Bulan yang berganti begitu cepatnya, bulan-bulan kali ini Jingga sibuk manggung ataupun sekedar mengisi acara pernikahan. Sedangkan Nea diam-diam mengambil kerja paruh waktu di sebuah mini market yang jauh tempatnya dari rumah, sengaja supaya Jingga tidak tahu.
"Nea, boleh tolong jaga kasir dulu ga? Gue mau itung stock dulu di gudang," ucap Yuan si pekerja paruh waktu juga.
Nea mengangguk menuruti apa kata Yuan dan berdiri di depan meja kasir.
"Mbak ini beli satu gratis-"
"Nea?"
Nea diam di tempat melihat siapa yang datang.
"Kak Jo ngapain disini?"
Iya, itu Johan dengan eskrim di tangannya.
"Harusnya aku yang tanya ke kamu, kamu yang ngapain disini Nea?" ucap Johan sembari mendekati Nea.
"Kerja lah apalagi. Kak Jo sendiri ngapain?"
"Beli eskrim buat di rumah."
"Bukannya rumah Kak Jo jauh dari sini?" heran Nea.
"Kan udah pindah dari tiga bulan lalu, rumahnya sekitar sini. Oh iya kamu ngapain kerja? Udah makan belum?"
Nea mengangguk, "tenang aku udah makan kok. Aku kerja juga biar bantu bantu Kakak hehe. Tapi jangan bilang Kakak, nanti kakak marah. Ya kak Jo?" Ujar Nea dengan nada memohon.
"Iya deh iya, kalo mau makan kerumah aja. Tiap hari aku masak kecuali pas ngeband. Semangat kerjanya adik gue!" kata Johan sembari membawa kantung plastik berisi eskrim.
"Aku balik ya, kalo mau kerumah kabarin aja" pamit Johan yang lalu melambaikan tangannya dan keluar dari minimarket.
Baru saja Nea berbalik mau menyusul Yuan, Yuan sudah diam berdiri di depan pintu gudang.
"Akrab banget keliatannya, sus banget," Yuan dengan muka penuh selidiknya.
"Temen kakak gue, tapi udah kaya kakak gue sendiri. Sensi amat lo."
"Gue kenal anjir sama dia, bang Johan yang suka beli eskrim vanila itu kok bisa aku kamuan manggilnya sama lo. Padahal gue di roasting mulu sama dia."
"Kasian banget lo di roasting dia. Gue sih adik kesayangan dia," ledek Nea.
"Sialan lo!"
🎠
Hari ini hari yang paling Jingga tunggu, apalagi kalau bukan ulang tahunnya.
Sudah puluhan ucapan yang ia balas dan repost dalam social medianya. Serta banyaknya hadiah yang terus berdatangan dari para fans dan teman-temannya.
Dari puluhan hadiah itu, Jingga mengacak-ngacaknya, mencari salah satu nama. Tapi tak ada. Jingga memutuskan menyusun hadiah tersebut dan kembali ke kamarnya.
Baru saja Jingga melangkah satu langkah ke dalam kamarnya, atensinya jatuh ke nakas sebelah pintu kamarnya. Tempat Nea biasa menyimpan susu kotak kesukaan Jingga.
Tidak ada susu kotak disana, tapi ada coklat dan sebuah surat disana.
Jingga membukanya,