⚠ harsh word, too much conflict ⚠
"Ji."
Yang di panggil hanya menatap si pemanggil.
"Lo kok diem aja?"
"Gapapa," jawab Jingga sekadarnya.
Johan heran.
"Lo juga bawa motor. Lo kenapa lagi?"
"Gapapa Jo," balas Jingga lagi.
"Gue nggak setolol itu sampe ga peka kalo lo ada masalah ya Ji."
"Lo abis apain adek lo?"
Jingga diam, tak menjawab pertanyaan Johan.
"Kan, bener kan. Ga salah tebakan gue."
"Lo apain?"
Jingga masih diam tak berkutik.
Wian datang dari arah dapur dengan raut bingung. "Apanih? kok tegang amat suasananya?"
"Gue tanya sama lo Jingga. Lo apain Nea?" tanya Johan dengan kata-kata yang di tekan.
Di tengah Jingga yang diam dan Johan yang masih bertanya. Wian diam-diam bertanya kepada Nea lewat chat.
Sebuah balasan yang membuat Wian cukup terkejut.
Kalinea Dara
Ohh gapapa, tadi kakak cuman pukulin aku soalnya aku ga nurut.
Wian lantas menunjukan handphonenya kepada Johan.
"Eh bentar anjing tulisannya ga keliatan lo ngeliatin chat nya terlalu deket sama mata gue!" ucap Johan begitu Wian sudah menarik handphonenya padahal ia belum selesai membaca.
Akhirnya Johan membaca balasan chat Nea yang terakhir.
Lantas Johan menarik kerah baju Jingga.
"Maksud lo apa mukulin Nea?!"
"Dia ga nurut apa sama lo sampe lo pukulin?!"
"GUE TAU HASIL PSIKO TEST LO NGGAK ADA GANGGUAN MENTAL. TAPI SEENGGANYA LO MIKIR GAUSAH MUKULIN ADEK LO ANJING!"
Jingga hanya bisa diam tak berdaya.
"Sifat lo kenapa jadi tempramental gini anjing?! Jingga yang bertahun-tahun gue kenal nggak kaya gini!"
"Jo sabar jo," peringat Wian.
"Waktu itu lo tampar dia, sekarang lo pukulin, besok lo apain? lo banting?"
"Terus lusa lo cekik? Minggu depan lo bunuh adik lo itu?" tanya Johan sarkas.
Jingga menatap Johan, "nggak gitu Jo, gue ga mungkin bunuh dia."
Mata Jingga berkaca-kaca.
Johan mendorong-dorong kepala Jingga menggunakan satu jarinya
"Lo ngaku gabakal bunuh dia? Yakin? Gue rasa sekarang lo mulai ngebunuh dia perlahan. Gue baru liat kakak paling goblok di dunia yang ternyata lo orangnya!"
"Lo tampar dia, lo pukulin dia. Emang step lo berhenti sampe di mukulin, ga sampe ke banting. TAPI TETEP AJA, EMANG NEA GA NGERASA SAKIT? LO KAKAK YANG BANGSAT TAU GA! GATAU MALU ANJING!" Johan masih menerka-nerka. Nea yang selama ini ia jaga malah di rusak oleh Kakak kandungnya sendiri.
"Kalo Kian sampe tau masalah ini, dia bisa lebih marah dari ini. Awas aja lo anjing, kaya gitu lagi!" peringat Johan sebelum beranjak.
"Wi, pinjem kamar mandi."
Iya, Johan merenung di kamar mandi.
Sisa Jingga dan Wian di situ. Wian agaknya kikuk harus melakukan apa.