"Nea, mau ikut kakak kerumah Deva ga? tanya Kian di sebrang sana.
"Mau, Nea nanti nyusul ke rumah Deva."
"Gausah, kakak ini di depan komplek kamu."
Nea pun bergegas siap-siap setelah mendengar Kian sudah dekat.
Lalu mampir sebentar kerumah tetangganya. Siapa lagi kalo bukan Alden.
"Den, gue titip kunci ya. Takutnya kakak pulang," ucap Nea begitu Alden membukakan pintu.
"Emang lo mau kemana?" Alden mengalihkan atensinya dari handphone kepada Nea. Alden ini emang gila game online.
"Gue mau jalan bentaran, takutnya kakak pulang nanti dia bingung."
"Yaudah, mcd satu."
"Iya," sebagai balasan kepada Alden, biasanya dunia per-mcd an yang akan membalasanya.
Begitu pun sebaliknya, saat Alden menitipkan sesuatu kepada Nea, ia akan memberikan apapun yang di minta Nea.
Nea lalu kembali ke halaman rumahnya untuk menemui Kian yang sudah sampai.
Lalu keduanya menaiki mobil Kian.
"Tumben kak," ujar Nea membuka pembicaraan.
"Tumben apaan?"
"Tumben ngajak keluar. Bukannya kakak sibuk?"
"Iya emang sibuk, ini juga ke rumah Deva mau ambil kerjaan, cuman ya sekalian main juga," balas Kian.
"Nea..."
Nea menoleh kearah teman dari kakaknya itu.
"Tahan sebentar lagi ya sakitnya, kakak lagi berusaha buat bikin Jingga nggak egois. Biar Nea bisa senyum bahagia sama Jingga, bukan sama Kian."
"Harusnya kakak itu ga berhak buat bikin Nea senyum ceria banget, yang lebih berhak itu Jingga, kakak kandung Nea. Jadi tunggu sebentar lagi ya?"
🎠
"Dev, katanya lo free tapi kerjaan gue belum lo selesain," ucap Kian pada adik sepupunya itu.
"Sibuk gue, sibuk ngegame seperti biasa," balas Deva santai, emang dasar sepupu kurang ajar!
"Lo kemarin misuh-misuh minta kerjasama, sekarang malah males. Mana rumah lo kaya gudang pasir, ngeres banget kaya otak lo!" ini nih, Kian kalau sekalinya marah ya begini.
"Ga malu lo sama Nea?"
"Ya gue kira kan lo ga sama Nea, kalo tau ada Nea ya gue beres-beres dulu lah," balas Deva sembari membereskan ruang tv nya yang sangat berantakan.
"Rey mana?"
"di suruh ngajar di pesantren sama Ibu gara-gara dia bolos ngampus terus, tapi bentar lagi juga dia pulang," jelas Deva.
Al-Hakim Reynand, adik dari Deva. Hanya berbeda setahun dari Deva. Cuman ya memang kelakuannya emang kadang sama kadang nggak sama Deva. Walau ya mukanya ga mirip, kadang Deva suka di katain anak pungut sama Kian.
"Lagi apa?" tanya Nea yang baru saja mau ikut bergabung di antara kedua sepupu itu.
Hingga Deva menutup mata Nea.
"Jangan kesini dulu! bahaya!"
Deva lalu menarik Nea untuk duduk di sofa ruang tamu, "udah sih diem sini dulu napa."
"Lagian lama banget Dev, kaya lagi bangun rumah aja," cibir Nea.
"Iya lagi bangun rumah dan bangun tidur, dah diem ya lo!" Deva lalu meninggalkan Nea di ruang tamu sendirian.