*masih pemula, harap dimaklumi jika banyak typo n yg tdk nyambung, hehe.
- TULUS -
***
"Ekhem."
"Permisi."
Mendengar itu, Al sontak memutar kepalanya ke arah belakang. Alisnya tertaut, matanya menatap lama cewek yang berdiri di belakangnya itu. Tak mengenali siapa dia, Al lantas bertanya. "Lo siapa?"
"Em, nama gue Disa."
Disa? Al rasa dia tidak pernah mengenal orang dengan nama itu. Dia lalu menoleh ke arah teman-temannya yang saat ini duduk satu meja dengannya. Al menatap mereka semua satu persatu seolah bertanya, kalian kenal nih cewek? Namun jawaban mereka semua sama, sama-sama memasang wajah bingung.
Tak tahu maksud kedatangan cewek itu, Al langsung berdiri dari duduknya, berbalik dan sekarang posisinya berhadapan dengan cewek bernama Disa itu. Dia bertanya, "ada perlu sama gue?"
"Iya," Disa mengangguk beberapa kali lalu meneguk ludah dengan kasar. Dia merasa sangat gugup, terlihat dari matanya yang berlarian ke sana kemari. Al juga melihatnya berusaha mengatur napas untuk beberapa kali. Memangnya seserius apa hal yang ingin cewek ini dikatakan? Aneh pikirnya.
"Oke." Al memasukkan kedua tangannya dalam kantong. "Ngomong aja."
Disa menarik napasnya dalam-dalam, berusaha dengan keras menormalkan detak jantungnya dari tadi, namun tidak bisa. Sungguh, tak pernah dia rasakan hal ini sebelumnya, perasaan aneh yang setiap harinya terus bertambah. Semenjak bertemu seorang cowok yang bernama Altair Wijaya, rasanya Disa tidak bisa lagi memikirkan hal lain, hanya dia, dia, dan dia. Walaupun belum mengenalnya, tapi Disa begitu mengaguminya, entah itu dari wajahnya yang tampan atau mungkin caranya tersenyum pada teman-temannya.
"Sebenarnya ... gue udah lama suka sama lo, semenjak pertama kali masuk sekolah, dan kali ini, gue mau menyampaikannya secara langsung Al."
Satu ... dua ... tiga.
"Cuma itu?" tanya Al, yang kemudian tersenyum sampai memperlihatkan lesung pipi yang hanya ada di pipi kirinya itu.
Anjay, doi senyum!
"Iya, cuma itu. Dan gue harap lo mau terima ini." Disa menyodorkan sebotol minuman, tangannya sedikit bergetar saat memberikannya, detak jantungnya pun masih sama, sangat cepat. "Sebagai rasa terimakasih karena udah mau denger apa yang gue omongin. Gue merasa sangat dihargai."
"Oke, gue terima." Al masih senantiasa menunjukkan senyumnya, akibat ulahnya itu bukan hanya Disa yang salting, tapi para cewek yang tengah menatapnya pun juga jadi salting brutal. Rasanya mau meninggoy, kayang, jungkir balik, salto, dan lain-lain, saking manisnya senyuman yang Al tunjukkan.
Disa berdehem, "kalau gitu gue permisi, makasih."
Cewek dengan rambut panjang tergerai itu kemudian berbalik, berniat ingin pergi karena berada di dekat Al akan membuat detak jantungnya semakin tidak normal. Ditambah lagi tatapan orang-orang sudah mulai aneh ke arahnya, terutama teman-teman Al yang mungkin mendengar pengakuannya tadi. Disa harus pergi dari sini.
"Semuanya! Dengerin gue!"
Mendengar suara Al yang meminta atensi kepada semua orang, membuat Disa terhenti dan refleks memutar tubuhnya kembali menghadap ke arah cowok jangkung itu. Disa melihat Ekspresi wajah Al berbeda sekarang, tidak manis dan terlihat ramah seperti tadi. Apalagi kala senyuman miring itu muncul dan tertuju ke arahnya sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TULUS
Teen FictionAl, seorang cowok yang menurut Aida sangat susah dimengerti. Dia itu seperti bunglon, sikap yang dia tunjukkan selalu berbeda di setiap tempat. Apalagi ketika Disa, sahabatnya yang menyukai Al menyatakan perasaannya, malah dibalas dengan perlakuan b...