Selepas para bujang berdoa, Nea akhirnya pulang bersama Dika. Sedangkan Wian memutuskan untuk ikut di motor Jingga, takut-takut Jingga melakukan hal aneh.
Di dalam mobil Dika, keduanya diam. Nea masih bingung siapa itu Bang Tara? Kenapa mereka berdoa disana?
Terlalu banyak hal dan pertanyaan yang berkecamuk di kepala Nea saat itu. Tentang banyaknya hal tidak lumrah atau hal yang tidak pernah ia alami dan tahu sebelumnya.
Dika pun sama diamnya, sibuk menyetir dengan kepalanya yang di isi banyak pertanyaan tersendiri.
Hingga Dika membelokan mobilnya ke sebuah restoran cepat saji dan berkata, "kita makan dulu."
Nea hanya bisa menuruti Dika.
Keduanya turun bersama dari mobil Dika, lalu masuk ke restoran tersebut serta memesan.
Sementara mereka menunggu pesanan mereka datang, keduanya diam masing-masing.
"Nea," panggil Dika.
"Iya kak?"
"Jangan coba-coba tanya tentang kejadian tadi ke kita ya ke anak-anak Cloday. Apalagi ke Jingga, Gue gamau lo kenapa-napa. Anak Cloday yang lain juga gamau lo kenapa-napa. Gue tadi udah cerita sama Kian sama Johan, respon mereka kurang enak kalo menyangkut kejadian tadi. Jadi lo diem aja ya? nanti ada masanya lo tau."
Dengan rasa penasaran yang masih mengganjal, Nea mau tidak mau mengiyakan ucapan Dika. Walau masih ada rasa ingin tahu lebih dalam dirinya.
🎠
Sampai di rumah, Nea bisa menemukan Jingga tengah duduk di ruang tamu bersama dengan Wian.
"Dik, kata Kian nanti dia kesini sama Johan," ucap Wian ketika Dika baru saja masuk ke ruang tamu.
Memang, tak berapa lama Kian dan Johan datang menggunakan motor masing-masing lalu memarkirkannya di depan gerbang rumah Jingga.
Nea yang baru saja turun dari kamarnya setelah mengganti bajunya pun kini bingung. Kenapa tiba-tiba Kian dan Johan datang?
Namun pada akhirnya Nea ikut duduk setelah Kian menyuruhnya duduk di belakangnya dan Johan.
"Ji, to the point aja. Lo ngapain kesana?" tanya Kian.
"Gue cuman mau berdoa buat Bang Tara, emang salah ya gue doain dia?"
"Bukan gitu Ji, kita sepakat kan kalo mau kesana kita harus bareng-bareng?"
Yang lain mengangguk lalu melihat ke arah Jingga.
"Terserah gue lah, gue yang pergi. Kalian juga ngapain nyusul gue kesana. Katanya tadi sibuk tapi malah nyusulin gue jauh jauh ke sana, waras kalian?"
"Terus sekarang malah pada disini, kata gue kalo kalian sibuk jangan sok peduli sama gue tolol! Ga guna juga rasanya ngabisin waktu kalian disini cuman gara-gara gue kesana tanpa ngasih tau kalian, hal kecil gausah di besarin," sarkas Jingga.
"KALO NEA GA NGASIH TAU LO PERNAH COBA BUNUH DIRI DI SANA PUN GUE GAMAU NGORBANIN WAKTU GUE BUAT NYUSULIN ELO ANJING!" emosi Dika yang kini di tahan oleh Johan dan Wian.
"Lo coba bunuh diri di sana? Lo mau ngulang kejadian Bang Tara? Jangan mentang-mentang lo bestie Bang Tara, lo jadi kaya gitu Ji. Banyak yang sayang sama lo," ucap Kian.
"Bacot, GUE CAPEK ANJING LO SEMUA GA NGERTI GUE!" Jingga ikut emosi.
"SEKARANG GUE TANYA SAMA LO, LO PERNAH GA NGERTIIN KITA SEKARANG?! JANGANKAN KITA SAHABAT LO DI NGERTIIN, LO LIAT EMANG LO PERNAH NGERTIIN NEA LAGI?! NEA BUTUH LO JINGGA. MANA JINGGA YANG SELALU SAYANG NEA?" emosi Kian.
"ITU SALAH NEA YA ANJING!"
"NEA GATAU APA-APA SOAL PERLAKUAN LO YANG BERUBAH KE DIA. LO YANG HARUSNYA NGERASA SALAH TOLOL! JANGAN NYALAHIN KESALAHAN LO KE ORANG LAIN BANGSAT!" ucap Kian yang kini menarik baju Jingga.
Nea kini berada di belakang Alden yang datang setelah mendengar pertengkaran.
"JI SADAR! JINGGA YANG GUE KENAL BUKAN KAYA GINI!"
Jingga tertawa sarkas, lalu melayangkan pukulan kepada Kian.
BUGH
Sebuah pukulan yang cukup keras mengenai pipi Kian, membuat Kian melepas cengkramannya pada baju Jingga yang lalu masuk ke kamarnya dengan keadaan marah.
Dika mendekati Nea yang terkejut, "liat kan, jangan pernah bahas kejadian tadi."
Nea bingung namun cepat-cepat menghampiri Kian yang tengah kesakitan. Ada lebam di pipinya.
"Kak, maafin Kak Ji ya ini pipi kakak sampe kaya gini gara-gara Kak Ji," ujar Nea sembari menggenggam tangan Kian.
"Bukan salah kamu Nea, gausah minta maaf. Harusnya kakak yang minta maaf ga bisa bikin Jingga balik lagi kaya dulu."
🎠
Jingga diam dalam kamarnya, termenung di depan mejanya.
"Bang Tara, lo bisa ga sih ada lagi disini? Bareng-bareng sama Cloday lagi. Jujur gue bener-bener kangen sama lo, Bang."
"Kalo gue ada di hari itu lagi, harusnya gue larang lo buat ke pantai. Kejadian lo bunuh diri pun gabakal terjadi dan lo bakal tetep disini sama Cloday. Padahal gue yakin kok lo bisa sembuh dari kanker lo itu. Tapi lo malah nyerah duluan dan malah bunuh diri di sana."
"Gue juga kemarin terlalu bingung dan pikiran gue kalap akhirnya gue ngelanggar perjanjian kita. Gue kesana sendiri, padahal perjanjian kita harus kesana berlima."
"Terus akhir-akhir ini gue sering ribut sama anak Cloday. Terutama Kian," Jingga menghela napasnya.
"Kian yang sesabar itu bisa berantem sama gue, Bang. Gara-gara permasalahan Nea, iyasih gue yang salah kalo soal itu. Kian sayang banget sama Nea, gue tau dia udah suka sama Nea dari jaman kita SMA. Apalagi pas kejadian di pensi waktu itu. Gue bisa yakin kalo Kian suka sama Nea. Dan gue juga goblok banget, Bang. Harusnya tiap Nea nangis tuh gue yang di samping dia, tapi ini malah Kian."
"Boleh ga sih bang gue iri sama Kian? Dia pinter, penyabar, penyayang, pas SMA pun dia OSIS. Definisi cowo sempurna, bahkan bisa nemenin Nea dan buat Nea ketawa padahal itu tugas gue. Tugas gue yang gue telantarkan begitu aja sebenernya.'
"Banyak hal terjadi setelah lo nggak ada, Bang. Gue pengen banget curhat sama lo secara langsung, nanggepin gue."
"Terlalu banyak hal yang terjadi, gue juga udah bikin banyak orang sakit hati sama kata-kata ataupun perbuatan gue."
Jingga masih memandangi fotonya dengan Bang Tara.
Hingga suara ketukan pintu kamarnya yang khas membuat Jingga menoleh.
"Kak, ini susu kotaknya udah Nea beliin, di minum ya."
Diam-diam Jingga tersenyum setelah teriakan Nea.
"Liat Bang, Nea masih peduli banget sama gue. Tapi kenapa ya gue susah peduli sama Nea?"
TBC
Bang Tara & Jingga sebelum manggung di paparazi fans