"Alden, gue boleh kerumah lo ga?" tanya Nea saat menelepon tetangganya.
"Sini aja Kal, temenin gue ngerjain tugas kuliah," balas Alden.
Nea pun segera beranjak dari meja makan, dan keluar dari rumahnya.
"Kak, Nea kerumah Alden dulu," pamit Nea.
Jingga mendengarnya tapi tak menjawabnya, namun setelahnya terdengar suara pintu yang terbuka dan tertutup.
Nea berjalan kerumah Alden yang hanya terpisah oleh taman kecil buatan bunda dahulu.
Nea mengetuk pintu rumah Alden.
"Masuk aja Kal."
Nea pun masuk dan melihat Alden tengah duduk di lantai ruang tamu, dengan laptop di depannya.
Nea lalu duduk di sebelah Alden yang sibuk.
"Kal," panggil Alden.
"Apa?"
"Udah makan belum lo?"
Nea menggeleng, "makan sana, tadi pagi Mama masak sayur tuh. Makan sana," ucap Alden.
Orang tua Alden memang bekerja hingga larut malam tanpa hari libur saat hari minggu. Makanya Alden selalu sendiri.
"Tar aja Den, gue ga laper."
"Makan atau gue tonjok?" ancam Alden dengan muka datar yang menghadap ke laptop.
Dengan decakan, Nea beranjak dan segera ke dapur rumah Alden.
Mengambil makanan dan kembali duduk di sebelah Alden.
"Puas lo?" tanya Nea begitu duduk di sebelah Alden dengan piring di tangannya.
"Makanya makan, jangan susah kalo di suruh makan."
Nea hanya mendelik kepada Alden sebagai balasannya.
"Den."
"Hm?"
"Lo kapan senggang?"
"Abis ini juga senggang Kal, kenapa?"
"Anterin gue ke makam Bunda yuk."
🎠
Benar, pada akhirnya kedua remaja itu datang ke makam bunda.
Nea dengan sebuket bunga di tangannya. Menaruhnya perlahan di sebelah nisan tersebut.
Lalu berjongkok, gadis dengan nama Kalinea Dara itu nampak tersenyum pedih.
"Halo bunda, ini Nea."
"Nea bareng sama Alden," ucap Nea lalu tersenyum kepada Alden yang kini juga berjongkok di sebelahnya.
"Nea juga gatau sih sebenernya kali ini Nea kesini mau bilang apa sama bunda."
"Nea lagi-lagi cuman bisa bilang..."ucapan gadis itu terpotong karena dirinya terisak.
"Nea kangen..."
"kangen banget," di susul isakan-isakan menyakitkan.
"Dunia emang jahat ya Bun,"
"kaya yang pernah bunda bilang. Jangan percaya sama dunia, bener Bun. Dunia emang sosok paling jahat di hidup Nea."
"Bunda selalu ngajarin Nea buat nggak ngomong kasar, tapi boleh ga sih Nea buat ngumpatin dunia sekali aja. Rasanya dada Nea sesek banget bun, Nea mau hidup tapi rasanya hati Nea mati," kini gadis itu memukul-mukul dadanya.
Alden berusaha menghentikan pada awalnya, tapi rasanya percuma. Gadis itu tidak akan lega dan akan terus tersiksa oleh dunia jika ia menahannya.
"Gue tunggu di depan ya Kal, yang puas aja," ucap Alden sembari mengusap kepala Nea lalu melangkah menjauh, memberi ruang untuk Nea.Nea masih memukul-mukul dadanya yang terasa sangat sesak. Masih banyak kenangan tersimpan di hatinya bersama Bunda, terlalu sulit untuk mengikhlaskan.