-alunkan sekarang : berawal dari tatap - yura
ii ' C¹² H²² 0¹¹
dalam sudut pandang ; gèma
"...halo Rintik, kalau kamu mendengarkan ini, selamat ya! sebentar lagi usiamu akan genap duapuluh tahun. Untuk urusan kue tenang saja, akan kubawakan nanti lengkap dengan cherry merah di samping lilin. Maaf mendahului, selamat ulang tahun, Rintik! Jangan lupa bahagia dan sampai jumpa pada pukul duabelas malam!"
"Aduh aduhh Tuhan.. kenapa jadi puitis begini yaa. Ehem.. buat mbak Rintik, selamat ulang tahun juga ya. Jangan lupa bukain pintu kalau mas Renjana datang, cherry nya enak looh.."
Masih teringat jelas bagaimana isi surat dari penggemar saluran radioku semalam. Ah iya, menjadi penyiar radio sudah terbenam dalam diriku semenjak dua tahun silam. Dan sudah banyak ceritera para pengirim naskah yang dapat kutanamkan dalam kehidupan.
Kala-kala interpretasi itu hadir selepas melirik salah satu dari kisah mereka. Entah masalah pertemanan, pasangan hidup, dan keluarga. Senang rasanya bisa memberikan secuap-cuap kalimat untuk bantu solusi. Meski kadang kala gagasan dariku tak lebih dari ukiran frasa basa-basi.
Oke, kembali lagi ke kisah awal. Rembulan pasti tahu apa yang tengah menari-nari dalam pikiranku. Bukan tentang definisi fonologi dalam rumus linguistik, tetapi tentang si gadis senja yang mungkin kini sedang bergelut dengan tabel periodik.
Iya, ulang tahunnya satu bulan lagi. Dan menurutku itu bukan waktu yang lama. Satu, dua, tiga tahun lalu mungkin tak terlalu istimewa. Semoga saja di tahun keempat ini perayaannya lebih dari makna euforia. Kenapa, manusia juga perlu mensyukuri, masih banyak molekul O² yang Tuhan limpahkan.
bugh!
"Ngelamun aja kerjaannya! banyak setan awas kesambet."
"Iya kamu setannya."
Setelahnya hanya pukulan tangan yang kembali mendarat di bahuku. Oke, satu umpatan keluar dari mulutku untuk si perusuh. Dia namanya Danitra, lebih lengkapnya Danitra Antasena. Teman satu fakultas yang sudah berhasil memahat karya sastranya dalam bentuk fisik.
"Ngopi yuk, Gem! Sekalian ajak Jendra, bosan lihat pak dosen terus."
Ranumku terdiam seraya berfikir, "Mm, besok siang gimana? aku sudah janji mau antar Senja ibadah. Gak baik kalau tiba-tiba batal."
"Wah wah, cinta menyatukan kita yang tak sama.. akhh- babi sakit bodoh!"
"Nggak usah nyanyi!" Netraku melirik Danitra, dia masih mengelus tulang keringnya yang baru saja ku tendang.
"Mulutku cuma nyanyi, nggak nyindir kamu!"
"Diem deh. Eh, Tra, menurut kamu kado ultah apa yang cocok buat Senja? kayak.. tas-tas branded? parfum? tapi uangku belum cukup.."
Dua sekon Danitra terdiam, lalu ia bagi jawaban.
"Ah tapi menurutku nggak harus yang mewah-mewah, Gem. Afeksi dan materi, mereka sebenarnya sederhana kok! Jangan biarin dunia mengubah cara pandang kamu, gak semuanya harus mahal. Beliin apa yang berguna dan yang pasti Senja suka itu."
Aku mengangguk-angguk dengan otakku yang tengah bermonolog, mengolah maksud dari si pemuda Yogyakarta.
"Wow.. anak sastra sudah bersuara, terimakasih wejangannya, Tra. Cepet-cepet punya pasangan ya! Biar tangannya ada kerjaan lain selain menggenggam pensil."
"Tak balang sepatu yo kowe! ah jahat kamu, Gem. Mau pulang dulu. Assalamualaikum!" Danitra menepuk pundakku keras penuh dendam, seraya dengan senyum dipaksakan.
"Waalaikumsalam.."
ting!
Senjani Ayu ; 💌
| selamat siang pemilik
senyum semanis C¹² H²² O¹¹
say hi to danitraaaa!!👋
-sejauh ini, bagaimana??
terimakasih sudah membaca!💌-yogyakarta 2O22
©justaprtm
KAMU SEDANG MEMBACA
intuisi bumi raya ; doyoung ✓
Fanfic[i] perihal esksistensi rasa dalam saujana, ketika bumi raya terus melaju pada porosnya. ✧ NCT local au ft. 김도영 'ˎ˗ ━©justaprtm 2O22 1 in #frasa [9/22] 1 in #diksi [1/23] 2 in #klausa [12/22] 2 in #bait [12/22] 4 in #sajak [12/22]