18. Second Chance 2

1.5K 158 49
                                    

Derap langkah kaki menggema disepanjang koridor rumah sakit, Jake berjalan dengan langkah lebar, mendekat kearah sang kakak yang terduduk disalah satu kursi tunggu dengan kedua belah tangan bertopang pada lututnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derap langkah kaki menggema disepanjang koridor rumah sakit, Jake berjalan dengan langkah lebar, mendekat kearah sang kakak yang terduduk disalah satu kursi tunggu dengan kedua belah tangan bertopang pada lututnya.

"Kak..." panggilnya pelan. Heeseung akhirnya membuka telapak tangannya yang sedari tadi menutupi wajahnya. Mendongak menatap sang adik yang kini menjulang didepannya. Jake menatap getir Heeseung yang keadaannya bisa dibilang berantakan. Wajahnya sembab dengan mata yang memerah, rambutnya kusut masai serta baju yang nyaris kering dibadan. Bahkan tubuhnya sedikit menggigil hingga giginya terlihat bergemelutuk.

Benar-benar memprihatinkan batin Jake.

"Ganti dulu pakaianmu" titahnya sembari menyodorkan sebuah  paperbag berwarna coklat pada Heeseung. Bukannya menerima benda tersebut, Heeseung hanya diam sembari menatapnya dengan pandangan kosong.

Saat Heeseung menghubunginya beberapa saat yang lalu, Jake tanpa fikir panjang langsung meluncur kerumah sakit tempat Evelyn dirawat. Ia benar-benar mengkhawatirkan keadaan wanita itu, begitu juga dengan kakaknya. Pasti Heeseung sangatlah terguncang dengan kejadian ini.

"Kak..." ulangnya sekali lagi saat tak mendapat respon dari sang kakak "kau bisa masuk angin" Jake tahu apa yang ada didalam benak Heeseung, lelaki itu pasti belum bisa bernafas lega sebelum seseorang dari ruangan operasi itu keluar memberikan sebuah kabar padanya. Entah itu kabar baik atau buruk sekalipun.

Heeseung menerima benda yang berada ditangan Jake, lalu berjalan gontai menuju rest room yang berada diujung lorong. Benar kata Jake, jika ia masih terus memaksa menunggu dengan pakaian seperti ini, bisa saja ia terserang flu dan daya tahan tubuhnya bisa menurun. Heeseung tak ingin sakit, tubuhnya harus senantiasa sehat agar bisa menemani Evelyn disini. 

Selepas berganti pakaian yang lebih hangat, Heeseung kembali mendudukkan diri dikursi tempatnya semula menunggu. Ada Jake yang kini ikut menemaninya. Adiknya itu terlihat sama gelisahnya dengan dirinya, sedari tadi ia melirik kearah pintu bagian atas yang mana terdapat lampu berwarna merah yang menandakan operasi sedang berlangsung.

Segudang pertanyaan bercokol dikepalanya, tapi Jake masih tahu diri, tak mungkin ia mengintrogasi kakaknya yang terlihat masih shock sampai saat ini. Tapi setidaknya penampilannya tidak semengenaskan seperti sebelumnya.

Hampir dua jam Heeseung menunggu hingga akhirnya hermetic door itu terbuka.

"Wali pasien Evelyn Jung"

"Saya dok" Heeseung dengan sigap berdiri menghampiri seorang dokter dengan pakaian berwarna biru  "Bagaimana kondisinya dok?"

"Tiga tulang rusuk pasien patah dan tulang frontal-nya mengalami  keretakan, namun setelah menjalani serangkaian tes kami bisa menyimpulkan bahwa tak ada kerusakan jangka panjang, bahkan ini bisa dibilang sangat mengejutkan"

28 YEARS OLD | HEESEUNG ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang