Keputusan

11 1 0
                                    

"Loe serius kar?"dari ekspresi Lutfan dia terlihat tidak percaya.

Gue mengangguk sambil senyum tak lepas dari bibir. Gue mencoba melapangkan hati. Dan pada akhirnya sekarang saatnya gue fokus kedepan meninggalkan bayang-bayang masa lalu. Kenapa gue gak bisa move on? Memang gue nya aja gak ada usaha. Tuhan, izinkan hamba mu ini maju kedepan tanpa melihat kebelakang. Tuhan, izinkan hamba mu ini membuka hati tanpa membawa rasa dari masa lalu.

"Gue sangat serius fan.."ujar gue akhirnya. Gue bisa melihat lutfan tersenyum bahagia. Gue pun mencoba tersenyum walau hati rasanya terpaksa. 

Kami, gue dan lutfan terdistraksi karena kehadiran Ghaly dan Megan. Gue menguatkan diri mencoba menatap kedua orang itu. Gue melihat Megan tersenyum ramah ke arah gue. 

"Kara.. apa kabar?"tanya dia antusias dan tulus. Dia memberikan pelukan hangatnya.

Gue menyambut pelukannya. "Alhamdulillah gue baik megan.."jawab gue mencoba tersenyum tulus. "Loe apa kabar?"

"Baik dan cape sih sebenernya. Kerja di ibu kota istirahat masih dikejar kerjaan dan klien.."ujarnya semangat. 

Begitulah megan, dia sangat berbeda sama gue. Dia jago basa-basi, gue sebaliknya. Dia pandai membuka percakapan, gue sebaliknya. Dia yang selalu dekat dengan Ghaly, dan gue yang tidak bisa. Dan sepatutnya mulai sekarang gue harus tahu diri. Apalagi posisinya gue sudah menerima tawaran Lutfan untuk sama-sama berkomitmen.

Apakah rasa suka menjadi alasan gue menerima Lutfan? Bukan. Karena gue yakin rasa suka ini bisa menyusul kedepannya karena mulai dari sekarang gue mencoba membuka hati gue.

"Artinya kerjaan loe sangat bagus kan meg?"gue mencoba menanggapinya.

"Cuman gue ngerasa dikerjain.. btw loe sama Lutfan nih kar?"

Gue dan Lutfan saling bertatapan mendengar Megan tiba-tiba berbicara seperti itu. Gue dan dia tersenyum dan akhirnya gue pun mengangguk mengiyakan.

"Doain aja buat kita ya meg.. semoga lancar kedepannya.."ujar Lutfan.

Gue bisa melihat mata Ghaly membulat tanda terkejut. Dia pun terlihat tersenyum senang. Entah kenapa gue kecewa melihat itu.

"Wow kar akhirnya membuka hati juga loe?"

Gue mengangguk menanggapi Ghaly. "Doain aja ya Ghal.."jawab gue mencoba ceria.

Obrolan kami terhenti ketika MC mulai membuka acara kembali. Pengantin wanita sudah siap memasuki ruangan. Acara selanjutnya pengantin pria menjemput pengantin wanitanya untuk sama-sama berjalan menuju pelaminan diiringi musik.

"Loe mau makan apa dulu kar?"tanya Lutfan tiba-tiba.

"Apa ya? Dimsum?"

"Btw ada kopi juga loh.."

"Wah.. boleh dicoba tuh.."

"Gue ambilin ya?"tanya Lutfan.

"Bareng aja.. loe kan udah janji gak tinggalin gue."

"Ada Ghaly sama Megan juga, gapapa ya?"

"Yaudah deh, gue mau americano dingin ya.."ujar gue.

"Siap.."Lutfan pergi meninggalkan gue. 

Tiba-tiba Megan sudah bergabung dengan teman wanitanya yang lain. Dan sekarang tinggal tersisa gue dan Ghaly.

"Terakhir ketemu loe bilang belum mau komitmen, dan sekarang loe udah resmi aja sama Lutfan. Alasannya apa kar?"tanya Ghaly tiba-tiba.

"Loe.."jawab gue jujur.

"Gue?"dia keheranan.

"Iya, apa yang loe bilang buat gue kepikiran akhirnya gue mau mencoba memulai lagi dengan Lutfan."jelas gue tidak jujur.

"Hm.. yah kalau gitu gak punya partner nonton nih gue."ujar nya terdengar kecewa walau dibuat-buat.

"Kan ada Megan.."jawab gue mencoba lapang dada.

"Megan kenapa emang dia?"

Belum gue menjawab Ghaly, Lutfan sudah memberikan secangkir americano dingin ke tangan gue. Gue tersenyum sambil tak lupa bilang terimakasih kepadanya.

"Btw gue udah nonton haikkyu.."ujar Ghaly. "Seru ya lebih masuk akal dibanding kuroko.."

"Pasti gara-gara Kara ya loe nonton?"tanya lutfan pada Ghaly sambil tersenyum.

"Iya ternyata seru juga ya.."ujar Ghaly antusias. Entah kenapa gue seakan teringatkan kembali selain wajah suaranya pun tampan.

"Gue nonton juga gara-gara dia.. emang nih anak racun.."ujar Lutfan.

"Kalian kalau mau ghibah bisa ke belakang? Bukan ghibah kalau di depan orangnya."gue mencoba menanggapi obrolan mereka.

"Harusnya loe buka channel youtube kar.. rekomendasi film dan anime terseru.."ujar Ghaly kembali.

Belum gue menanggapi tiba-tiba Lutfan mengernyit kesakitan. Gue cemas melihatnya. "Loe belum sarapan ikut-ikutan minum kopi.."ujar gue pada Lutfan.

"Salah siapa gue jadi suka kopi?"

Tidak menjawabnya gue mengeluarkan obat lambung dari tas. "Minum sekarang."ujar gue tegas.

"Hm.. cielah si Lutfan ada yang merhatiin nih sekarang.."ujar Ghaly tiba-tiba.

"Makanya loe juga cepet cari.."jawab Lutfan.

"Kerjaan gue lagi gak nyantai bro.. nanti doi malah ngerasa diselingkuhin kerjaan gue dong.."jawabnya.

Gue sedikit terkejut mendengarnya. Jadi Ghaly benar-benar masih sendiri. Gue kira dia udah sama Megan. Dan kenapa gue peduli tentang hal ini, disaat gue sudah menerima Lutfan.

"Gak kok ghal kalau cewek loe ngerti.."gue mencoba menanggapi.

"Iya Kara bener Ghal.. cewek kaya loe kan kar contohny?"ujar Lutfan membuat gue tak kuasa menahan senyum.

"Manis banget itu mulut.."Ghaly mencoba menanggapi.

"Dulu jaman sekolah pacarnya banyak gak sih dia Ghal?"tanya gue pada Ghaly.

"Jangan ditanya.."

"Bro bisa diem gak loe.. baru memulai ini.."Lutfan menanggapi Ghaly.

Gue tersenyum melihat interaksi mereka. Tuhan, semoga keputusan hamba saat ini baik.

***
Gue mencoba bahagia, walau gue pun merasa belum bisa bahagia seutuhnya. Lutfan sangat berusaha untuk hubungan kami, dan gue pun mau tidak mau ikut berusaha. Dan pada akhirnya gue harus menerima Ghaly sebagai wajah baru di hidup gue.

Meski harapan sekadar harapan. Dulu gue berharap Ghaly hadir sebagai seorang spesial di hidup gue. Tapi Tuhan punya takdir lain. Seperti kali ini, kita bertiga baru keluar dari bioskop setelah tiga jam menonton batman.

"Seru tapi gue ketiduran sebentar.."ujar Lutfan.

Kami bertiga sudah duduk di restoran cepat saji mall ini. Ternyata tiga tahun didepan bioskop membuat perut lapar.

"Fan itu lagi seru-seru nya.. iya gak ghal?"

"Lutfan baru melek kalau disodorin cewek cantik.."

"Kaya loe nggak Ghal..."sahut Lutfan.

"Gue melek kalau ketemu cewek menarik dan cerdas.."jawab Ghaly.

Oke. Itu tipe ideal Ghaly. Bukan hanya cantik rupa. Tapi harus cerdas dan menarik. Dan sepertinya gue gak masuk list itu. Tunggu.. kenapa lagi gue. Kok susah ya berhenti mikirin dia. Jelas-jelas orangnya ada di depan mata.

"Gue harap bukan Kara yang bikin loe melek ya Ghal.. karena dia udah jadi milik gue."

"Anjir fan geli..."ujar gue.

"Hahaha gak mempan gombalan loe fan.."sahut Ghaly. "Tenang fan nikung atau berhubungan sama mantan temen gak ada dikamus hidup gue. Amit-amit nih loe sama Kara gak jodoh. Gakkan lah gue sama Kara.. iya gak Kar?"

Sakit rasanya denger itu langsung dari Ghaly. Gue balas menatap dia dan mencoba tersenyum.

"Semoga hubungan gue dan lutfan lancar ya.."lalu gue beralih memandang Lutfan.

"Parah loe Ghal.. jaga dong kalau ngomong.." lantas Lutfan menatap gue. "Gue gak akan pernah lepasin Kara."

***

Dari JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang