1 - you and me

159 32 14
                                    

Young Future Leaders Week
Finding talented students to participate on our creative workshop event!
Scan the QR code below and submit your proposal.
Location: Lobby Harapan University Gedung A

Jennie menatap tulisan poster itu dengan penuh pikiran di benaknya. Haruskah aku ikut?

Jennie Kinara bukanlah perempuan biasa yang menjalani kehidupannya mengikuti arus. Apapun yang dilakukan, ia akan selalu merasa dirinya adalah karakter utama. Saat berjalan di tengah koridor yang ramai, memulai pagi hari dengan menggunakan lip tint kesukaannya, mendengarkan musik sambil menyapa setiap kenalannya di lobby apartement, hingga kegiatan menenangkan yang selalu ia lakukan yaitu membaca buku di cafe. Or precisely, Jennie is romanticizing her own life.

"Ikut?" tanya seseorang tiba-tiba.

Suara yang tak asing lagi di telinga Jennie membuatnya melirik malas, "Kalau gue ikut emang kenapa?"

"Ya― gue gak jadi ikut."

Baru saja Jennie ingin melayangkan satu pukulan. Ethan langsung menghindar jauh dan melangkah mundur pergi. "Jangan ikut! Gue mau ikut soalnya."

Kalau kamu pikir Jennie benar-benar tidak akan ikut, kamu salah besar kali ini. Jennie akan selalu melakukan yang sebaliknya Ethan inginkan. Itulah yang dia lakukan sejak SMP.

Satu demi satu ide Jennie tuliskan dalam selembar kertas kosong. Hingga satu hal yang terlintas di benaknya menarik. Membuat booth papan confess untuk semua mahasiswa bisa mengungkapkan keinginan atau perasaannya di sebuah papan.

Jennie tersenyum bangga dan meremas kertas di hadapannya. Ide berharga sudah ada di otak, kenapa perlu kertas lagi? Kira-kira itulah isi pikiran Jennie.

Satu tepukan mendarat di pundaknya, "Bikin apaan?"

"Gue mau daftar jadi pengisi event booth acara bulan depan."

"Atas motivasi apa anjir? Tiba-tiba banget," balas Lia menatap Jennie dalam, lalu membuka kembali remasan kertas

"Emang segitu gak percayanya gue ikut gituan ya lo?"

"Suspicious aja"

"Sebenernya mau saingan juga sama Ethan kalau jadi."

"Ooh, biasanya cinta bakal bersemi panas-panas benci gitu sih ekhm━"

"Dia yang suka gue duluan Li," sahut Ethan melewati meja mereka dan duduk di salah satu kursi bagian belakang.

Jennie tidak terima. "BILANG APA LO BARUSAN?!"

"Lo suka sama gue kan?"

"Gak ada kerjaan lain selain ganggu gue ya?"

Ethan duduk di kursi belakang Jennie sambil mengeluarkan laptopnya. "Motivasi separuh hidup gue kan buat nempelin lo."

"Stres." Jennie menggelengkan kepalanya, menyisir rambut panjangnya ke belakang. Ia tak mengeluarkan sahutan dan kembali mengetik proposal di layar laptop.

Jennie memilih untuk memikirkan keberhasilan lolos pendaftaran proposal daripada harus memikirkan orang yang mewarnai hidupnya hitam suram penuh emosi.

Sama dengan Ethan, dibalik berhentinya pertengkaran mereka, ia sudah mulai mengerjakan proposal dan berbagai persiapan materi untuk booth workshopnya.

Ethan Alderick, seorang penyanyi yang berhasil menerobos circle Lauv dan Keshi. Bukankah menarik? Ethan adalah orang yang dibanggakan kampus dengan karir musiknya yang sudah melejit sejak kuliah.

Apapun yang ingin dicapai, Ethan akan lakukan itu sampai mendapatkannya. "Setia dalam hal kecil akan membawamu pada hal yang besar." Satu prinsip Ethan dibalik sifatnya yang terlihat kekanak-kanakan di depan Jennie.

Ya, cuma di depan Jennie. Sosok yang mungkin akan selalu membencinya tapi itulah yang menjadi alasan Ethan bisa menjalani hidupnya. Setidaknya ada satu orang yang mengenal dirinya cukup lama.

Jennie menatapnya dalam sekian detik dan langsung beralih saat Ethan mendongakkan kepalanya ke depan.

"Ganteng juga kalo diliat-liat," ujarnya dalam hati, melirik sedikit. "Oh, cuma efek outfit warna ajaib sejuta umat manusia jantan." Warna hitam yang Jennie pikir akan pasti membuat laki-laki tampak lebih memikat.

Ethan berdiri membereskan bukunya masuk ke dalam tas dan melangkah pergi dengan ransel yang digantung sebelah bahu.

Belum jauh melewatinya, Ethan berhenti dan menaruh snack kinderjoy di meja Jennie. "Udah jam 4, waktu lo isi perut."

Jennie melirik jam tangannya setelah sadar. Perutnya tidak boleh kosong dari jam 12 sampai 6. Setidaknya ada yang harus dia makan. Namun seleranya tidak akan ada jika tidak dimulai dengan makanan manis favoritnya, kinderjoy.

Dengan perasaan setengah malu, Jennie memasukkannya ke dalam tas tote bag. "Thank you," ucapnya pelan. Seorang perempuan berumur 20 masih makan kinderjoy? Hanya Ethan yang tahu. Tapi sekarang Lia menatapnya bingung.

"Udah ah, keluar yuk."

"Tunggu━ Ethan kok━" Jennie membekap mulut Lia dan merangkulnya keluar tanpa melanjutkan kalimat.

Lia yang berusaha membuka tangan Jennie terus menerus menggerutu hingga akhirnya berhasil nafas. "Gue pertama kali lihat Ethan baik ke lo!"

"Pencitraan doang. Baik sekali, jahatnya 1000 kali."

Setelah mengingat lagi perasaan yang dia rasakan di dalam kelas tadi, Jennie menggelengkan kepalanya berusaha menghapus jejak memori. "KENAPA SIH LO GELO JENNIE!" rutuknya, menerima mata melotot dari Lia.

"Jen, sehat?"

"Ada yang ganteng gak di kelas hari ini?" tanya Jennie mendadak.

"Hah? Siapa?" Lia memutar badannya melacak orang yang Jennie maksud. "Pak Ryan?"

"Fix mata lo error."

"Terus siapa?"

"Tadi di kelas gak ada satupun gitu menurut lo?"

Lia terdiam sebentar mengingat, "Gak ada kayaknya. Lo tau sendiri mata gue kan selalu dan selamanya ke Tom Holland."

"Ck temen gue error, pantes kita temenan sama-sama aneh."

"Gue yang pungut lo enak aja. Kasian abisnya."

"Tuh, Tuh! ANEH."

"Hari ini lo yang aneh banget kata gue sih," ujar Lia menjulurkan lidahnya.

apa makanan ato barang favorit masa kecil yang masih dipake juga sampe sekarang?

jennie: kinderjoy to the rescue

jangan lupa jejak votenya yaa bestie

Bucket ListTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang