"BUNDA!!"
"KAK JINGGA TOLONG BUNDA KAK!"
"KAK!" pekik gadis dengan nama Kalinea Dara itu sembari terbangun.
Lagi-lagi mimpi yang sama, kilas balik kecelakaan sang bunda tiga bulan lalu.
"Apasih lo manggil-manggil gue tiap malem?!" tanya sang kakak, Jingga dengan nada dingin.
"Ah maaf kak," Nea menunduk.
"Mimpi lagi lo?makanya sebelum tidur baca doa bukannya nangis!" Jingga lalu menutup pintu kamar adiknya keras-keras.
Adiknya ini benar-benar menyusahkan, begitu pikir Jingga.
Sejak kematian sang ibunda, Nea tidak pernah tidur dengan tenang. Selalu saja mimpi buruk yang sama setiap hari, kilas balik kecelakaan sang ibunda. Atau kadang kejadian Ayahnya pamit merantau dan tidak pernah kembali.
Nea benci itu, sangat...
Mengusap wajahnya kasar, Nea merasa bodoh mengapa dirinya selalu mengharapkan pelukan hangat dari sang kakak.
Nea pun turun ke dapur, mengambil segelas air putih dan menegaknya dengan cepat.
Dapat Nea lihat dari sini, kakaknya sangat bekerja keras dengan menulis lirik lagu baru untuk band nya. Hingga Jingga ketiduran.
Nea yang melihatnya pun naik ke kamarnya, mengambil selimut cadangan miliknya dan menyelimuti kakaknya yang tertidur di sofa ruang TV dengan kertas kertas lirik lagu di tangannya.
Kertas-kertasnya pun Nea kumpulkan dan ia bereskan. Tak tega melihat Jingga yang kelelahan mencari uang demi kehidupan keduanya.Nea memutuskan untuk tidak berkuliah, karena biaya yang terbatas ia tak mau menjadi beban kakaknya.
Setelah selesai, Nea kembali ke kamarnya. Berdiri di depan jendela kamarnya. Memandangi ribuan bintang yang bertebaran.
"Pasti seru ya jadi bintang, bisa bareng-bareng terus satu sama lain. Bisa rukun terus, ga kaya gue sama kakak."
Nea bergumam dengan matanya yang seakan ikut berbicara bahwa ia kesepian.
"Tapi bukan berarti Nea nggak seneng tinggal sama Kakak. Nea seneng, cuman ya itu, Nea pengen Kakak peluk Nea tiap Nea mimpi buruk, bukannya malah marahin Nea."
Tapi tak lama setelahnya terdengar suara langkah kaki menaiki tangga.Nea segera naik ke kasur dan berpura-pura tidur tanpa melepas cardigannya dulu. Nea rasa malam ini ia harus memakai cardigan karena rasanya badannya kurang sehat.
Sesuai dugaan Nea, Jingga mampir ke kamarnya. Membuka pintunya perlahan dan menaruh selimut cadangan adiknya itu di atas meja belajar kayu adiknya. Melihat adiknya sebentar lalu keluar dari kamar berwarna latte itu.
Nea kembali membuka matanya, menghembuskan napasnya kasar. Menahan diri dari kantuk hingga fajar datang menghampiri, menunjukan pagi datang dengan cerah tanpa peduli bahwa Nea sedang tidak secerah biasanya.
Nea batuk-batuk. Dada dan perutnya sakit karena terus menerus batuk. Dengan kantung mata hitam dan jam yang menunjukkan pukul lima pagi. Nea turun untuk mencari obat batuk di lemari obat.
Setelah mencari-cari bukan obat batuk yang ia dapat, malah obat tidur. Nea pun mengambil dua pil obat tidur tersebut dan meminumnya.