01

2 2 0
                                    

Agustus 2017.

Aku Diandra Febry, biasanya dipanggil Dian . Gadis remaja yang baru memasuki bangku kuliah. Senang rasanya kerja kerasku untuk masuk di universitas ini terwujud, disalah satu Universitas Negeri di kota ini, fakultas yang ku ambil adalah fakultas Pertanian, dengan jurusan Agribisnis. Jika kalian tanya kenapa aku mengambil jurusan ini, yang bisaku katakan adalah aku suka saja dan mungkin memang sudah takdir hidupku.

Hari ini adalah hari pertama aku resmi menjadi seorang mahasiswi di kampus. sebagai mahasiwi baru wajib untuk mengikuti kegiatan pengenalan kampus seperti mahasiwa dan mahasiswi lainnya. Kegiatannya lumayan membuat berkeringat, namun tidak seperti ospek yang ada dipikiran kalian. Kami hanya berkumpul sesuai dengan jurusan masing masing dipandu oleh kakak tingkat*, dan melakukan serangkaian kegiatan seperti pengenalan kelas, laboratorium, perkenalan dengan dosen, dan pengenalan himpunan mahasiwa yang ada di fakultas ini. yang menarik hanya saat makan siang, dimana para kakak tingkat akan membagikan nasi kotak kepada kami sebagai makan siang, dan kakak tingkatnya juga ikut duduk di atas rumput bersama kami untuk makan. Waktu makan siang seperti ini selalu dimanfaatkan untuk lebih mengenal kakak tingkat dan teman teman seangkatan, jam makan siang akan berakhir saat setelah waktu Dzuhur.

Mata hari telah berada pada titik tertingginya, kakak tingkat yang menjadi koordinator acara pengenalan lingkungan kampus ini masih setia berdiri di depan dengan toa  ditangannya, meberitahu barang barang apa yang harus dibawa untuk kegiatan besok.

"hei, kau ada air minum tidak?" suara pelan pria yang ada disebelahku berhasil mengalihkan antensiku dari kakak di depan yang sedang berbicara. Pandanganku beralih kepada sesosok pria tinggi yang terlihat kehausan itu.

"nih, jangan di habiskan" kataku menyerahkan botol air minum yang memang dari tadi ku pegang.

Dia mengamibil dan meminum air yang kuberikan, atensiku sudah tertuju kembali pada kakak tingkat yang masih berbicara, dan entah kapan akan selesai bicara.

"Apa dia gak bosan  bicara terus dari tadi, gak tau apa hari ini panas" keluh seorang pria yang berada di belakang pria tadi.

"Mungkin dia memang hobi bicara "Jawab pria yang lebih tinggi yang ada di depannya, aku hanya mendengarkan meraka berbisik tanpa ada keinginan untuk mengintrupsi atau ikut dalam obrolan mereka berdua.

" Nih botol minumnya, makasih ya" kata Pria itu, mengembalikan botol air minumku.

"hemm" hanya dehaman yang keluar dariku karena sudah kepanasan sejak tadi.

"Ini bakalan sampai sore atau gimana sih, rasanya melelahkan" keluh pria pendek itu lagi.

" Palingan sebentar lagi juga selesai, sabar aja dulu " Jawab pria satunya lagi dengan santai, mereka berbicara dengan nada yang sangat kecil bahkan bisa dikategorikan sebagai berbisik.

" Untung kamu didepanku jadi sedikit terhalang dari matahari, ada gunanya juga kamu tinggi" Kata Pria yang lebih pendek, wajahnya terlihat kusut karena kepanasan dan bosan sama seperti teman teman lainnya yang berbaris.

" Enak di kamu ga enak di aku, lagian dimana mana, kalau baris itu yang pendek di depan ini malah kebalik" Protes pria yang satunya.

" Yaudah lah, sabar aja dulu sebentar lagi juga selesai " Jawab Pria yang lebih pendek, aku sempat tertawa pelan mendengar kalimat kepunyaan pria yang satunya dijadikan alibi olehnya.

"ya deh, iya deh, ngomong ngomong aku Mada" Kata pria yang didepannya memperkenalkan diri tanpa repot mengulurkan tangan atau membalikkan badannya.

"Jeky" Jawabnya santai.

"Dan yang ini Dian" Kata Jeky menunjukku untuk dikenalkan kepada Mada. Dari mana dia kenal namaku, aku bahkan baru melihatnya beberapa saat lalu.

" Sok tau kamu, emang tau dari mana namaku Dian?" kataku pelan dengan nada sedikit curiga, sebenarnya kau penasaran juga dia tau dari mana perihal namaku.

" Itu ada di tanda pengenal mu" Jawab Jeky santai menunjuk tanda pengenal yang ada dileherku. Mada tertawa pelan melihat kejadian ini, sungguh memalukan.

" Makanya jangan suka buruk sangka" Kata Jeky santai.

Aku hanya menatap lurus kedepan, terlalu malas untuk menanggapi perkantaan dari Jeky. Pikiranku sudah tidak fokus untuk mencerna perkataan perkataan dari kakak tingkat yang entah kapan akan selesai berbicara ini. kulihat sekelilingku, banyak mahasiswa baru yang berbaris sudah kelihatan bosan dan kelelahan dijemur di tengah terik matahari siang. Mada dan Jeky juga masih asyik dengan obrolan mereka, membiacarakan sesuatu yang tidak ku mengerti, tapi mereka kelihatan sangat akrab bukan seperti baru berkenalan. Apa sebelumnya mereka saling kenal?

Selama 2 jam kami dibariskan di lanpangan di bawah teriknya sinar matahari, dan selama 2 jam juga para kakak tingkat ini bergantian berbicara di depan kami, sekedar memberikan kata kata semangat atau pemberitahuan penting. Tapi aku bersyukur akhirnya aku bisa bernafas lega, kami sudah dibubarkan dan dibebaskan untuk pulang ke rumah masing masing.

Akhirnya semua basa basi ini selesai juga, rasanya sangat menyenangkan setelah berjam jam berdiri di tengah panas matahari.

.

.

*Kakak Tingkat = kakak Senior di kampus.

Something about breakUPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang