnya aku pakai pakaian seperti ini buat siapa?

"Iya, aku memang jelek." Rasa kesalku bertambah.

"Apa, sih?" Sebaliknya, Reno tertawa cukup nyaring. "Seharusnya, aku yang marah. Seharusnya, hanya aku yang boleh melihat penampilanmu seperti ini." Kami berjalan ke arah tempat parkir dengan tangan kami yang masih saling menggenggam. "Kamu cantik banget. Tapi, aku kesal karena sekarang semua pria di kampus melihatnya."

Jantungku berdegup kencang. Apa maksudnya itu? Dia cemburu? Pasti saat ini wajahku berubah menjadi merah.

"Aku nggak melarangmu untuk memakai pakaian yang kamu sukai. Hanya saja pakaianmu hari ini menurutku terlalu ketat. Aku tidak ingin orang memandangmu seperti tadi. Apa kamu tahu pikiran setiap pria yang melihatmu tadi?" Reno tiba-tiba menjadi serius. Dia memasangkan helm padaku dan mengancingkannya. "Aku yakin sebagian besar dari mereka memikirkan hal kotor dan aku nggak suka itu."

-o-o-o-

Setelah perbincanganku dengan Reno, aku sungguh tidak sanggup untuk menatapnya. Aku seperti mendapatkan tanda bahwa perasaan Reno kepadaku sama seperti perasaanku kepadanya. Tapi, aku tidak ingin mengambil kesimpulan terlalu cepat. Aku takut semua ini berakhir dengan ending sebaliknya.

FlirtationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang