Bye September
Ucapkan Hai pada Oktober🤣
Jangan lupa vote and komen ygy
Selamat Membaca.
- TULUS -
"Mulai darimana nih?" tanya Rifki dengan tampang kesalnya.
Bagaimana tidak? Saat ini, dia dipaksa untuk menemani Al melaksanakan hukuman yang katanya diberikan oleh Bu Mirna.
Huft, yang dihukum siapa yang susah siapa.
"Kita mulai dari kelas paling ujung, kelas 10 IPS," jawab Al.
Untuk kelas 11 dan 12, tadi Al sudah meminta Ramdan, Beni, dan Aldo untuk membantunya, jadi Al dan Rifki akan mengambil sampah yang ada di kelas 10 saja.
Dan sekarang, dua orang cowok itu mulai berjalan menyusuri koridor sekolah dengan masker yang menutupi mulut dan hidung mereka serta sarung tangan berwarna putih seperti yang dipakai para dokter.
Sebenarnya setiap kelas itu wajib meletakkan sampah di kantong plastik. Jadi tugas Al itu cukup mudah, tinggal ambil kantong plastiknya dan letakkan di tempat pembuangan sampah yang lebih besar dimana petugas sampah akan mengambilnya nanti.
Tapi ... sungguh, Al benar-benar terganggu dengan baunya yang sangat tidak enak itu. Karena itulah, dia repot-repot pakai masker dan sarung tangan begini, Rifki pun begitu. Dan untungnya dia punya teman-teman yang selalu setia membantu.
"Kelas 10 IPA-1, terakhir 'kan nih?" tanya Rifki setelah melewati banyak kelas dan plastik sampah yang dia bawa pun lumayan berat. Ditambah lagi dengan murid-murid lain yang terus saja menggosip itu membuat telinganya panas sekali.
"Sabar Rif," ucap cowok yang akrab disapa Al itu.
"Sabar, sabar, untung temen gue lu!"
"Gue bilang sabar," ucap Al sekali lagi.
"Iya ini gue udah sabar! Lo mau gue gimana lagi?!" Rifki menjadi gereget sekali.
"Diam dan jangan ngomong."
"Sama, Al." Rifki berujar frustasi. "Diam dan jangan ngomong itu sama aja artinya."
"Tuh 'kan, gue bilang apa tadi?" Al menatap temannya itu dengan tatapan yang datar namun menyeramkan.
Rifki menghela napas, "oke, gue diam."
Geleng-geleng kepala, Al pun kemudian mengetuk pintu kelas itu. "Mana sampah kalian?" tanya Al pada orang-orang di dalam sana.
"HAH! OMG!" pekik seseorang yang langsung berlari ke arah luar. Matanya membulat sempurna mendapati Al yang membawa banyak kantong plastik berisi sampah. "Aduh Al, kamu ngapain sih? Kalau bosen jangan jadi tukang angkut sampah juga dong! Lebih baik jadi pacar aku aja!"
Rifki bergidik ngeri. "Idih, pede banget! Kalo gue sih ogah jadi pacar lo."
Tasya, atau yang lebih akrab disapa Aca itu melototkan matanya. "Heh kutu beras! Kalau sama lo mah gue juga ogah ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TULUS
Teen FictionAl, seorang cowok yang menurut Aida sangat susah dimengerti. Dia itu seperti bunglon, sikap yang dia tunjukkan selalu berbeda di setiap tempat. Apalagi ketika Disa, sahabatnya yang menyukai Al menyatakan perasaannya, malah dibalas dengan perlakuan b...