Partner Ghaly Sesungguhnya

14 3 0
                                    

Syazi berjalan sambil menyelidik bersama teman perempuan disampingnya, yang gue pun gak kenal itu siapa. Gue memberi kode mata ke dia untuk tidak mengganggu. Lalu dengan terburu-buru gue membalas pesannya.

Balas : Kalo kamu ganggu kakak, jangan harap jatah jajan bulan depan masuk ke rekening kamu!

Gue bisa melihat dia sedikit berhenti dan menatap ponselnya. Dia menatap gue sebal gue balas menatapnya tak kalah sengit. Pada akhirnya gue bisa melihat dia mengajak teman perempuannya itu keluar dari kafe ini.

"Kita sholat isya yu kar.."ujar Ghaly.

"Boleh banget ghal."jawab gue.

Setelah menghabiskan kopi masing-masing, kami berjalan menuju mushola mall ini. Gue berdoa semoga orang yang gue kenal dan gue temui saat ini hanya lah Syazi. Dan gue pun bersyukur yang tadi gue temui itu Syazi.

Kami memasuki pintu theater setelah menunaikan sholat isya. Lalu duduk dibangku yang sudah dipesan. Kami mengobrol sebelum film dimulai.

"Loe nonton film horor korea the wailing gak ghal?"

"Hm.. the wailing,"Ghaly terlihat sedang berpikir."-tentang santet bukan sih?"

"Iyaa betul.. film thailand ini produser nya Na Hongjin sutradara film the wailing.. kalau loe nonton the wailing paham lah ya alurnya gak bisa di tebak dan plot twist nya keren menurut gue.."

"Iya kita itu dibuat bingung dari awal sampai akhir cerita padahal kita udah tau jawabannya, cuman si alur ceritanya malah buat kita penonton pun ragu.."

"Iya banget ghal... Gue penasaran the medium gituh gak ya.."ujar gue semangat.

"Loe excited banget ya kalau soal film dan lebih ekspresif kayanya.."

"Banget kalau soal film.. malah waktu kuliah gue kepikiran kaya joko anwar aja fokus di dunia film.."

"Hah seriusan?"dia keheranan, gue menggangguk memberikan jawaban.

"Gue cuman gak nyangka aja, mungkin karena gue baru akrab sama loe kali ya kar.."

"Gak nyesel kan ghal?"

"Gak sama sekali.. gue malah nyesel kalau gak bisa akrab sama loe.."

Deg.

Oke, stop Kara udah jangan dibawa perasaan alias baper. Meskipun yang bilang gituh crush loe tetep aja gak menjamin perasaan dia sama loe itu sama. Gue mencoba menenangkan jantung gue. Sampai akhirnya film dimulai.

***
Gue dan Ghaly keluar dari pintu bioskop. Perasaan gue campur aduk dan puas. Walau akhir cerita difilm tidak bahagia.

"Gila karr.. ada ya film pemeran utamanya mati di tengah cerita.."ujar Ghaly.

"Makaanya ghaal.. loe ngeh ga interview dukun nim yang ditampilin diakhir film.. itu plot twist banget.."

"Aah.. iya, yang dia sendiri aja gak yakin dewa bayan itu ada.."

"Yakan kaya ngapain gituh loe ribet ngelakuin ritual disaat loe pun gak yakin itu akan berhasil.."

"Namanya juga usaha kar.. hahaha"

"Yang bikin ceritanya ada dan seru kan ritual-ritualnya ya hahaha.."

Kami berjalan menuju basement mall ini. Ghaly memaksa mengantar gue pulang. Gue pun gak bisa menolak. Apalagi sudah hampir larut malam. Gak ada alasan untuk menolak.

Dia membuka bagasi motornya lalu memberikan sebuah helm coklat ketangan gue. Wah, kayanya dia sengaja bawa helm tapi bisa aja kan emang kebiasaannya. Gue harus berhenti mengiyakan perasaan dan prasangka gue.

Dari JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang