3 - kejutan

67 26 3
                                    

Batu ketemu batu akan menimbulkan percikan jika terus menerus digesek. Sama seperti Jennie dan Ethan yang keduanya tak pernah mau mengalah sejak duduk di bangku SMA. Lagi-lagi mereka disatukan di dunia yang sama. Setelah kejadian kecil malam kemarin, keduanya kembali tanpa ada suara yang mengisi jarak.

Jennie dengan gengsinya yang tinggi, "Biarin, cuma permen karet doang ini. Paling copot sendiri." Ia menyesal setelah jalan merasakan lengketnya melangkah. 

Ethan meliriknya sekilas hati-hati, sadar akan Jennie yang berbohong dan perihal minta pindah booth. "Masih aja kayak anak kecil." Sedangkan yang terlintas di benak Jennie, "Apa yang bisa gue harapin dari dia yang gak pernah berubah tingkahnya?"

Jennie dan Ethan berpisah saat memasuki area apartemen untuk berjalan ke gedung tempat tinggal masing-masing. Tidak ada pamitan, hanya sapaan satpam yang setidaknya mencerahkan wajah mereka sebentar untuk tersenyum.

Satu minggu berlalu

"ANJAY KOKO ARTIS NIH!"

"Sore ke Gyora gas lah udah lama, lo pada sibuk banget."

"Bukan lo yang gak ada kerjaan?" sahut Darren balik meledek.

Vano dan Darren datang mericuhkan lokasi booth Ethan yang kerap memasukkan barang-barangnya ke box. "Bentar, kok dimasukkin?" tanya Vano.

"Jennie yang pake booth ini."

"Jennie? Jennie Kinara lo bilang? Mantan doi, eh yang ribut mulu. Bukan, yang sering lo pepetin?"

"Yang alergi keju."

Vano dan Darren saling memandang bingung dan tertawa mendengar TMI yang secara tidak sadar Ethan tunjukkan seberapa dalam ia mengenal Jennie. Kini giliran Darren yang penasaran, "Sekarang lo pindah kemana?"

"Sebrang sana," tunjuk Ethan. Mereka bertiga satu per satu memindahkan barang dan merapikan. Tapi tak lama, Ethan izin sebentar untuk keluar ke lapangan running track dengan alasan yang dibuat, "Mau liat kondisi sana bentar."

Ethan menapakkan kakinya di jalur lari berwarna merah dengan banyak tenda putih, melacak orang yang dicari. Setelah 5 menit disoroti cahaya matahari, akhirnya Ethan berhasil menghampiri satu tenda tujuannya. "Jennie."

Perempuan itu menoleh. Terlihat jelas wajahnya yang lelah dan tak menyangka kehadiran sosok Ethan di depannya sekarang. "Apa lagi?"

"Pindah aja ke booth gue."

Jennie menempelkan satu alat kompres es batu ke pipinya memastikan, Gue gak mimpi!

"Tiba-tiba banget?"

"Mau gak? Sebelum gue berubah pikiran satu detik lagi."

"EH━ iya, iyaa."

Tak perlu lama membereskan semua perpindahan properti, Ethan membantu Jennie tanpa bertanya. Ia merasa dirinya sebagai laki-laki tetap perlu menjadi orang yang gentle mengulurkan tangan pada perempuan, apalagi━ orang yang dia tolong adalah Jennie.

Persiapan booth untuk Young Future Leaders Week akhirnya selesai di jam 5 sore. Banyak yang sudah mempersiapkan diri untuk pulang, namun Jennie terlihat fokus menulis pada kertas kecil.

Entah apa yang dia lakukan, mata Ethan menangkapnya dari belakang jendela kaca Indoor Hall yang menembus koridor kampus. Ethan meraih gagang pintu, menghampiri Jennie sebelum terlambat, "Jen!"

Panggilan itu mampu membuat Jennie tersentak karena suaranya yang meriuhkan tempat sepi. Ia menyelipkan kertas yang dipegangnya ke dalam saku celana jeans tapi belum sempat benar-benar dimasukkan, tangan Jennie sudah ditarik.

"APAAN SIH?!"

Ethan mengambil kertas di kepalan tangannya dan merobek kertas itu tepat di depan mata Jennie yang membelak. Ujung bibir Ethan terangkat puas. Ekspresi spontan Jennie selalu membuatnya senang. 

"Ada yang mau ngelakuin bucket list bareng gak? Gak usah pacaran beneran kok, gue cuma iseng aja mau wujudin semua," ledek Ethan persis seperti apa yang ditulis Jennie di kertas tadi untuk ditempel di papan confess.

Jennie pun geli sendiri mendengarnya. Keinginannya memang aneh tapi tak ada salahnya untuk bisa mewarnai hidup sendiri dengan kegilaan ini kan? Mungkin bisa disebut impulsif, Jennie tidak berpikir panjang tentang tawaran ini.

"Ck, lo kayak anak kecil."

"Puas ngeledeknya?"

"Sama gue aja. Gue wujudin bucket list lo tapi jangan tulis atau kirim di papan confess. Jangan sama orang lain."

Tadi dikata-katain, sekarang bilang apa?! Kurang ajar, batin Jennie.

Jennie mulai membenahkan booth-nya diiringi Ethan yang menatapnya intens alias menyeramkan. Tidak ada obrolan lagi. Ethan yang tak lagi bisa menahan diri akhirnya membuka suara, "Lo pasti nyerah dan end up sama gue, Jen. Liat aja."

Jennie pikir kesempatannya untuk mewujudkan bucket list yang sudah ia tulis sejak umur 14 bisa terkabul dengan cara mengirimkan pesan anonim milik boothnya sendiri secara aman. 

Siapa sangka ada mahluk di dunia ini yang bakal lihat keanehannya? Tentu selain semut dan burung yang sudah banyak mendengar keluh kesah Jennie di taman samping apartemen.

Trial 1: failed.


Telah tiba hari pertama acara dilaksanakan. Opening ceremony dimeriahkan oleh Boy Pablo dengan lagu "sick feeling". Ribuan suara bersatu dalam melodi lirik demi lirik yang dinyanyikan bersama.

I had to catch the bus
Alarm was shaking, oh
Almost landed on the floor

So ready for you then
To leave was a mistake
What was I waiting for? What a sick, sick feeling
To let you go, my dear

'Cause I was not prepared to
Let you go, let you go

Indoor Hall kini menjadi tempat alternatif mahasiswa untuk menikmati udara dingin sebentar di tengah siang panasnya matahari. Booth Jennie ramai dikunjungi, kotak confess pun terisi banyak. Namun tidak untuk papan confess online yang dibuatnya.

Jennie berpikir sejenak. Ia mulai mengetik dan tidak ragu memencet tombol kirim.

Anonymous: Gue punya bucket list sejak umur 14 yang pengen gue wujudin tapi belum kesampean. Ada yang mau ngerjain satu-satu bareng?

reply


Satu menit, sepuluh menit, satu jam.

Tidak ada satupun respon yang terlihat di layar ipadnya. Jennie menggeser jarinya ke bawah untuk refresh. Garis biru dari ujung kiri mulai berjalan ke kanan. Layar masih menunjukkan loading yang membuat penantiannya sedikit lebih lama. Jantung Jennie semakin berdegup kencang sambil menutup matanya, "Please, satu orang aja cukup kok."

Perlahan Jennie membuka kelopak matanya sedikit. Ia begitu jelas melihat ada jawaban tapi kenapa―


kenapa HAYOO

gak lelah untuk mengucapkan terima kasih 

dan jangan lupa vote :D

stay safe and happy semuaa!



Bucket ListTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang