Haechan temenung, menatap lapangan sekolahnya dari atap sekolah. Atap sekolah adalah tempat favorite Haechan, selain tempatnya yang sepi, Haechan memang suka menyendiri. Haechan menghela nafasnya, hanya beberapa bulan lagi, sebelum pada akhirnya Haechan mengakhiri hidupnya. Sudah sejak lama, Haechan ingin melakukannya, tapi tetap saja setiap kali membayangkan tubuhnya jatuh bebas, Haechan ketakutan, ia bahkan tidak berani menatap kebawah.
Maafkan aku....tapi kali ini aku janji akan melakukannya dengan benar
Cicit Haechan tersenyum sendu menatap langit. Ditengah lamunannya, atensinya berganti pada pria yang tengah bermain basket dilapangan. Haechan tersenyum tipis, awalnya ia memang tidak mengenal siapa itu pria bernama Mark Lee, tapi setelah bertemu dengannya, Haechan akui ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Haechan terkekeh pelan, merasa tuhan tidak adil padanya, dengan kondisinya seperti ini, tuhan membuatnya jatuh cinta pada pria yang sangat sempurna itu. Tentu saja Haechan tau mustahil Mark akan menatapnya seperti ia menatap Mark.
Haah.... ya aku juga tidak boleh menaruh cinta pada seseorang, karena pada akhirnya aku akan pergi.
Senyum Haechan sendu menatap Mark yang dengan lihai memainkan bola basketnya.
" MARK!"
Kesal Hendery sambil memukul pelan kepala pria itu .
" Kenapa sih!"
" Kau yang kenapa! Aku menyuruh mu pas padaku ku malah tidak mendengar! Kau tidak fokus sedari tadi! Apa yang kau lihat sih!"
Mark mengelus kepalanya pelan sambil sesekali melirik kearah atap. Diawal permainan Mark masih bisa fokus bermain, kemudian Mark tidak sengaja melihat Haechan di atap menatap langit, membiarkan wajahnya diterpa oleh angin. Mark terkesima melihatnya, padahal Mark tidak bisa melihat dengan jelas ekspresi apa yang sedang Haechan lihatkan, tapi entah kenapa melihatnya membuat hati Mark tenang.
" Cahaya matahari terlalu menyilaukan! Membuat ku tidak fokus!" Jawab Mark beralasan, merebut bola basket itu dari tangan Hendery dan mencuri pandang kearah atap.
Hendery yang mendengar itu melongo, seumur-umur Mark tidak pernah mengeluh karena cahaya matahari, tentu saja Hendery tau itu hanya alasan Mark,kemudian Hendery mengikuti arah mata Mark yang sempat tertangkap oleh Hendery. Hendery menepuk pelan keningnya sambil menggeleng pelan setelah melihat kepala Haechan yang mulai menghilang dari atap.
" Ya! Sangat terik! Memang! "
Kesal Hendery mengikuti langkah Mark, sedangkan Mark masih melirik kearah atap, kemudian ia terhenti karena tidak menemukan Haechan di tempat dimana ia melihat Haechan sebelumnya.
" Cahaya matahari mu sudah kembali ke kelas! Jadi ku mohon tolong fokus!"
Kesal Hendery merebut bola basket dari tangan Mark dan memulai permainan, meninggalkan Mark yang wajahnya sudah merah padam.
⏭️⏭️
Mark melangkahkan kakinya ringan, sambil memainkan tangannya mengulang gerakan yang sama
Ha- lo- A- Pa -Ka-Bar
Cicit Mark dalam hati, sambil melakukan gerakan tangannya menghapal bahasa isyarat Apa kabar. Mark mati matian mempelajari kata dan kalimat dasar yang sering digunakan dalam percakapan sehari hari.
Mark menghentikan langkahnya kala melewati sebuah kaca yang terpasang di setiap ujung lorong lantai sekolahnya. Mark merapikan rambutnya, menepuk nepuk pelan sergamnya dan merapikan dasinya. Mark menghela nafasnya gugup, sedikit melirik pada ruangan yang bertuliskan 1-2
Hanya menyapanya Mark...apa yang kau takutkan....
Mark menguatkan dirinya, kembali menatap dirinya di kaca dan melangkah menuju kelas itu. Mark sedikit tersenyum sambil mempercepat langkahnya, pasalnya ia melihat Haechan yang keluar dari kelasnya sambil membaca buku.
" Haechan-aaaaah"
Mark menghentikan kakinya, ketika seorang pria keluar dari kelas yang sama dengan Haechan, berlari kearah Haechan dan merangkulnya, Mark bisa melihat Haechan yang tersenyum tipis pada pria itu sambil mengusak pelan rambut pria itu. Mark menghela nafas pasrah kemudian mengigit bibirnya kesal. Mark masih diam mematung disana, memperhatikan Haechan dan temannya itu yang mulai menjauh.
Ck.... yasudah lah...
Kesal Mark dalam hati, dan membalikkan badannya, tapi tepat setelah ia membalikkan badannya entah dari mana datangnya Hendery sudah berdiri dibelakangnya
" Sedang apa kau?" Tanya Hendery santai
" Uh? Uhm...ti-tidak..."
Hendery sedikit mendongak, melihat Haechan yang tengah dirangkul oleh temannya berbelok di ujung lorong. Hendery tersenyum miring, menatap sorot mata temannya itu yang menyimpan kebencian dan kekesalan.
" Cemen..." Sindir Hendery
" Huh?"
" Tidak...tidak... mau kekantin?"
Mark sebenarnya lapar, tapi dia tau Haechan dan temannya itu pasti menuju kantin.
" Kau saja aku tidak lapar...."
Hendery tergelak, bukan Mark namanya jika melewatkan makan siangnya.
" Sini ku ajarkan bagaimana caranya mendekati seseorang!"
Hendery menarik paksa tubuh Mark sedangkan yang ditarik hanya bisa memberontak dengan telinga yang sudah memerah.
Hendery tersenyum tipis, menatap temannya itu menyantap makannya dengan sedikit emosi.
" Kau ingin bertukar tempat?" Tanya Hendery memancing
" Tidak.. memangnya kenapa?"
" Siapa tau kau gerah di sana, di sebelah sini ac nya lebih dingin"
Mark menggelengkan kepalanya kembali menyantap makannya dan berusaha tidak melirik meja Haechan dan temannya. Hendery sengaja memilih tempat di mana Mark dengan mudah melihat Haechan, dan dugaannya benar, pria ini diselimuti api cemburu. Padahal Haechan dan temannya itu hanya bercengkrama.
Renjun menatap Haechan berbinar, sedangkan Haechan memberikan tatapan jijik kepada Renjun.
" Haechan-ah...apa kau menggunakan sesuatu? atau membuka aura ?"
Haechan mengerutkan keningnya sambil menggeleng heran.
" Serius, aku punya feeling kalau Mark sunbae itu menyukai mu, entahlah aku merasa sejak kejadian itu dia sering terlihat disekitar mu"
Haechan memutar matanya malas, meletakkan sumpitnya dan memutar jari telunjukkan di samping kepalanya, seolah mengatakan
Jangan gila..
" Tapi tidak ada yang tau kan Chan...mau ku bantu dekatkan dengannya?" Haechan menggeleng cepat
" Ayolaaah... hanya mendekatinya apa sulitnya sih! Kau sendiri bilang tertarik padanya!"
[ Ya, tertarik...bukan suka...itu dua hal yang berbeda] Tulis Haechan dari ponselnya
" Ya...lama lama dari tertarik, kau menjadi suka, kemudian cinta...aah pasti akan sangat menyenangkan "
[ Cinta? Kau saja belum lulus sekolah...jangan sok tau soal Cinta, kita masih kelas 10 bukankah seharusnya kita belajar dengan benar? dia juga kelas 12 pasti sibuk mempersiapkan ujian masuk universitas]
" Ck... membosankan... ya! pacaran saja dengan buku buku sialan mu itu!"
[ Nilai uts mu tidak memuaskan ngomong ngomong]
" aaaargghhh Haechan-aah jangan bahas itu lagi, cukup ayah ku yang mengomeliku kau jangan"
Kesal Renjun frustasi sambil menjambak rambutnya, sedangkan Haechan terkekeh pelan sambil geleng geleng kepala.
Cinta ya? Entah lah..... aku tidak tau apakah itu nyata atau tidak, jikapun ada
Aku tidak ingin orang laing mencintai ku...
Karena pada ujungnya aku pasti akan meninggalkan mereka.
Cicit Haechan dalam hatinya, menatap sendu Mark yang duduk diseberang mejanya tengah bercengkrama dengan temannya.
YOU ARE READING
[Complete] Haechan|| Markhyuck
FanfictionMark tidak menyangka karena kecerobohannya ia bertemu dengan seseorang yang menarik perhatiannya, tapi siapa sangka anak ini menyimpan banyak rahasia yang sama sekali tidak Mark ketahui. Haechan.... Mark benar benar jatuh cinta dan terpikat padanya...